Bab 3 : Apartemen dan Pria Asing

Sinar matahari menembus kaca jendela, tirai yang telah dibuka mempersilakan sinar matahari untuk mengganggu seseorang. Kelopak mata orang itu perlahan naik, memperlihatkan mata yang menyiratkan bahwa si empunya masih setengah sadar.

"Egh, aku mau tidur sebentar lagi," ujar orang itu kemudian menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Dia mengubah posisi tidurnya dan menarik selimut itu sampai menutupi seluruh tubuhnya.

Akan tetapi ketika indera penciumannya mencium bau yang asing, dia segera bangun dan mendapati dirinya berada di ruangan yang sama sekali belum pernah dia datangi.

"Ah, sudah bangun rupanya. Bagaimana keadaanmu? Apa kamu merasa pusing? Ingin ke toilet?" tanya seorang pria. Ethan.

"Aahhhhh!!!" orang tadi berteriak dengan kencang. "Apa yang kamu lakukan padaku?! Pergi!"

"Ethan, kenapa berisik sekali? Kamu tidak melakukan hal yang aneh-aneh, bukan?" teriak Damian dari dalam kamarnya.

"Mana berani saya melakukannya!" sahut Ethan. Pria itu kembali menatap Ileana, gadis itu menutupi tubuhnya dengan selimut dan menatap penuh curiga ke arah Ethan.

"Bagaimana aku bisa percaya ketika kamu mengatakan bahwa kamu tidak melakukan apapun kepadaku, sedangkan di dalam ruangan ini ada laki-laki lain! Apa yang dilakukan oleh dua pria kepada seorang gadis di kamar apartemen?!" teriak Ileana lagi.

Damian yang sedang bersantai menikmati waktu pagi menjelang siangnya merasa terganggu oleh teriakan Ileana. Pria itu segera beranjak dari tempatnya dan segera datang ke ruang tamu di mana Ethan dan Ileana berada.

Brak

Dengan kasar Damian membuka pintu kamarnya, baik Ethan maupun Ileana, mereka menoleh ke arah pria itu. "Jika kamu terus saja berbicara, bagaimana temanku bisa meluruskan kesalahpahaman yang terjadi?" tanya Damian dengan senyuman.

Ileana sedikit takut dengan sosok Damian, meskipun pria itu tersenyum tapi bukan berarti pria itu sedang bersikap ramah. "Ta-tapi-"

"Aku saja yang menjelaskan apa yang terjadi semalam. Mohon dengarkan dengan baik," ujar Damian memotong perkataan Ileana.

Damian pun menceritakan apa yang terjadi semalam, dia menjelaskannya dengan rinci dan serius. "Nah itulah yang terjadi. Kami tidak melakukan apapun," ujar Damian setelah meluruskan kesalahpahaman.

"Tapi bukankah kalian bisa membenahi pakaianku setelah melakukan hal yang tak senonoh?" tanya Ileana masih sedikit curiga.

Ethan menahan napasnya saat Damian berbicara, "Ini sedikit ke urusan pribadi dan dengan terpaksa aku akan mengatakannya. 'Milikku' tidak bereaksi kepada siapapun. Jika 'itu' saja tidak bisa berd*ri, bagaimana bisa aku berc*nta. Apa sudah membuatmu lega?"

Wajah Ileana memerah ketika mendengar hal yang disampaikan oleh Damian. "Ba-baik! Maafkan saya!" ujar Ileana malu.

Selanjutnya Damian kembali ke kamar dan Ileana memilih untuk membersihkan dirinya, mengingat bahwa kemarin dia belum mandi sama sekali.

Di saat air dari shower membasahi tubuhnya dengan perlahan, Ileana teringat kepada Joshua yang telah menyakiti hatinya. Tanpa sadar air matanya mulai menetes.

Sedangkan di luar kamar mandi, lebih tepatnya di dapur, Ethan membuat secangkir teh dengan hati yang gembira. tapi hal itu tidak berlangsung lama ketika Damian lagi-lagi membuka pintu dengan kasar.

"Setelah aku kembali, aku harus menuntut banyak hari libur untuk semua hal yang telah aku kerjakan dalam beberapa bulan ini," gumam Damian kesal.

Pria itu membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa bahan makanan seperti sayur, lauk, dan telur. Lalu menyiapkan beberapa rempah dan mulai memasak.

Ethan yang mengetahui kebiasaan dari Damian segera menjauh sejauh-jauhnya. karena dia tidak ingin menjadi korban dari rasa kesal dan marah Damian.

"Sial!" umpat Damian saat jarinya mengeluarkan darah. Dia segera mengambil kotak obat dan membersihkan lukanya. Sayang sekali persediaan plester luka di sana kosong.

"Ethan, beli plester luka!" perintah Damian.

Saat Ethan keluar untuk membeli plester luka, Ileana keluar dari kamar mandi. Lokasi antara kamar mandi dengan dapur terletak cukup dekat. Ileana dapat melihat Damian yang berdiri dengan jari yang terluka.

Damian tidak sengaja bertatapan dengan Ileana. Mereka bertatapan cukup lama dan Ileana yang mengakhiri hal tersebut.

"Kamu terluka?" tanya Ileana berbasa-basi.

"Iya, seperti yang kamu lihat. Sekarang aku sedang menunggu plester lukanya," jawab Damian.

Ileana merogoh saku celananya dan memberikan plester terluka yang dia dapatkan dari sana.

"Terima kasih, buat dirimu nyaman sembari menunggu makanannya siap," tutur Damian, kemudian melanjutkan aktivitasnya.

"I-iya."

Ileana menunggu dengan tenang, dia membongkar sedikit isi tas yang dia bawa. Dan tak lama kemudian, Ethan yang baru saja kembali mendapat sedikit omelan.

"Hei, makanannya sudah siap," ujar Ethan kepada Ileana.

Kini Ileana, Ethan, dan Damian duduk bersama dengan nasi, sayur tumis, dan telur balado di atas meja. "Makan yang banyak, kalau kurang bisa kubuatkan lagi," kata Damian sembari mengambil makanan.

"Baik, terima kasih."

Mereka makan dengan diselimuti oleh keheningan. Ethan yang berjaga-jaga karena mengetahui bahwa Damian kesal dan Ileana masih terlarut dalam perasaan patah hatinya.

"Kamu datang dari kota mana?" tanya Damian.

"Kota V, ta-tapi aku akan kembali siang ini," jawab Ileana.

"Kita dari kota yang sama ternyata. Kami akan kembali beberapa hari lagi."

"Apa kalian sedang berlibur?"

"Tidak, ada kerabat kami yang sedang butuh bantuan untuk tiga bulan terakhir. Jadi kami menetap sementara di sini."

Percakapan terus berlanjut antara Damian dan Ileana. Sedangkan Ethan hanya bergantian memandang keduanya.

Setelah selesai makan, Ileana membantu mencuci piring, lalu bersiap-siap untuk kembali ke kota V.

"Damian, Ethan, terima kasih telah menjagaku tadi malam. Maaf karena merepotkan kalian," ujar Ileana.

"Bukan masalah besar untuk Ethan, dia sangat-sangat senang membantu orang asing," balas Damian sekaligus menyinggung Ethan.

"Masakan Damian juga enak, aku benar-benar menikmatinya. Kalau kita bertemu lagi di kota V, aku akan membalas kebaikan kalian."

"Kami akan menunggunya. Hati-hati di jalan, juga menangislah sepuasnya sampai kamu lelah." Damian tersenyum dan dibalas anggukan kepala oleh Ileana, gadis itu tak menyangka kalau Damian tau dia menangis tadi.

Akhirnya kamar nomor 39 kembali dihuni oleh Damian dan Ethan.

"Tuan sudah tenang, bukan?" tanya Ethan dengan hati-hati.

"Iya, sebentar lagi kita akan menyelesaikan perkerjaan terakhir. Siapkan semuanya," ujar Damian.

Keduanya berpisah menyiapkan beberapa hal, tapi Damian tak sengaja melihat sebuah tas kecil saat sedang berjalan ke kamarnya. Tanpa pikir panjang Damian mengambil tas itu dari sofa dan membukanya.

Isi dari tas tersebut membuat Damian blank untuk beberapa saat. Di detik selanjutnya pria itu tertawa dan berkata, "Bisa-bisanya gadis itu meninggalkan beberapa set pakaian d*lam di tempatku. Pikirannya lebih kacau dari yang kuduga."

"Entah dia sengaja atau tidak, tapi sungguh menarik. Cinderella dengan sepatu kacanya dan Ileana dengan pakaian d*lamnya. Hahaha, benar-benar gila."

Terpopuler

Comments

Candy Tohru

Candy Tohru

waduh, kalo mereka ketemu lagi, bakalan ditaro dimana ya mukanya Ilea? 🤭

2024-01-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!