Ch 2 - Gadis Kecil

"Eh kakak, Yura mau Es krim" ucap Anyura sambil bergelayut manja di lengan kakak sepupunya.

"Yuna juga mau kak" ucap Anyuna sambil memeluk kakak sepupunya.

"Udah, udah, gimana kakak mau beliinnya coba kalau kalian peluk - peluk kakak kayak gini?" ucap Devan kepada kedua sepupunya.

Tak heran ya jika Anyuna dan Anyura sangatlah manja kepada Devan. Walaupun usianya sudah 17 tahun dan mempunyai KTP, mereka tetap saja manja seperti anak yang masih berumur 10 tahun.

"Yaudah, kakak beliin sana" ucap Anyura yang melepas pelukannya dan di susul oleh Anyuna, kakak kembarnya.

"Oke" ucap Devan sambil berdiri.

"Devin ikut ya kak?" tanya Devin sambil menghampiri sang kakak.

"Ayo kalau mau ikut" ucap Devan sembari mengambil kunci mobilnya.

"Hei, belikan juga Oma Es krim. Yang besar ya" ucap Hanna sambil berteriak kepada cucu pertamanya.

Devan tersenyum meremehkan sambil melihat sang Oma. Sedangkan Devin, dia terlihat menahan tawanya. Gimana nggak mau ketawa? Udah Nenek - Nenek masih mau makan Es krim.

"Emangnya gigi Oma masih kuat buat makan Es krim?" tanya Devan dengan nada mengejek.

"Dasar cucu sialan. Gigiku masih kuat. Lihatlah" ucap Hanna dengan memperlihatkan giginya yang hanya ada dua.

Devan dan Devin tertawa terbahak - bahak melihat gigi Oma mereka yang hanya ada dua. Devan dan Devin bahkan sampai memegang perut mereka yang sakit karena tertawa.

"Ih, Oma lucu tahu" ucap Devin sambil terkekeh.

"Devin, kamu ikut - ikutan kakak kamu yang mendapat predikat cucu sialan dari Oma. Dasar cucu sialan" teriak Hanna kepada kedua cucunya.

"Devan, belikan semuanya Es krim. Bayarnya pakai uang kamu ya" ucap Serena sambil terkekeh.

"Dasar Ibu - Ibu perhitungan" umpat Devan dalam hati.

"Hmmm" Devan hanya menjawab dengan deheman.

Devan pun langsung melenggang pergi dari hadapan semuanya. Di ikuti Devin, sang Adik yang berada di belakangnya.

Devan membuka pintu mobil, lalu duduk di kursi kemudi. Di ikuti oleh Devin yang duduk di sebelah Devan.

"Kak, kita mau ke mini market apa ke super market?" tanya Devin kepada Devan yang mulai menjalankan mobilnya.

"Hmmm, mini market aja lah" ucap Devan sambil melirik sebentar ke arah sang Adik.

Devan menyalakan lagu dari Dasbor mobilnya. Devan memang sengaja memutar lagu favoritnya.

Di dalam mobil Devan hanya ada suara dari lagu yang di putar oleh Devan. Hingga ada suara telepon dari ponsel Devan.

Devin melihat ada panggilan dari Alesha Kirania, pacar Devin. Sontak saja Devin meminta untuk mematikan musik yang di putar oleh sang Kakak.

"Kak, matikan musiknya dong. Pacarku nelpon nih" ucap Devin kepada sang Kakak.

Devan langsung mematikan musik yang di putar olehnya. Devan tak ingin mengganggu momen romantis Adiknya dan Pacarnya.

Kalian tahu kenapa Devan tidak ingin mengganggu kemesraan sepasang kekasih ini? Yap, jawabannya adalah agar Devan tidak terkena karmanya. Bayangkan jika Devan sedang bermesraan dengan Istrinya nanti, lalu Devin muncul sebagai pengacau. Aaaa, Devan tak ingin hal itu terjadi.

"Assalamualaikum" ucap Alesha dari seberang sana.

"Waalaikumsalam bidadari Surga" ucap Devin yang melirik sang Kakak ketika mengatakannya.

"Sial, ini anak pasti udah bosan hidup ya?" batin Devan sambil tersenyum licik.

"Kamu lagi apa sayang" tanya Devin kepada sang Pacar.

"Lagi rebahan aja. Kalau kamu?" ucap Alesha dari seberang sana.

"Lagi di jalan sama kak Devan" ucap Devin sambil tersenyum.

"Cih, mendengar obrolan mereka saja aku sudah muak. Tolong tutup teleponnya sekarang" batin Devan yang meronta - ronta.

"Emmm, aku tutup dulu ya teleponnya. Soalnya Moms lagi manggilin aku" ucap Alesha dengan nada yang sedikit pelan.

"Iya, Assalamualaikum bidadari Surga" ucap Devan sambil tersenyum bahagia.

"Waalaikumsalam" ucap Alesha yang mengakhiri percakapan sepasang kekasih tersebut.

Tuuut

Sambungan telepon Devin dan Alesha pun terputus.

Kini Devin melirik sang Kakak yang sedang fokus mengemudi. Membuat Devan risih atas tingkah Adiknya yang terus meliriknya.

"Kenapa sih?" tanya Devan dengan datar.

"Busyeeet, jadi orang jangan datar - datar banget kenapa Kak? Nanti Istrimu kabur" batin Devin sambil menahan tawa.

"Nggak papa" jawab Devin singkat dengan ekspresi wajah yang sulit di tebak.

Kedua saudara ini memang mempunyai bakat mentralkan ekspresi wajahnya. Bakat tersebut turun dari Dylan, sang Ayah. Pada dasarnya, mereka berdua memang bukanlah orang yang ekspresif.

Hanya saja Devin lebih cenderung hangat dari pada Devan. Mungkin Devin mendapatkan sifat hangatnya dari sang Mama. Sedangkan Devin memanglah duplikat sang Papa. Haduh.

Tak lama memang Devan berkendara. Kini mobil telah berhenti di depan mini market. Devin segera keluar dari mobil, dan di ikuti oleh Devan.

"Kamu aja yang belanja. Ini uangnya" ucap Devan sambil menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribuan.

"Wah, makasih kak. Ada bonus kan buat aku?" ucap Devin dengan gembira.

"Ada" jawab Devan dengan singkat.

Devin memasuki mini market dengan wajah gembiranya. Mungkin Mbak - Mbak kasirnya akan mengira Devin mengalami gangguan kejiwaan. Namun nyatanya, Devin terlalu senang.

Selepas kepergian Devin, Devan pun membuka ponselnya. Baru saja akan mengecek aplikasi Whatsapp miliknya, sudah ada seorang gadis kecil yang kira - kira usianya sama dengan Devan menghampirinya.

"Tuan" panggil gadis tersebut dengan air mata yang masih menetes.

"Iya" Devan pun memasukkan kembali ponselnya ke dalam Saku celananya.

"Tolong saya tuan. Tolong saya" pinta gadis tersebut dengan air mata yang masih bersimbah di wajah cantiknya.

"Apa yang bisa aku bantu?" ucap Devan sambil menghapus air mata yang menetes di wajah gadis tersebut.

"Tolong lepaskan aku dari jeratan para pria hidung belang" ucap gadis tersebut sambil menatap wajah pria yang akan menolongnya.

"Ya Allah, sungguh tampannya ciptaanmu ini" batin gadis tersebut di dalam hatinya.

"Aku akan membantumu" ucap Devan sambil menatap wajah gadis tersebut.

"Wah, terima kasih tuan" ucap gadis tersebut dengan binar di kedua matanya

"Siapa namamu?" tanya Devan.

"Namaku Chalista Indriana Safitri. Tuan bisa memanggilku Lista" ucap Chalista sambil tersenyum bahagia.

"Namaku Muhammad Devan Melviano. Kamu bisa memanggilku Kak Devan" ucap Devan sambil menyunggingkan senyumannya.

"Gadis kecil yang menarik" batin Devan sambil tersenyum.

"Ayo ikut aku" ucap Devan yang langsung membawa masuk Chalista ke dalam mobilnya.

Chalista hanya mengerutkan dahinya ketika dirinya di bawa oleh Devan ke dalam mobil miliknya.

"Hmmm, Kak Devan" panggil Chalista dengan malu - malu.

"Kamu sungguh menggemaskan gadis kecil" batin Devan sambil tersenyum.

"Iya" jawab Devan dengan lembut.

"Bagaimana kakak akan menolongku?" tanya Chalista dengan ekspresi wajah yang kebingungan.

"Dengan menikahimu" ucap Devan santai sambil menjalankan mobilmu.

"Apa? Menikahiku?" tanya Chalista yang kebingungan sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.

Devan tersenyum melihat ekspresi Chalista yang kebingungan.

"Iya, dengan menikahimu maka dirimu akan aman bersamamu" ucap Devan dengan lembut yang tiba - tiba membuat Chalista tersenyum bahagia.

Deg

Deg

Deg

"Ada apa dengan diriku Ya Allah?" batin Devan dalam hatinya.

"Terima kasih kak" ucap Chalista sambil tersenyum.

"Tidak usah berterima kasih" ucap Devan dengan halus.

"Sekarang bagaimana kamu bisa terjerat dengan pria hidung belang?" tanya Devan sambil melirik Chalista yang duduk di sebelahnya.

"Ibu tiriku menjual diriku kepada pria hidung belang. Ketika Ibu tiriku menjual diriku, Ayahku sedang pergi keluar kota. Ibu tiriku bernama Dewi Ananda. Ibu tiriku menjalankan aksinya dengan anak kandungnya yang seusia denganku. Anaknya bernama Felisha Luciana Ananda. Aku tak punya saudara. Bundaku sudah meninggalkanku untuk selama - lamanya ketika aku berusia 10 tahun" ucap Chalista dengan suaranya yang bergetar.

"Benar - benar gadis yang kuat" batin Devan dalam hatinya.

"Siapa nama Ayahmu?" tanya Devan sambil menatap lekat wajah Chalista.

"Chandra Wirawan. Ayahku seorang pembisnis" ucap Chalista.

"Pak Chandra. Aku kenal dia" ucap Devan dengan nada yang pelan.

"Kenapa kamu tidak menggunakan nama marga keluargamu?" tanya Devan yang semakin tertarik untuk mengobrol lebih jauh dengan Chalista.

"Karena Ayah takut banyak orang yang akan mencelakakan diriku" ucap Chalista sambil tersenyum.

"Kapan Ayahmu pulang dari luar kota?" tanya Devan kepada Chalista.

"Rencananya Ayah akan pulang hari ini" ucap Chalista sambil menghitung dengan jarinya.

"Oh" ucap Devan yang ber oh ria.

"Ajak aku untuk menemui Ayahmu hari ini juga" ucap Devan dengan serius.

"Haaa" ucap Chalista dengan bingung.

Terpopuler

Comments

🍬🧀Kara

🍬🧀Kara

Like

2020-09-14

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!