Reino masih terduduk lemas di depan ruangan operasi, sudah 1 jam Venus di dalam, tapi dokter belum ada kabar juga, rasanya ingin sekali Reino menerobos masuk ke ruang operasi itu untuk mencari tahu kondisi istrinya. Berulang kali dia mengusap kasar wajahnya, guratan kekhawatiran tercetak jelas diwajah tampannya.
Erik yang melihat kegusaran Reino, berusaha untuk menenangkan majikannya itu.
"Tuan, minumlah dulu biar Anda tenang." Erik menyodorkan sebotol air mineral, Reino meraih botol itu dan menenggak isinya hingga separuh, sepertinya dia haus sekali.
"Apa dia akan mati?" Reino bertanya tanpa menoleh kepada Erik, suaranya terdengar lirih.
"Kita berdoa saja, Tuan. Semoga Nona Muda bisa selamat." Erik tertunduk takut ... takut kalau dia salah bicara, tapi untung saja kali ini nasibnya sedang baik, karena Reino hanya menghela nafas mendengar jawaban Erik.
Pintu ruang operasi terbuka, buru-buru Reino berdiri dan menghampiri seorang dokter yang baru keluar dari sana.
"Bagaimana kondisinya, dok?" Reino memandang lekat wajah dokter itu, tatapannya nya seolah berharap mendapat kabar yang baik.
"Kami sudah mengoperasi lukanya, untung saja tidak mengenai organ dalam. Tapi, Tuan ... kondisi pasien sangat kritis, dia kehilangan banyak darah." dokter spesialis bedah itu menjelaskan kondisi Venus.
"Kalau begitu apalagi? Lakukan transfusi darah secepatnya, kenapa kau masih berdiri disini?" Reino meninggikan suaranya.
"Tapi, Tuan ... rumah sakit ini tidak menyimpan stok darah yang ..." Belum sempat dokter itu melanjutkan kata-katanya, Reino dengan kasar menarik kerah kemejanya dan menatap tajam dokter itu.
"Rumah sakit macam apa ini? Bisa-bisanya kalian tidak memiliki stok darah! Kalau terjadi sesuatu kepadanya, akan kuratakan rumah sakit ini dengan tanah!" Reino berbicara dengan penuh kemarahan.
"Maaf, Tuan ... bukan begitu maksud saya. Pasien memiliki golongan darah langka, kami tidak memiliki stok darah itu." dokter itu berbicara dengan takut.
"Apa golongan darahnya?"
"O-negatif, Tuan. Dan kemungkinan keluarga kandungnya memiliki golongan darah yang sama." dokter itu masih tertunduk takut.
"Erik, bawa Daniel beserta anak dan istrinya kesini. Cepat!!" Reino memerintah Erik dan melepaskan cengkeraman tangannya dileher dokter itu.
"Baik, Tuan!" Erik mengangguk dan segera berlalu meninggalkan rumah sakit.
"Sekarang apa aku sudah bisa melihatnya?"
"Sambil menunggu darahnya datang, kami akan segera memindahkan pasien ke ruang ICU, Tuan bisa melihatnya disana." dokter itu mempersilahkan Reino ke ruang ICU.
Reino menuruti dokter itu tanpa berbicara apa pun, rasanya saat ini dia ingin bertemu Venus dan memeluknya, dia takut sekali kehilangan gadis itu.
***
Reino duduk disisi Venus yang sedang terbaring lemah dengan wajah yang pucat, ada luka lebam di dahi dan luka robek disudut bibirnya. Bahkan samar-samar Reino melihat ada bekas cekikan yang memerah di leher gadis itu, sungguh keadaanya membuat Reino geram sekaligus sedih.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang melakukan semua ini?" Reino menggenggam erat tangan Venus, air matanya tak bisa dia bendung lagi. Cairan bening itu terus turun membasahi wajah tampannya.
Untuk pertama kalinya Reino menangis karena seorang wanita, dia begitu takut kehilangan Venus. Walaupun pernikahan mereka baru beberapa hari, tapi entah mengapa kehadiran Venus benar-benar membuat hidup Reino berubah, dia seperti merasakan sesuatu keanehan yang nggak pernah dia rasakan sebelumnya, tapi dia sendiri nggak tahu itu apa?
Mungkinkah dia jatuh cinta dari sejak pertama dia bertemu dengan Venus?
Entahlah, Reino sendiri nggak pernah tahu apa itu cinta dan bagaimana rasanya.
Tiba-tiba seorang dokter masuk ke ruang ICU tempat Venus terbaring tak berdaya, dia membawa beberapa lembar berkas hasil tes darah Daniel dan anak istrinya. Mereka akhirnya menurut ikut ke rumah sakit setelah Erik mengancam akan menutup perusahaan Daniel, sebenarnya itu cuma akal-akalan Erik saja agar mereka mau ikut, karena Daniel dan Eliza tahu Venus bukan putri mereka dan setelah ini semua orang akan tahu kebenarannya. Dokter itu menghampiri Reino.
"Maaf, Tuan ... golongan darah kedua orang tua pasien tidak cocok. Golongan darah Ayahnya AB dan Ibunya B." dokter itu menjelaskan dengan rinci.
"Apa ...? Bagaimana bisa? Lalu bagaimana dengan anak mereka yang satunya lagi?" Wajah Reino berubah pias.
"Nona yang lagi hamil itu juga memiliki golongan darah AB, Tuan." dokter itu tertunduk takut, dia pasrah jika Reino murka dan menghajarnya.
"Apa-apaan ini? Bukankah mereka keluarganya?" Emosi Reino mulai naik dilevel 5, dokter itu sudah semakin menciut.
"Ke ... kemungkinan pasien bukan anak kandung mereka." dokter itu merasa menyesal mengatakannya, ingin sekali dia menghilang dari hadapan Reino saat ini.
Mata Reino melotot sempurna, dia terkejut bukan main saat mendengar pernyataan dokter itu. Seketika air mukanya berubah marah dengan rahang yang mengeras.
Pantas saja mereka menyiksanya dan memperlakukannya dengan buruk.
Kau akan membayar semua ini Daniel!
Reino meninggalkan ruangan Venus, dia berjalan tergesa-gesa mencari Daniel, dia yakin pria nggak tau diri itu pasti masih ada di rumah sakit ini. Dari kejauhan, Erik berlari menghampiri Reino.
"Bagaimana, Tuan?" Erik berbicara sambil mengatur nafasnya yang tersengal akibat berlari tadi.
"Mereka bukan orang tua kandungnya! Dimana Si berengs*k itu?"
"Mereka masih di parkiran, Tuan." Erik mencium gelagat kemurkaan dari Reino.
Seketika Reino langsung berlari cepat menuju parkiran, Erik pun mengikuti Tuannya itu dari belakang. Reino melihat Daniel dan keluarganya hendak masuk ke dalam mobil, dia mempercepat larinya dan segera menarik Daniel keluar dari mobil.
"Tuan Reino? Ada apa?" Daniel berpura-pura bingung, padahal dia tahu tujuan Reino menghampirinya.
"Katakan siapa orang tua kandungnya? Dimana keluarganya?" Reino berteriak penuh kemarahan.
"A ... apa maksud, Tuan? Kamilah keluarganya?" Daniel yang gugup masih berpura-pura.
Buuugghh ...!
Reino melayangkan bogem mentah ke wajah Daniel, membuat tubuh pria itu menabrak mobilnya sendiri. Melihat kejadian itu, Eliza dan Erika pun turun dari mobil. Erik yang berdiri dibelakang Reino hanya tersenyum sinis melihat wajah kesakitan Daniel.
"Kenapa kau memukul suamiku?" Eliza berteriak marah.
"Karena suamimu itu berbohong!"
"Saya tidak bohong, Tuan." Daniel berbicara sambil menahan sakit diwajahnya.
"Cih, kau bilang kalian keluarganya? Bahkan kalian sama sekali tidak khawatir apalagi menjenguknya. Keluarga macam apa itu? Haa ...!" Kemarahan Reino benar-benar sudah diambang batas.
"Katakan dimana keluarga kandungnya? Atau aku patahkan lehermu!" Reino mencengkeram leher Daniel dan menatap tajam netra hitamnya, seketika Daniel menjadi takut dan dengan susah payah menelah salivanya.
"Ka ... kami tidak ta ... hu, Tuan. Kami mengadopsinya dari panti asuhan." Daniel akhirnya jujur dan berbicara dengan terbata-bata.
"Panti asuhan mana?" Reino semakin mengeratkan cengkeramannya, membuat orang yang melihatnya merinding takut.
"Pa ...panti Asuhan Ka ... sih Bunda."
Reino melepaskan cengkeramannya dari leher Daniel, pria itu terbatuk-batuk.
"Erik, seret dia ke panti asuhan itu dan cari informasi sebanyak-banyaknya!" Reino memerintah Erik sambil menunjuk Daniel.
Daniel hanya pasrah mengikuti Erik, sementara Eliza dan Erika pulang kerumah tanpa Daniel. Walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi, tapi tak menyurutkan semangat Erik untuk mencari tahu informasi tentang Nona Mudanya. Bahkan sebelum menjemput Daniel tadi, Erik sudah menghubungi polisi untuk menyelidiki kasus ini. Erik mencurigai sesuatu, tapi dia masih menunggu Reino tenang, baru menyampaikan kecurigaanya.
***
Jangan lupa vote nya sayang akuh ...
Biar aku crazy up lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Moza9i
dari pada cari info keluarga kandung venus, mending cari pendonor lain dulu kan?
2023-11-20
0
Riska Wulandari
pinteran Erick ketimbang kamu Rein..
2021-12-20
1
DPuspita
Erik sepertinya bukan sopir biasa nich... 🤔
2021-12-03
1