Setelah cerita dari Tante Shinta, Fita yang mengetahui hubungan masa lalu mamanya dengan mama Nico, dia merasa binggung, apakah harus menjauh dan tetap berteman baik, sedangan pertemanannya dengan Nico membuatnya merasa nyaman dan terlindungin.
Walaupun Fita telah mempunyai Rendi, dia lebih banyak bercerita ke Nico.
Seperti saat ini pun dia sedang bertukar pesan di Whatsapp.
"Bagaimana liburan dirumah Tante mu, seru gak?" Tanya Nico di chatnya.
"Seru lah, bisa liat pemandangan yang masih hijau, asri, segar" balas Fita.
"Boleh aku menyusul kesana, kebetulan keluargaku juga ada yang berada disana nanti aku menginap dirumah keluargaku" balas Nico. Sekarang Nico lebih lembut ke Fita, semenjak kejadian dimana Fita diganggu sama preman, Nico lebih banyak dalam pembicaraannya memakai aku, kamu, tetapi terkadang Gue, Lo juga!.
Fita binggung bagaimana mau melarang Nico datang ke daerah yang memang juga dimana ada keluarganya berada. Sedangkan dia takut, nanti Nico, mengetahui bahwa orang tua mereka bermusuhan, lebih tepatnya mama Fita lah yanh memusuhin mama Nico.
"Iihh, terserah lah, kan memang ada keluarga lo disini" balas Fita. Sedangkan Fita melarang Rendi untuk menyusul karena Fita berpikir nanti Rendi tidur dimana, kalau dirumah Tantenya enggak enak sama tetangganya, berbeda halnya Nico yang memang mempunyai kerabat disini
"Ok, besok aku otw pagi ya" balas Nico.
Fita pun tidak membalas lagi pesan chatnya.
"Fit, lagi apa?" Tanya Rendi yang mengvideo call Fita, padahal baru saja Fita ingin meletakan hpnya.
"Lagi baring saja, kamu lagi dimana?" Fita melihat layar yang berbeda di tempat Rendi.
"Lagi ke mini market antar mama" kata Rendi.
"Udah la kalau begitu jangan main hp" kata Fita.
"Iya deh sayang" jawab Rendi. Dan langsung mematikan hpnya.
Karena ia tidak suka berdebat dengan Fita.
Siangnya Nico memberi kabar Fita jika dia sudah sampai ke tempat dimana Fita berada, sekarang dia berada dirumah keluarganya.
Fita tidak memberitahu Rendi jika nanti sore Nico mengajaknya jalan, karena dia takut Rendi cemburu buta, padahalkan Fita hanya menemanin Nico jalan.
"Fit, itu ya anak Chintia" kata Tante Shinta karena melihat seorang pria yang berdiri didepan rumahnya.
"Hmm, iya Tan, Tan jangan kasih tau mama ya soal ini" minta Fita pada Tantenya.
"Ok, hati-hati kalian dijalan, Tante lihat dia suka sama kamu" kata Tante Shinta.
"Kami hanya berteman kog Tan" jawab Fita.
Mereka pun akhirnya jalan bersama mengelilingin desa, bersenda gurau bersama, ketawa bersama, mereka menggunakan 1 motor saja.
Mereka singgah ke sebuah pondok kecil milik warga, untuk beristirahat.
"Fit, aku mau ngomong sesuatu ini serius, ya walau aku tau, kamu sudah ada Rendi, ini hanya ungkapan perasaan ku" terang Nico.
Fita merasakan deg-degan, jantungnya berdetak cepat.
"Apa?" Pura-pura Fita.
"Aku sebenarnya dari awal ketemu sama kamu, sudah suka sama kamu, aku sayang kamu, tetapi aku telat, dan kamu sudah bersama dengan Rendi, aku terima itu, aku tulus sayang sama kamu, aku enggak mau tau perasaan kamu ke aku bagaimana, yang aku tau kamu sekarang bahagia sama Rendi, aku bahagia melihatnya, aku memberitahu kamu, bukan ingin menganggu perasaanmu, tetapi hanya ingin kamu tau, dan biar rasa bersalah dalam diriku setidaknya sedikit berkurang. Kamu harus selalu bahagia bersama Rendi ya, kita cukup berteman" terang Nico panjang lebar, dia memberanikan diri menyatakan perasaannya.
"Ya, aku sayang sama Rendi!" Deg, serasa berhenti jantung Fita saat ini, tetapi memang Itu saja yang Fita sampaikan ke Nico.
Sebenarnya dalam hati kecilnya ia menyukai Nico juga, tetapi setidaknya saat ini dia harus bertahan bersama Rendi karena dia sendiri yang sudah memilih Rendi, Rendi baik, sayang, tulus sama dia juga.
"Enggak apa-apa, kita tetap seperti biasa ya" minta Nico.
"Iya, tenang saja" jawab Fita.
Bagi Nico, asalkan Fita bahagia bersama Rendi, dia pun bahagia dan tidak akan mengganggu milik orang lain.
Fita melihat langit, sudah mulai gelap, Nico yang melihatnya pun, mengalihkan pembicaraan
"Udah mau malam, kita pulang yuk!" Ajak Nico.
"Iya" jawab Fita.
Setelah setengah hari mereka jalan-jalan.
Mereka pun pulang.
Di jalan pulang, Fita yang digonceng Nico, merasakan canggung yang kuat, karena perkataan Nico tadi.
Dirumah keluarga Nico,
"Kamu habis dari mana Nic?" Tanya Om Nico.
"Habis dari bertemu teman dirumah ujung gang itu loh Om" kata Nico, sesampai dirumahnya.
"Loh, itu kan rumah teman mama mu?" Kata Om Nico.
"Yang mana teman mama" tanya Nico.
"Yang nama Sonia" kata Omnya lagi.
Nico mengingat nama Sonia, Sonia adalah mama Fita, jadi mama Fita dan mamanya berteman kata Nico dalam hatinya, oni sangat kebetulan baginya.
"Itu mamanya teman ku, om" kata Nico.
"Mama mu dengan Sonia, lebih tepatnya masih memiliki masalah pribadi yang belum selesai, Sonia masih membencinya" kata Om Nico.
"Apa, kog bisa Om"
"Iya, begitu lah yang Om tau" kata Omnya, tanpa menjelaskan bagaimana kisah mamanya.
"Kalau Sonia tau kamu anak Chintia, pastinya kamu dan anak Sonia tidak di izinkan berteman olehnya" terang Omnya lagi.
Seketika, rasa jantung Nico terasa berhenti, serasa takut, sedangkan dia menyukai Fita, apakah harus menjauhkan diri dari Fita hanya karena masalah orang tuanya.
Nico binggung setelah mendengar cerita Omnya.
"Nico, hanya berteman Om, kami 1 kampus berbeda angkatan" Kata Nico.
"Ya kalau hanya berteman tidak apa-apa mungkin ya, tetapi jika kalian berhubungan, akan menjadi pertentangan" kata Omnya lagi.
"Enggak Om, hanya berteman" jawab Nico sambil merasa detak jantungnya lebih cepat, perasaan kacau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments