Reino terpaksa pergi menemani Diana ketoko buku, gadis itu berdalih ingin membeli beberapa novel untuk dia baca saat dia merasa jenuh di kamar, sebenarnya Reino sedikit heran, sejak kapan gadis manja yang sombong ini suka membaca novel?
Ah, tapi sudahlah, Reino merasa tak penting dia harus tau tentang gadis itu.
Mereka sudah 3 jam berada di dalam toko buku, tapi tak satupun novel yang Diana pilih, gadis itu sepertinya hanya mengelilingi stand yang berisi buku-buku tanpa memilih apa pun.
Sementara Reino sudah merasa jenuh, dia merogoh sakunya berniat mengambil ponselnya, tapi benda pipih itu tak dia temukan disana. Reino berusaha mengingat dimana dia meletakkan ponselnya tadi?
"Diana, cepatlah sedikit! Ponselku mungkin tertinggal di rumah."
"Biarkan saja! Lagipula siapa yang akan menghubungi malam-malam begini?" Diana menjawab dengan enteng tanpa menoleh Reino.
"Bisa saja ada klien penting yang menghubungiku." Reino terlihat gelisah, sebenarnya bukan itu yang dipikirkan Reino, dia takut tiba-tiba Venus menghubunginya. Entah mengapa dari tadi perasaan Reino tak enak, dia terus-terusan kepikiran Venus.
"Ayolah, sekali-sekali nikmati waktumu bersamaku tanpa memikirkan pekerjaan ataupun yang lain." Diana beralih memandang wajah tampan Reino yang terlihat cemas itu.
"Kalau kau masih lama, aku akan pulang lebih dulu. Kau bisa pulang naik taxy." Reino meninggalkan Diana begitu saja.
"Huuu .... Rein ... tunggu!" Diana pun mengalah dan mengikuti Reino pulang dengan perasaan kesal.
Sementara itu di kediaman Brahmansa, Liana sedang memerintahkan semua pengawal dan pelayan untuk membersihkan rumah malam itu juga dengan alasan besok akan ada acara yang sangat penting.
"Jangan ada satu pun pelayan dan pengawal yang meninggalkan rumah ini!" Liana memerintah dengan angkuh.
"Maaf, Nyonya. Tapi Tuan memerintahkan saya dan Ina untuk menemani Nona Muda." Seorang pengawal memberanikan diri untuk berbicara.
"Kalau kalian masih mau bekerja disini, patuhi perintahku! Karena aku Nyonya dirumah ini." Liana menatap tajam pengawal itu.
"Ba ... baik, Nyonya." Pengawal itu tertunduk takut, begitu juga dengan Ina, dia tak berani membantah perintah Liana, walaupun hatinya cemas memikirkan Nona Mudanya yang pasti sedang sedirian.
***
Venus tengah duduk sendiri di kamarnya, dia berulang kali mengganti chanel TV tapi tak ada tontonan yang menarik. Venus merasa jenuh dan sangat lapar, dia sudah memeriksah kulkas dan dapur tapi tidak ada makanan disana.
"Kemana sih pelayan dan pengawal yang dia janjikan? Bahkan makanan pun tidak dia sediakan. Apa dia ingin membiarkanku mati kelaparan?" Venus berbicara sendiri seperti orang gila.
Venus memutuskan untuk menghubungi Reino, dia ingin sekali memarahi pria itu saat ini, tapi saat panggilannya terhubung, tidak ada jawaban dari Reino sama sekali. Membuat Venus semakin kesal, lalu dia mengirim pesan kepada Reino.
"Mana pelayan dan pengawal yang kau janjikan? Kenapa mereka tidak datang? Aku bahkan sangat kelaparan dan kesepian saat ini. Aku takut sekali."
Pesan itu sudah terkirim ke nomor Reino, tapi lagi-lagi tidak ada jawaban, membuat Venus semakin takut dan cemas.
Lalu tiba-tiba Venus mendengar suara pintu depan dibuka, dengan polosnya gadis itu berfikir mungkin itu pelayan atau pengawal yang datang. Venus keluar dari kamarnya, dia berjalan pelan menuju pintu utama.
"Siapa yang datang?" Venus berusaha mencari tahu, tapi tak ada jawaban.
Tapi tiba-tiba sepasang tangan mendekapnya dari belakang, membuat Venus kaget setengah mati.
"Siapa kau?" Venus spontan berbalik dan terperangah saat melihat seorang pria bertopeng dengan perawakan tinggi besar yang mendekapnya.
"Kau akan mati malam ini!" Suara pria itu terdengar parau, membuat Venus semakin ketakutan.
"Kau mau apa? Lepaskan aku!" Venus memberontak dan berusaha lepas dari dekapan pria misterius itu, tapi tenaga pria itu sangat kuat.
Venus nggak kehilangan akal, dia menendang kuat ******** pria itu dengan lututnya, sehingga berhasil membuat pria itu memekik kesakitan dan melepas dekapannya.
"Aaarrgghh ...!" Pria itu berteriak kesakitan.
Venus berlari kesembarang arah menjauhi pria itu, karena panik Venus menabrak beberapa barang, bahkan ada beberapa vas bunga yang terjatuh dan pecah. Dan akhirnya gadis itu terjatuh saat kakinya tersandung sofa.
"Aaaww ...!" Venus segera menutup mulutnya, dia merangkak ke belakang sofa dan bersembunyi disana. Venus nggak tahu harus bersembunyi dimana lagi?
Detak jantungnya tak beraturan, peluhnya menetes seperti mandi keringat, Venus benar-benar ketakutan.
Rein, tolong aku.
Aku nggak mau mati sekarang.
Aku takut!
Saat ini Venus sangat merindukan Reino, dia berharap suaminya itu mendengar suara hatinya yang meminta tolong dan datang menolongnya.
Tapi tiba-tiba seseorang menarik kuat rambut Venus dan menyeretnya keluar dari balik sofa, Venus yang kesakitan dengan terpaksa keluar dari persembunyiannya.
"Tolong jangan sakiti aku! Lepaskan aku!" Venus memelas memohon agar pria itu melepaskannya.
"Kau harus mati!" Pria itu membenturkan kepala Venus ke dinding lalu mambanting tubuhnya ke lantai.
"Tolooooong ...!" Venus berteriak berharap ada yang mendengar.
Plaaaakk ...!
Pria itu menampar Venus dengan kuat hingga sudut bibir gadis itu berdarah, lalu dia mencekik leher Venus, gadis itu memberontak, tapi sia-sia, tenaga pria itu sangat kuat dan tenaganya sudah hampir habis. Tapi tanpa sengaja tangan Venus meraba sesuatu yang tajam, dia memegang benda yang ternyata beling pecahan vase bunga yang terjatuh saat Venus menabraknya tadi, lalu menggoreskannya ketangan pria itu dan berhasil membuatnya memekik kesakitan hingga melepaskan cekikkannya dileher Venus. Darah pria itu menetes kelantai.
Venus terbatuk-batuk dan berusaha meraup udara sebanyak-banyaknya, tapi lagi-lagi pria itu berhasil meraih tangannya dan mendorong tubuhnya hingga membentur tembok, Venus tak bisa lari kemana-mana lagi.
"Matilah kau!" Pria itu menikamkan belati keperut Venus, darah segar pun menyucur hingga membasahi lantai.
"Aaaakkkhh ...!" Venus memelotokan matanya dan meringis menahan sakit.
"Matilah dengan tenang agar dia bisa segera menikah dengan Tuan Muda yang bodoh itu." Pria itu berbisik ketelinga Venus.
Venus terduduk dilantai dengan darah segar yang mengalir, dia pasrah menerima takdirnya jika memang harus mati malam ini.
Kemudian suara mobil mengagetkan pria itu, dia buru-buru kabur melalui pintu belakang dan meninggalkan Venus yang masih merintih menahan sakit diperutnya.
Ceklek ...!
Seseorang membuka pintu utama, Venus ingin meminta tolong tapi tubuhnya sudah sangat lemah.
"Kenapa berantakan sekali disini?" Reino yang baru datang heran melihat ruang tamu yang acak-acakkan.
"Re .... Rein." Dengan sisa tenaganya Venus berusaha memanggil Reino.
Reino yang sayup-sayup mendengar namanya dipanggil berusaha mencari asal suara itu, dan seketika matanya membulat sempurna dan wajahnya berubah panik saat melihat Venus tergolek di dekat sofa dengan penuh darah.
"Venuuuusss ...!" Reino berlari menghampiri istrinya dan segera memangku kepalanya.
"Rein." Suara Venus hampir tidak terdengar.
"Siapa yang melakukan ini? Erik ... tolong!"
Mendengar teriakan majikannya, Erik segera masuk dan terkejut melihat kondisi Venus, "Nona Muda!"
"Cepat antar kerumah sakit!" Reino mengangkat tubuh Venus dan memasukannya kedalam mobil.
Diperjalanan, Reino terus memeluk tubuh lemah Venus, "Bertahanlah!"
"Mu ... mungkin su ... sudah sa ...saatnya ku ... tukan itu ter ... jadi." Venus berbicara dengan terbatah-batah.
"Nggak! Itu nggak boleh terjadi! Bertahanlah!"
Venus menutup matanya dan tidak sadarkan diri, Reino semakin panik dan ketakutan.
"Venus ...! Bangunlah!"
Erik melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, sesekali dia melirik Reino dari spion, tampak majikannya menyeka air matanya.
***
Hari ini aku udah crazy up ya.
Jangan lupa like, rate 5 dan votenya,
biar aku makin semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Riska Wulandari
bukankah itu yg kamu mau Ren..biar kamu bisa nikah sama pacar bisnismu itu..
2021-12-20
1
Wanda Melinda
itu bukan kutukan tapi suruhan
2021-03-03
3
Rian Rian
masa mati sih thor peran utamanya?
2021-02-09
3