Trauma

Wajah Irene berubah murung, Anita dapat menangkap sesuatu yang sedang disembunyikan oleh anak tirinya itu. Sementara Irene sendiri teringat dengan apa yang pernah Lusiana katakan padanya. Irene sangat ingat saat itu dirinya tidak masuk sekolah karena kurang sehat. Lusiana yang mengetahui Irene tidak sekolah pun memarahinya dan memaki Irene. 

Bahkan Lusiana tidak tanggung tanggung menyiksa  Irene kala itu. Lusiana selalu berkata kasar pada gadis yang tak lain adalah putrinya sendiri. Lusiana selalu melontarkan kata-kata yang tak pantas dilontarkan oleh sang ibu sebagai orang tua pada anaknya. 

"Dasar anak gak tau diri! Kamu itu seharusnya sadar, kalau kamu itu anak pembawa sial. Besok kamu harus sekolah, tidak ada alasan sakit atau apalah. Memangnya kamu kira biaya sekolah itu murah, heoh?" 

"Apakah kamu bisa mengganti semua uang yang sudah aku keluarkan untuk seluruh biaya kamu, heoh?" 

"Memang anak pembawa sial, anak gak tahu diri! Lebih baik kamu melacur saja sana. Biar bisa mengembalikan semua uang yang sudah aku keluarkan untuk anak yang gak tahu diri seperti kamu ini!" 

Irene langsung menutup telinganya saat bayang-bayang Lusiana berkata kasar padanya. Anita pun yang melihat itu sangat panik, dan Cala sendiri hanya terbengong melihat sang kakak tiba-tiba menangis sambil menutup telinganya. Sari pun langsung mengambil Cala dan membawanya ke dalam pelukannya. 

"Sayang," Anita langsung memeluk Irene yang masih terisak. 

Irene terisak dalam pelukan Anita, namun tangisnya tidak terdengar begitu histeris. Irene menangis dengan diam, dadanya terasa begitu sesak. Hingga Anita sadar kalau saat ini Irene membutuhkan oksigen, ia segera menekan tombol darurat yang dekat dengan tempat tidur. 

Tidak lama seorang dokter dan satu perawat datang memeriksa keadaan Irene. 

"Apa yang terjadi, kenapa pasien bisa tiba-tiba sesak nafas seperti ini?" tanya sang dokter pada Anita. 

Anita menggeleng dengan air mata yang terus mengalir. "S-saya juga tidak tahu, Dokter. Tiba-tiba saja putri saya menutup telinganya dan dia menangis," jawab Anita dengan bibir bergetar. 

Sang dokter pun hanya diam, sang dokter hanya memilih bertindak cepat untuk menangani Irene. Selang oksigen sudah dipasang, dan kemudian dokter itu pun menyuntikan obat penenang pada tubuh gadis yang saat ini terbaring lemah di atas brankar. 

Anita dan Sari tak kuasa menahan tangisnya, begitupun juga dengan Cala yang sudah menangis di dalam pelukan sang Oma. 

Irene pun sudah terlelap, gadis itu terlihat lebih tenang. Dokter pun menatap ke arah Anita. Anita pun mendekat ke arah dokter tersebut. 

"Apa yang terjadi pada putriku, Dokter?" tanya Anita yang begitu khawatir. 

Dokter itu nampak menghela nafasnya. "Bisa saya bicara dengan Ibu dan suami Ibu? Karena ada beberapa hal yang saya ingin tanyakan dan ini sedikit bersifat pribadi," tanya dokter dengan hati-hati. 

Anita mengangguk. "Bisa, Dokter. Saya akan menghubungi suami saya untuk datang ke rumah sakit," jawab Anita dengan cepat. 

"Baik, kalau begitu saya tunggu di ruangan saya. Kalau ada apa-apa bisa memberitahukan pada suster yang berjaga di depan," ucap sang dokter. 

"Baik, Dokter. Terima kasih!" 

Dokter itu pun keluar bersama sang suster. Anita menatap sendu ke arah Irene yang sedang terbaring lemah diatas tempat tidurnya. Oma Sari pun mendekat ke arah Anita. 

"Sebaiknya kamu segera hubungi Thomas," ucap oma Sari. 

Anita menghapus air matanya dan mengangguk. Namun Cala masih menangis, bahkan ia meminta gendong oleh Anita. 

"Sini sayang, sudah jangan menangis lagi. Nanti Kak Irene bangun, kasihan kalau kita mengganggu tidurnya. Biarkan Kak Irene istirahat," bujuk Anita seraya mengusap air matanya. 

"Tata Ilen malah cama cala ya, Bun?" tanya bocah itu dengan isak tangis yang tersisa.

"Sstt, tidak sayang. Kakak Irene tidak marah dengan Cala. Kakak Irene hanya sedang lelah dan butuh istirahat yang banyak," jawab lembut Anita 

Oma Sari pun tak tinggal diam, ia kembali mendekat ke arah Anita yang sedang menggendong Cala. 

"Berikan ponselmu, biar Mama yang menghubungi Thomas," ucap oma Sari. 

Anita pun menyerahkan ponselnya pada Oma Sari. "Tolong ya, Ma!" pinta Anita. 

Oma Sari hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu ia pun mencari nama kontak Thomas didalam ponsel Anita. Ima Sari sedikit menjauh dari Anita dan Cala. Tak lama oma Sari berbicara dan menyampaikan apa yang diminta oleh dokter tadi. Thomas pun mengiyakan dan mengatakan akan tiba di rumah sakit sekitar  setengah jam lagi. 

Thomas akan minta izin pada atasannya untuk ke rumah sakit. Beruntung tidak ada meeting hari ini, jadi Thomas bisa mendapatkan izin untuk ke rumah sakit. 

Anita memperhatikan sang ibu yang sudah selesai menghubungi Thomas. "Bagaimana, Ma? Apakah Bang Thomas bisa datang?" tanya Anita sambil mengusap punggung lembut Cala. 

"Alhamdulillah bisa, Thomas bilang sekitar setengah jam dia akan tiba di sini," jawab oma Sari. 

"Alhamdulillah," gumam Anita. 

Lalu ia melirik ke arah Irene. "Entah apa yang terjadi pada Irene. Yang jelas aku sangat takut, Ma. Aku takut terjadi sesuatu padanya," lirih Anita. 

Oma Sari menghela nafasnya, ia berjalan dan ikut duduk di sebelah Anita. Tangannya terulur mengusap punggung sang putri. 

"Tenanglah! Sebaiknya kita berdoa saja untuk kesehatan Irene. Semoga semuanya baik-baik saja," ucap oma Sari agar Anita tenang. 

Langit malam ini bisa dibilang cerah, karena bulan sabit dan beberapa bintang menghiasi langit malam ini. Terlihat indah dan tenang, ngin sepoi-sepoi menyejukkan udara malam ini. Alunan musik pun terdengar merdu menambah suasana cafe menjadi ramai dan nyaman. 

Sekumpulan remaja hampir memenuhi cafe tersebut. Salah satunya White dan teman-temannya, dan tak lupa sosok gadis yang selalu menemani White kemanapun pria itu pergi. Gadis itu adalah Nancy, kekasih White. 

Wajah ceria tergambar di wajah Nancy dan yang lainnya. Namun tidak dengan White, nampaknya pria itu sedang tidak menikmati waktu berkumpul mereka yang sering dilakukan setiap Sabtu malam. 

Terlihat Nathan, Venus, Alana dan Nancy begitu menikmati kebersamaan mereka. Akan tetapi White merasa sepi di tengah-tengah kebersamaan itu. Ia hanya tersenyum dan menjawab seadanya saja saat dari mereka bertanya padanya. Nancy dan Alana pun ke toilet berdua, saat itulah Venus dan Nathan bertanya pada White. 

"Lo kenapa sih, White? Dari tadi gue perhatiin loe sering banyak diamnya daripada omongan," tanya Nathan. 

White menaikkan satu alisnya. "Gue gak apa-apa. Cuma pengen diem aja," jawab White dengan santai. 

White mengalihkan pandangannya ke arah lain. Venus dan Nathan pun saling melirik, mereka masih kurang puas dengan jawaban White. 

"Loe lagi gak bohongin kita berdua 'kan, White?" selidik Venus.

White menatap kedua sahabatnya. "Memangnya apa yang harus gue sembunyiin dari kalian berdua?" 

Baik Venus maupun Nathan keduanya berdecak kesal saat White malah balik bertanya pada mereka. 

"Loe bisa gak sih, kalau ditanya sama kita tuh jangan malah tanya balik ke kita berdua!" cetus Nathan yang kesal pada White. 

White malah tertawa melihat keduanya sudah mulai kesal dengan dirinya. White mengulum bibirnya saat menahan tawanya. 

"Gue serius! Gue gak kenapa-kenapa, dan gak ada yang gue sembunyiin dari kalian berdua. Sudahlah, lebih baik bahas yang lain. Dari pada nantinya kedua cewek itu ikutan curiga sama gue. Yang ada malah semakin ribet  dan bikin gue bete," ucap White seraya melirik ke arah Nancy dan Alana yang baru saja keluar dari toilet. 

Baik Nathan dan Venus hanya bisa mendengus kesal. Sementara White asyik menyesap ice cappucino yang tinggal sedikit. White menatap lurus ke arah panggung kecil dimana live musik sedang berlangsung. Tatapan lurus kedepan, namun pikirannya entah melayang kemana. 

"Kamu dimana, Ren? Tadi pagi aku kerumah kamu, tapi tidak ada orang sama sekali di rumahmu. Apakah kamu baik-baik saja setelah kamu mengetahui semua kebohongan yang telah aku ciptakan? Maafkan aku, Ren." 

White bergumam dalam hatinya, tadi pagi memang White menyempatkan mampir ke rumah Irene bersama Lusiana. Namun sayangnya tidak ada orang sama sekali. Sementara saat itu Lusiana sedang berada di Bandung sedang menghadiri acara reuni bersama teman-teman kampusnya dulu. 

Terpopuler

Comments

Faraz Youza

Faraz Youza

jahat bgd emaknya

2024-02-25

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!