Reksa Mengenal White?

Irene menghentikan tawanya saat menyadari kalau dirinya menjadi perhatian kakak tirinya. Ia pun segera mengalihkan pandangannya ke arah Cala yang sudah sibuk dengan legonya. 

Reksa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Tangannya pun terulur mengusap kepala Irene. 

“Teruslah tersenyum dan tertawa, walau dunia ini tidak seindah seperti apa yang kau bayangkan. Aku berjanji akan selalu ada untuk kamu,” 

Irene tertegun mendengar ucapan Reksa, bahkan ia sampai tercengang dengan apa yang Reksa lakukan. Bisa dikatakan Reksa cukup berani melakukan itu padanya. 

Irene sedikit bergeser dari posisinya. “Terimakasih, tapi tidak perlu berjanji padaku!” 

Reksa tersenyum mendengar jawaban Irene. Ia sadar kalau hubungan mereka masih belum bisa seakrab layaknya saudara kandung. 

“Aku akan selalu menepatinya, percayalah!” ucap Reksa terdengar begitu tegas. 

Irene tak menjawab lagi, seakan ia sudah jengah dengan sebuah janji. Mungkin karena rasa kecewanya pada janji pria yang pernah ia cintai. Mengingat itu, Irene kembali mengepalkan kedua tangannya. 

Reksa yang memang sejak tadi memperhatikan Irene pun mengerutkan dahinya. 

“Ren, are you oke?” tanya Reksa sambil menyentuh lengan Irene. 

Sontak Irene langsung terjingkat saat Reksa menyentuh lengannya. Dengan cepat Irene berdiri dan berjalan cepat menuju kamarnya. Meninggalkan Reksa yang keheranan dan khawatir pada adiknya itu. 

Merasa sangat khawatir pada Irene, akhirnya Reksa pun segera meninggalkan Cala sendirian. Dengan cepat Reksa mengejar Irene yang sudah terlebih dahulu ke kamarnya. 

“Ren,” Reksa memanggil seraya mengetuk pintu kamar Irene. 

Berkali-kali Reksa mengetuk pintu kamar Irene, namun tetap tidak digubris dari dalam. Merasa diabaikan, Reksa pun akhirnya memberanikan diri menekan handle pintu kamar sang adik. 

Dapat Reksa dengar suara isakan tangis saat pintu mulai terbuka kecil. Hati Reksa terenyuh  mendengar isakan itu, rasanya seakan ia pun merasakan sakit yang mendalam dalam hatinya. Reksa dapat melihat tubuh Irene bergetar, duduk dengan kaki yang dipeluknya. Gadis itu menenggelamkan wajahnya di sela kedua lututnya.  Perlahan Reksa mendekat,  menghampiri Irene yang masih menangis. 

Reksa duduk disebelah Irene dan menarik tubuh gadis itu. 

“Jangan menangis!” lirih Reksa. 

“Ingat pesan Kakak tadi, mulai saat ini Kakak akan menepati janji Kakak.” 

Tangis Irene semakin kencang, begitupun juga dengan pelukan yang diberikan Reksa pada tubuh mungil sang adik. 

“Kamu nggak tahu rasanya dikhianati, Kak. Itu rasanya sakit banget,” lirih Irene dengan sesegukan dalam tangisnya. 

Reksa mengusap punggung Irene. “Kakak tahu, Ren. Kakak tahu apa yang saat ini sedang kami rasakan. Melihat kamu menangis seperti ini saja sudah membuat hati Kakak sakit. Sudah, cukup jangan menangisi pria brengsek itu lagi!” ujar Reksa. 

Irene yang masih menangis pun terkejut mendengar ucapan Reksa saat menyebutkan kata pria brengsek. Apakah pria itu tahu tentang hubungannya dengan White? Kenapa sampai Reksa berkata seperti itu? 

Irene pun menjauhkan tubuhnya dari Reksa dengan paksa. Ia menatap pria itu  dengan tatapan penuh tanda tanya. Reksa paham saat ini pasti adiknya itu sedang bingung atas apa yang baru saja ia ucapkan. 

Reksa tersenyum tipis, namun tatapan matanya begitu tajam. “White Emilio Grissham,” 

Irene tercengang mendengar nama yang baru saja Reksa katakan. Bahkan Irene semakin dibuat terkejut saat Reksa mengatakan hal yang membuat Irene merasakan kengerian pada sosok kakak tirinya itu. 

“Kenapa? Tidak perlu terkejut seperti itu. Aku bahkan tahu siapa pria brengsek itu. Apa perlu Kakak buat dia menderita, hmm?” dengan seringaian di wajahnya Reksa bertanya penuh dengan penekanan.

Irene mengerjapkan matanya berkali-kali, sesak dalam dadanya belum hilang karena menangis, kini harus merasakan debaran jantungnya yang tak karuan saat mendengar Reksa menyebut nama mantan kekasihnya itu. Sungguh tatapan dan senyuman Reksa mampu membuat Irene takut pada pria itu. 

“K-Kak…” Irene menggeleng dengan pelan. 

“K-kamu membuatku takut, Kak!” lirih Irene dengan tergagap. 

Reksa menghela nafasnya, sedikit menyesal karena hampir saja ia menunjukkan dirinya yang sedang emosi di depan Irene. 

“Maafkan Kakak,” Reksa kembali meraih tubuh Irene yang sudah bergetar karena rasa takutnya. 

Cukup lama Reksa berada di dalam kamar Irene, pria itu sengaja tidak beranjak sedikitpun dari sang adik. Itu dilakukan Reksa karena ia sangat ingin dekat dengan adiknya itu, tapi bukan hanya sekedar ingin dekat saja. Ada maksud tertentu yang membuat Reksa sangat ingin dekat dengan Irene. Niat terselubung yang hanya dia dan Tuhan yang tahu. 

Keduanya kini sedang duduk di bawah, samping tempat tidur sambil  menyandarkan tubuh mereka. Tatapan keduanya lurus ke depan, sesekali Reksa masih dapat mendengar helaan nafas panjang dari Irene. 

“Bagaimana bisa Kakak tahu soal White?”. tanya Irene yang memulai pembicaraan setelah cukup lama bungkam. 

“Hal mudah bagi Kakak untuk mengetahui pria itu,” jawab Reksa. 

Irene mendengus mendengar jawaban Reksa yang terkesan sangat menyombongkan dirinya. Namun detik berikutnya Irene berpikir kembali, jelas saja jika pria itu mudah dalam mencari segala informasi tentang seseorang. Seketika itu juga otak Irene bekerja, dan berpikir jauh tentang Reksa. Ia menoleh dan menatap Reksa dengan tatapan tajam. 

“Apa selama ini kamu memata-matai ku?” selidik Irene. 

Reksa menoleh dengan dahi berkerut sebelah. “Bukan memata-matai kamu, tapi aku hanya menjagamu dari jarak yang cukup aman. Tanpa kamu ketahui,” Reksa tersenyum simpul saat mengatakan sebuah rahasia yang hampir dua tahun ini ia sembunyikan dari Irene. 

Irene membenarkan posisi duduknya. “Jadi selama ini kamu…” 

“Ternyata kalian disini,” 

Irene dan Reksa sama-sama menoleh setelah mendengar suara Anita dari balik pintu kamar. Reksa tersenyum dan berdiri saat melihat sang bunda masuk ke dalam kamar Irene. 

“Kalian sedang membicarakan apa?” tanya Anita.

Reksa dan Irene saling melirik sebelum menjawab pertanyaan Anita. Anita menelisik penampilan Irene, ia dapat melihat mata sembab Irene. 

“Kami sedang mengobrol biasa, Bun.” jawab Reksa sambil merangkul pundak Irene. 

“Sudah lama Reksa nggak ngobrol bareng sama Irene. Ya, kan, Ren!” Reksa tersenyum pada Irene. 

Irene pun mengangguk dan tersenyum tipis. “Iya, Bun. Kami hanya ngobrol biasa,” ucap Irene membenarkan apa yang Reksa katakan. 

Anita masih memicingkan matanya, dan terus menelisik Irene. Kemudian wanita itu pun menghela nafasnya. 

“Apa kamu habis menangis? Apakah Reksa yang membuatmu menangis?” 

Irene dan Reksa kembali tercengang dengan pertanyaan Anita. Keduanya diam sambil menatap Anita. Lalu dengan cepat Irene mengerjapkan matanya, sambil berdehem pelan. 

“Nggak, Bun. Irene nggak habis nangis kok,” jawab Irene. 

“Tapi matamu terlihat sembab,” ujar Anita lagi. 

Irene menggeleng. “Mungkin karena Irene terlalu lama tidur. Jadi, mataku sembab seperti ini.” jawab Irene lagi. 

“Ya sudah, sebaiknya kita kebawah. Ayah kalian juga sudah pulang,” ucap Anita. 

Reksa tersenyum sambil menoleh ke samping. “Ayo,” Reksa mendorong sedikit tubuh Irene agar gadis itu ikut dengannya. 

“Aku akan menceritakan semuanya, tapi tidak sekarang.” Bisik Reksa saat mereka sudah berjalan keluar dari kamar Irene. 

Irene mengerutkan kedua alisnya mendengar ucapan Reksa. Sebenarnya Irene masih sangat penasaran dengan Reksa. Kenapa pria itu memata-matainya? 

Di tempat lain, seorang pria misterius tersenyum simpul saat melihat sebuah foto yang baru saja dikirimkan oleh asistennya. Pria itu mengusap lembut layar ponselnya, lalu membanting tubuhnya ke atas kasur yang empuk king size nya. 

“Jangan menangis lagi, sayang. Bersabarlah, sebentar lagi aku akan menemuimu. Tunggulah kedatanganku!” ujar pria itu yang masih terus menatap penuh puja pada foto seorang gadis yang sedang duduk bersama seorang anak kecil. 

Pria itu menaruh ponselnya di atas dadanya. Ia menatap keatas langit-langit kamarnya, sambil tersenyum. Seakan sedang memimpikan atau menghayalkan sesuatu tentang gadis itu. 

“Irene,” gumam pria itu. 

“Aku mencintaimu, sangat mencintaimu.” 

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!