Akhir dari Kehidupan Sempurna Itta

Kakinya berjalan terseok-seok melewati pintu besar berwarna cokelat, sedangkan tangannya memegang dada, berharap dapat menahan darah yang merembes keluar.

Tubuhnya hampir ambruk jika saja tidak ada orang yang menahannya.

"Adyan!" seru seseorang. "Apa yang terjadi padamu? Kenapa bisa seperti ini?"

"Berisik! Bisakah kau mengobati lukaku dulu lalu bertanya, Arvin?!" kesal Adyan.

Pria yang bernama Arvin itu terkekeh pelan. "Itu hanya sebatas formalitas saja Tuan Adyan Abercio. Mungkin saja jika aku bersikap peduli padamu, maka kau akan menaikkan gajiku."

"Cih! Jangan harap!"

"Sungguh kejam."

Adyan merotasikan matanya malas mendengar ucapan dramatis Arvin. Pria itu melepas jubah dan masker hitamnya, kemudian melempar asal. Dengan cekatan tangan Arvin menerima lemparannya.

"Seseorang cepatlah kemari!" Teriakan Arvin mendatangkan seorang pria berbadan kekar yang memakai jas hitam.

"Ada apa, Tuan?" tanyanya.

"Cepat bakar jubah dan masker ini. Setelah itu, bereskan seluruh kekacauan yang dibuat Adyan, mengerti?" Arvin menyerahkan jubah dan masker hitam.

"Mengerti, Tuan!" Pria di depan Arvin mengangguk patuh.

"Kalau begitu cepat pergi!" usir Arvin, sebelum akhirnya dia juga pergi menyusul sang teman, yang juga merupakan atasannya.

Mulut Arvin menganga tatkala melihat kondisi ruangannya. Tempat yang semula rapi dan bersih kini menjadi berantakan karena ulah Adyan. Pria itu mengobrak-abrik meja Arvin. Belum lagi darah yang mengalir dari tubuh Adyan semakin mengotori ruangan Arvin.

"Kau membuat ruanganku berantakan, sialan!" Arvin memijit pelipisnya pening.

"Kau terlalu lama. Lukaku akan semakin parah jika tidak segera ditangani," balas Adyan.

"Lukamu akan semakin parah jika kau terus bergerak." Arvin berjalan ke arah Adyan, menyuruh temannya itu agar diam di tempat. Untungnya dia bisa sedikit perihal pengobatan karena sering melihat tunangannya mengobati pasien. "Kau di situ saja, biar aku yang urus. Kau hanya bisa menyusahkanku saja."

"Apa?! Beraninya kau berkata seperti itu!"

Ucapan Adyan diabaikan begitu saja. Arvin mengambil perban dan beberapa obat, lalu mulai mengobati luka Adyan. Pertama dadanya, lalu kedua pelipis Adyan. Hingga sampailah pada luka di bagian telapak tangannya.

Belum sempat Arvin membuka kain yang melilit tangan, Adyan segera menjauhkannya.

"Ada apa?" tanya Arvin bingung.

"Yang ini tidak perlu."

Arvin mengangkat salah satu alisnya. "Kenapa? Kita harus mengganti perban itu secepat mungkin."

"Kubilang tidak usah! Apa kau tidak mengerti ucapanku?!" Mata Adyan menatapnya tajam.

"Ah, baiklah. Terserah kau saja." Arvin mengangkat kedua bahunya tidak peduli. "Aku akan menyuruh pelayan membersihkan ruangan ini. Kau tunggu di sini saja."

Kedua kaki Arvin melangkah pergi keluar ruangan, meninggalkan Adyan di ruangan ini sendirian.

Usai kepergian Arvin, Adyan mengangkat tangannya yang dililit kain. Darah mulai merembes keluar hingga kain putih itu berubah menjadi merah, namun Adyan tidak mempedulikannya.

Dia masih ingat betapa lembut dan penuh hati-hatinya wanita itu mengobatinya. Saat itu wajah cantiknya terlihat di kedua mata Adyan walau terganggu gelapnya malam.

Sebuah senyum kecil terukir di wajah sempurna pria itu. Perlahan-lahan ia menempelkan bibirnya ke tangannya sendiri, menciumnya sembari mengingat perlakuan lembut sang wanita.

...—————•••—————...

Esoknya, tatkala sore mulai menyapa hari, Itta dan Luisa menaiki kereta untuk pulang ke kota asal mereka.

Itta menatap jendela kereta yang menampilkan pemandangan luar. Fokusnya tercuri, berkeliaran ke sana ke mari memikirkan kejadian malam tadi.

Benaknya mempertanyakan mengenai tindakannya menolong pria tidak dikenal itu.

Seharusnya saat itu Itta memakai logika, bukan hanya hati. Dari penampilan pria itu saja sudah sangat mencurigakan, tetapi Itta malah menolongnya. Awalnya mungkin ia berniat mengabaikan, tetapi begitu melihat darah dari pria itu, secara tidak sadar Itta menolongnya.

"Ada apa, sih? Kau memikirkan apa?" Luisa di sampingnya bertanya heran. "Kau juga tidak memberitahuku alasan tanganmu diperban."

"Ini bukan masalah besar."

"Jangan berbohong!"

"Aku tidak sengaja menjatuhkan gelas saat kemarin malam, lalu pecahan kaca itu menggores tanganku." Itta terpaksa berbohong, sebab kalau Luisa mengetahui kebenarannya, wanita itu pasti akan mengoceh memberi nasihat terus.

"Astaga! Ceroboh sekali!" Luisa menggelengkan kepalanya tak percaya.

Setelah berjam-jam melakukan perjalanan hingga malam kembali datang, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

Kedua wanita itu mengedarkan pandangannya, mencari-cari orang yang datang menjemput.

Tanpa sadar Itta terus mengembangkan senyumnya, tidak sabar ingin segera bertemu keluarganya. Ia sangat merindukan keluarga kecilnya.

"Berhenti tersenyum. Kau membuat wajah orang yang ada di sekitar kita jadi merona," ujar Luisa, menghentikan senyuman Itta.

"Aku?"

"Iya, siapa lagi memangnya?"

"Kenapa aku?"

Luisa berdecak sebal. "Sejak tadi kau selalu menjadi pusat perhatian. Mereka terpesona dengan senyumanmu!"

"Mungkin hanya perasaanmu saja, aku tidak secantik itu."

"Kau tidak ingat berapa pria yang datang dan meminta nomor handphone-mu?"

"Jangan berlebihan. Yang meminta nomorku hanya sepuluh orang."

"Apa? 'Hanya' sepuluh orang? Sepuluh orang dalam waktu setengah hari itu banyak, Itta!"

Luisa akui, Itta memang sangatlah cantik. Namun, mampu menarik sepuluh orang dalam waktu setengah hari terlalu luar biasa menurutnya.

Setiap kali Luisa berada di dekat Itta, maka dirinya bagaikan debu tipis.

"Ah, itu Kakakku!" Telunjuk Luisa mengarah pada seorang pria tampan di ujung sana. "Aku pulang duluan, ya?"

"Iya."

Luisa langsung melesat pergi menuju Kakak laki-lakinya.

Di sisi lain, Itta menggeret kopernya menuju kursi panjang yang tersedia di dekat stasiun. Matanya berpendar mencari keberadaan Ayahnya atau mungkin supir keluarganya. Namun, meski 30 menit telah berlalu, tidak ada tanda-tanda keberadaan mereka.

Kekhawatiran tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam hati. Ia meremaskan botol minum di sampingnya dengan gelisah.

"Maaf, Nona?"

Suara itu spontan membuat wajah Itta menoleh ke samping.

Keterkejutan nampak di wajahnya tatkala menyadari benda yang diremas ternyata bukan botol minuman, melainkan tangan seseorang. Secepat kilat ia melepaskan tangan itu.

"Maaf, maaf!" ucapnya malu sambil menundukkan kepala.

Pipi dan telinga Itta bersemu merah. Ia menyelipkan sejumput rambutnya, pertanda bahwa dirinya sedang salah tingkah.

Pria di sampingnya tertawa kecil, semakin membuat Itta menahan malu.

"Nona lucu sekali," kekehnya.

"Maaf," cicit Itta. "Aku tidak sengaja."

"Tidak apa-apa." Pria itu melebarkan senyumnya, lalu mengulurkan tangan. "Namaku Ezi Killian. Kalau Nona?"

"Aku Laquitta Grizelle." Itta membalas uluran tangannya.

"Nama yang bagus. Bolehkah kupanggil dengan nama Griz?"

Itta berpikir sejenak. Selama ini tidak pernah ada seorang pun yang memanggilnya dengan sebutan Griz. Namun, sepertinya itu bukan ide yang buruk.

"Iya, silahkan, Tuan Ezi Killian." Wanita cantik itu membalas senyuman Ezi.

"Panggil saja aku Ezi."

Kemudian, keduanya berbincang dengan cukup akrab. Hanya saja ada sesuatu yang mengganjal di dalam lubuk hati Itta. Bahkan, ia merasakan sesak tanpa sebab yang jelas.

Karena itu, Itta memutuskan untuk berpamitan dan segera pulang menggunakan taxi online yang dipesannya.

Dalam perjalanannya menuju rumah, Itta tidak henti-hentinya memanjatkan harap. Ia ingin segera pulang, memastikan bahwa tidak ada hal buruk yang terjadi.

Taxi itu berhenti di depan gedung mewah milik keluarga Grizelle. Itta berjalan cepat menuju pintu besar rumahnya. Namun, ia tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Perasaannya makin kacau tak karuan, perpaduan antara takut, cemas dan khawatir.

Ia meneguk ludahnya sendiri. Tangannya perlahan meraih gagang pintu dan membukanya.

Pemandangan pertama yang dilihat sama seperti biasanya. Namun, anehnya sesak di dada Itta tidak berkurang, melainkan bertambah.

Itta melangkahkan kakinya lagi. Baru beberapa langkah, ia dibuat membeku saat melihat salah satu bodyguard di rumahnya tergeletak di lantai dengan darah yang mengucur di bagian kepala.

Wanita itu membekap mulutnya sendiri. Kakinya berjalan mundur. Setetes air mengucur begitu saja melewati pipi.

Teringat dengan kedua orangtua serta adiknya, Itta segera berlari mencari mereka.

Sepanjang dirinya berlari, Itta melihat banyak pelayan yang sudah tidak bernyawa lagi. Rasa takut dalam dirinya semakin menjadi.

Seluruh sel saraf pada tubuhnya mendadak tak berfungsi. Ia terduduk di lantai. Linangan air mata semakin bertambah deras.

Itta menemukan keluarganya.

Ia berhasil.

Berhasil menemukan keluarganya.

Hanya saja ... Papa, Mama dan adiknya tergeletak penuh darah di sekujur tubuh.

Bau anyir darah terasa sangat pekat. Itta dapat melihat luka di perut Mamanya. Seolah ada seseorang yang menusuk-nusuk perut itu berulang kali hingga sang korban tewas. Selain itu, bola matanya dicukil dengan kejam.

Mata Itta bergerak ke arah tempat Papanya terbaring kaku. Terdapat lubang besar pada dada Papanya. Bagian kepala sang Papa pecah, sehingga seluruh isi dalam kepalanya bergerak keluar. Lalu, Kaki kanan sang Papa dipotong menjadi beberapa bagian.

Bahkan, adiknya yang baru berumur satu tahun pun tak dapat lepas dari kekejaman ini. Anak kecil itu dibun*h dengan menusukkan pisau tajam pada kepalanya.

Tanpa perlu memastikan, Itta sangat sadar kalau keluarganya telah merenggang nyawa.

Sesak, pedih, amarah, dan berbagai perasaan negatif lainnya bercampur menjadi satu. Tatapannya menjadi kosong. Seluruh dunianya hancur seketika.

Saat itu pula ... kehidupan seorang Laquitta Grizelle yang sempurna selama 20 tahun telah berakhir hari ini.

Terpopuler

Comments

siny hnifah

siny hnifah

bcny ikutan mlu

2024-04-18

0

siny hnifah

siny hnifah

yuk tukeran nasib sm gw

2024-04-18

0

Iaros Iaros

Iaros Iaros

ngeriii

2024-04-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!