Keesokan harinya, seperti biasa Cia yang akan berangkat ke sekolah nya. Di meja makan mereka sedang menyelesaikan aktivitas masing-masing.
Cia menyuap makanan terakhir milik nya. Ia meminum air yang berada di depan nya. Begitu juga pemuda yang sedang terburu-buru, ia takut tertinggal oleh sang kakak, salahkan ia yang terlalu larut tidur semalam.
"Yah, bun Cia berangkat udah siang." kedua paruh baya di sana menganggukkan kepala nya.
Setelah nya ia berjalan, keluar dan memasuki mobil nya. Sebelum ia sampai di depan pintu masuk, Gio, adik nya sudah berlari mendahului nya.
Cia hanya menggeleng kepala nya. Terlalu malas menanggapi tingkah sang adik, ia harus menyingkirkan egonya.
"Pasang sabuk nya, takut ada polisi dek" Gio mengangguk, pemuda itu merogoh tempat di mana benda itu berada.
Sudah terlihat gerbang rumah terbuka. Cia menjalankan roda besinya keluar dari halaman rumah besar itu.
Memasuki gerbang sekolah yang terdapat dua bangunan menjulang tinggi. Mobil dengan corak abu-abu terparkir di pojok dengan berbagai macam mobil lainnya.
"Adek masuk ya kak, bye kakak, cantik" Gio keluar, tak lupa mencium pipi sang kakak.
"Cia!" Cia menoleh menatap siapa yang sudah memanggil nya.
"Maaf sepertinya kamu belum kenal aku. Kenalin Zeyca Rahmadani, aku tahu namamu karena kamu ketua osis." ucap gadis yang bernama Zeyca.
Cia mengangguk sebagai respon. "Aku mau kasih kamu ini, gak tahu ini jatuh di koridor kelas," ucap Zeyca yang memberikan plastik yang berisi warna gold.
"Punya siapa ini?" Setelah beberapa lama ia tidak menjawab, Cia membuka suara.
Zeyca menggeleng kepala nya. "Gak tahu, aku ketemu di koridor," jawabnya.
"Yah udah, aku tinggal ya bye Cia." Gadis pergi meninggalkan Cia, yang sedang memperhatikan kalung dan cincin itu.
"Kenapa Ci—"
"Apa tuh" ucap Alice yang melihat benda tersebut.
"Punya siapa?" tanya Jaskia.
Cia menggeleng kepala nya. "Murid nyamperin."
Jaskia menganggukkan kepala nya. "kasih sama bk atau kepala sekolah" ucap Alice yang di angguki Cia.
Ketiga gadis itu berjalan di koridor sekolah, beberapa tatapan mengarah kearah mereka.
Tak lama guru wanita memasuki kelas mereka, dan memulai pelajaran nya.
«»
"Di rumah aja ya son, daddy ada kerjaan urgent." ucap seorang laki-laki yang sedang menatap anak laki-laki nya.
"No daddy, Cio au ikut" Cio, anak laki-laki mengeratkan pelukan kaki daddy nya.
Kedua paruh baya di sana menghela nafas. Mereka sudah lelah membujuk anak tersebut.
"Iya nanti malam kita jalan-jalan, sana grandpa, grandma." Carel, laki-laki muda itu harus bersabar menghadapi rengekan dari putra kecil nya.
"Kamu bawa aja deh Car"
"Gak bisa ma, nanti Cio pasti bosan di kantor,"
"Grandpa mau ke timezone, cucu grandpa mau gak ya" ucap pria paruh baya yang masih terlihat gagah di usia lanjut nya.
Arlosky Bramasta. CEO perusahaan Bramsta Corp, di mana sudah berpindah kepercayaan di tangan putra nya. Carel Xander Bramasta. Pemuda yang sudah menduda selama tiga atau empat tahun itu, masih terlihat muda. Umur nya memasuki dua puluh empat tahun.
"Nah iya, grandma juga mau ke timezone sama grandpa" sambung wanita paruh baya Alinda Lvra Bramasta.
Anak yang sedang merengek itu terdiam, ia menatap ketiga orang dewasa itu.
"Cio ikut grandpa" ketiga nya menghela nafas lega. Selesai sudah drama pagi hari.
"Oke, nanti malam daddy jemput. Kita jalan-jalan, sekarang Cio di rumah dulu ya" Carel mencium kening sang putra sebelum pergi dari sana.
"Dadah, ady" anak itu melambaikan tangan kecil nya.
«»
"Pulang dulu gua, capek banget pelajaran hari ini" ucap Alice meregangkan otot nya yang kaku.
Mereka sedang berada di Cafe langganan mereka. Cia sedang menunggu adik nya yang sedang piket kelas nya.
"Kakak" ketiga nya menoleh menatap laki-laki yang berjalan kearah mereka.
"Udah selesai piket nya cil?" Gio mendengus malas.
"Kepo kalice" Cia menggeleng kepala nya, ia bosan melihat perdebatan sepupu dan adik nya berdebat seperti ini.
"Pulang dek, di tunggu bunda" Cia meraih tas nya, melangkah meninggalkan kedua sahabat nya setelah meninggalkan tiga kertas merah di meja.
"Kak, adek ayam kentucky" ucap Gio yang sudah duduk nyaman di kursi sebelah pemudi.
"Mampir di cepat saji, kamu yang pesan" ucap Cia yang membelokkan mobil nya di bangunan berwarna merah, dan kuning.
Setelah memesan makanan, Cia menjalankan mobil nya. Ia sudah telat untung pergi ke kantor nya.
"Siang bunda!" Gio berteriak, memanggil penghuni rumah nya.
Tak lama terlihat wanita yang berjalan kearah anak-anak. "Kok lama pulang nya, bunda tunggu dari tadi," ucap bunda Amara yang membawa dua gelas berisi jus Apel.
"Maaf bun, adek beli ini tadi" ucap Gio mengangkat tas plastik itu.
"Mana, bunda taruh di piring, kalian ganti baju dulu." Cia mengangguk sebagai respon. Gadis itu berjalan ke arah tangga.
Tubuh nya terasa lelah, ia ingin beristirahat sejenak.
Memasuki kamar mandi miliknya. Ia ingin menyegarkan tubuh nya. Setelah menyelesaikan aktivitas nya, Cia merebahkan tubuh nya ranjang milik nya
"Kakak mana bunda?" tanya ayah Alta yang tidak melihat sang putri berada.
"Mungkin tidur, tadi kayak capek banget dia" ayah Alta mengangguk sebagai jawaban.
Laki-laki itu menaiki tangga, dan membuka pintu kamar putri nya. Terlihat sang putri sedang bergelung selimut tebal nya.
Laki-laki itu tidur di tempat sebelah putri nya. Ia tersenyum tipis melihat wajah damai sang putri.
Cia yang merasa terganggu, membuat gadis itu terbangun.
"Ayah" ayah Alta mengangguk, sebagai jawaban.
"Maaf membuat putri ayah terbangun," Cia mengangguk lemah, tubuh nya terasa berbeda hari ini.
"Gak papa, Cia udah lama tidur nya,"
Gadis itu memeluk ayah nya. "Tumben, kenapa ayah kesini?."
"Ayah mau bilang, nanti malam kita pertemuan dengan calon kamu ya" pria paruh baya itu menatap putri nya.
Lama gadis itu terdiam, Cia menganggukkan kepala nya. "Jam berapa?"
"Tujuh"
«»
Cia sedang melihat dirinya di depan cermin full body. Malam ini sesuai kesepakatan keluarga, di mana acara yang sangat langkah.
Cklek!
Pintu kamar nya terbuka, wanita paruh baya tersenyum menatap arah gadis nya, putri nya.
"Cantik banget putri bunda, yuk kita turun. Ayah udah nunggu." Cia menganggukkan kepala.
Kedua nya berjalan di mana dua laki-laki sedang menunggu nya. "Wow, kakak cantik" Cia, lagi dan lagi gadis itu terkekeh, mendengar hari banyak pujian untuk nya.
"Udah yuk, kasian calon mantu ayah"
Kini keluarga tersebut, sudah berada di gedung yang sangat mewah. Di mana sudah di rencanakan pertemuan dua keluarga itu.
"Haloo," bunda Amara menyapa kedu paruh baya, dan laki-laki sedang memangku anak laki-laki.
"Mara, akhirnya, kirain kamu gak setuju." ucap mama Alinda.
Bunda Amara terkekeh. "Pasti setuju lah, ya kan yah" ayah Alta mengangguk, ia mengambil duduk di kursi yang masih kosong.
Di ikuti dengan dua anaknya.
"Mommy, cantik" Cia merasa ada yang menyentuh kaki nya, gadis itu menunduk guna melihat siapa di bawah.
"Hai," Cia mengangkat tubuh kecil. Anak laki-laki itu.
"Seperti nya, kakak pernah melihat kamu" ucap Cia berusaha mengingat di mana ia bertemu dengan anak laki-laki di depan nya.
"Mall, anak saya bertemu anda di mall."
Cia mendongak menatap laki-laki tampan yang menatap nya dengan kedua manik matanya menatap ke arah dirinya.
"Benar, saya tidak sengaja telah menabrak anak anda" laki-laki yang bernama Carel, mengangguk kecil.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments