"Jadi kau orang yang menelpon ku?" Suara Reino mengagetkan Erika dan Eliza, mereka segera berbalik dan mendapati tatapan tajam Reino seolah ingin mencabik-cabik tubuh mereka.
"Tuan Muda Reino?" Kedua Ibu dan anak itu terlihat sangat ketakutan.
"Jawab aku!" Reino membentak Erika yang tertunduk takut.
Mendengar teriakan Reino, Daniel yang sedang beristirahat di dalam rumah pun ikut keluar dan betapa terkejutnya dia saat melihat Reino dan Venus berada di depan rumahnya.
"Tuan Muda Reino? Ada apa ini?" Daniel memandang Erika dan Eliza bergantian untuk meminta penjelasan kenapa Reino marah-marah.
"Ma ... maafkan putriku, Tuan." Eliza mengatupkan kedua telapak tangannya didepan wajahnya, dan memohon ampun kepada Reino.
"Aku tidak berbicara kepadamu!" Reino beralih menatap Eliza dengan tatapan membunuhnya.
"Ada apa ini?" Daniel masih kebingungan mencari jawaban atas apa yang terjadi.
"Tanyakan sendiri kepada putrimu ini!" Reino kembali menajamkan pandangannya kepada Erika.
"Maafkan aku, Tuan! Aku hanya ingin memberitahu tentang kelakuan istrimu yang menggoda pacarku." Erika memberanikan diri untuk bicara dan menyalahkan Venus.
"Erika, apa yang kau lakukan?" Daniel memandang cemas putrinya itu.
"Aku tidak menggodanya sama sekali, dia yang menjebak ku!" Venus membela diri.
"Kau dengar apa kata istriku?" Reino berbicara dengan nada pelan tapi terdengar mengerikan.
Erika hanya mengangguk pelan, dia masih tertunduk takut kepada Reino walaupun dalam hatinya dia terus mengutuk Venus.
"Atau kau sengaja bersekongkol dengan si bajing*n itu untuk menjebak istriku?"
"Tidak ... tidak, Tuan! Saat itu aku sedang mencari Shane ke bar miliknya dan tak sengaja melihat mereka masuk ke sana, lalu mereka keluar lagi dengan Shane menggendong Venus yang sudah tak sadar menuju hotel XX, jadi aku menghubungi Tuan Reino agar mereka tertangkap basah. Aku nggak sangka kalau semua akan jadi seperti ini, aku menyesal." Erika semakin ketakutan.
"Pria berengs*k itu sudah berani menjebak istriku dan hampir memperkosanya, untung saja kau menelpon ku tepat waktu. Sekarang dia sudah aku jebloskan ke penjara." Reino berbicara dengan santai.
"Apaaaa?" Daniel, Erika dan Eliza serentak terkejut mendengar pernyataan Reino.
"Tapi Tuan, aku sedang hamil anaknya, tolong bebaskan dia!" Erika memelas penuh harap.
"Itu bukan urusanku!" Reino mengacuhkan kata-kata Erika.
"Tuan, aku mohon ampuni kami! Tolong bebaskan pacarku!" Erika mendadak bersujud di kaki Reino sehingga pria itu memundurkan langkahnya dan tetap tidak memperdulikan Erika.
"Kau tidak apa-apa?" Reino malah meraih tangan Venus dan menarik gadis itu kepelukan nya, Venus kaget melihat sikap manis suaminya itu.
"Aku baik-baik saja." Venus tertunduk malu dan merasakan detak jantungnya yang mendadak menjadi cepat saat berada didalam pelukan Reino.
"Kita tidak disambut baik disini, mari pulang!" Reino menuntun Venus berjalan meninggalkan rumah Daniel, sekilas Venus tersenyum penuh kemenangan.
Dari awal dia sudah sedikit curiga kepada Erika, tapi tanpa diduga hari ini Erika dengan bodohnya membeberkan rahasianya sendiri tanpa perlu Venus capek-capek mencari tahu.
Daniel segera menarik Erika agar berdiri dan melayangkan tamparan kuat ke pipi gadis itu, dia mengutuki kebodohan putrinya itu.
Plaaaaakk ...!
"Dasar anak bodoh! Apa yang kau lakukan? Kau bisa saja membuat Papa hancur karena ulah mu itu!" Daniel menatap Erika dengan penuh kemarahan.
"Aku hanya ingin Shane mendapat pembalasan karena dia telah mengkhianati dan mengabaikanku, aku sakit hati, Pa." Erika terisak pilu.
"Tapi bukan begitu caranya! Dasar bodoh! Lalu dari mana kau mendapatkan nomor telepon Tuan Reino"
"Aku ... aku menyalinnya dari ponsel Papa." Erika semkin tertunduk takut.
"Dasar anak kurang ajar! Lancang sekali kau!" Daniel mengangkat tangan kanannya dan hendak menampar Erika lagi, tapi Eliza buru-buru menghalanginya.
"Cukup, Pa! Erika lagi hamil, jangan kasar kepadanya!" Eliza berdiri dihadapan Daniel untuk menghalangi putrinya.
"Dasar anak tak berguna!" Daniel berlalu dari hadapan keduanya, Eliza segera memeluk Erika dan membawanya masuk ke dalam rumah.
***
Mobil yang membawa Venus dan Reino tiba disebuah rumah yang tidak terlalu besar tapi terlihat cukup nyaman dan yang terpenting tidak ada Si Nenek Sihir Liana dan Si Rubah Diana disini, begitulah yang ada dipikiran Venus.
Reino mengajak Venus masuk untuk melihat-lihat bagian dalam rumah, semua barang-barangnya tertata dengan rapi, rumahnya juga bersih walaupun tidak ditempati, itu karena ada seorang pelayan yang membersihkan rumah ini setiap hari. Dia datang pagi hari dan pulang sore harinya.
"Kau menyukai rumah ini?" Reino melirik gadis yang sedang berdiri disampingnya itu.
"Iya, aku suka! Bahkan sangat suka! Bisakah aku tinggal disini saja sampai aku ..." Jawab Venus antusias, tapi ucapannya terhenti saat mendapati sorot mata Reino yang menajam.
"Dimana kamarku?" Venus mengalihkan pembicaraan dan berlalu dari hadapan Reino.
"Disini ada 4 kamar, terserah kau mau kamar yang mana." Reino berjalan mengikuti langkah Venus.
Venus melihat-lihat semua ruangan, dan akhirnya dia memilih kamar di pojok yang jendelanya langsung menghadap taman belakang dan kolam renang.
"Aku mau kamar yang ini saja!" Venus masuk kedalam kamar yang dia pilih dan segera menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.
"Kalau begitu aku akan menempati kamar yang disebelahnya!" Reino melangkah meninggalkan kamar Venus.
Seketika Venus terdiam mendengar ucapan suaminya itu.
Apa dia bilang tadi?
Dia akan menempati kamar sebelah?
Apa dia juga akan tinggal disini?
Apa-apaan dia?
Venus buru-buru bangkit dan mengejar Reino yang sudah masuk kedalam kamar yang tepat di samping kamarnya.
"Hey ... Tuan Muda! Apa yang kau lakukan?" Venus menarik lengan Reino dan membuat pria itu kaget.
"Ada apa?"
"Apa kau juga akan tinggal disini?" Venus menautkan kedua alisnya.
"Memangnya kenapa?"
"Jangan menjawab pertanyaan ku dengan pertanyaan juga!" Venus menjadi kesal.
"Ini rumahku, terserah aku mau tinggal disini atau tidak!" Reino memandang sebal Venus.
Lalu tiba-tiba ponsel Reino berdering nyaring, ada panggilan masuk dari Liana.
"Hallo! Ada apa, Ma?" Reino menjawabnya dengan malas.
"Kamu kenapa lama banget sih, Rein? Diana mau minta ditemani cari buku ini, dia jenuh nggak ada teman." Liana.
"Mama saja lah yang temani."
"Mama kurang enak badan ni, mau istirahat. Cepat pulang!" Liana.
"Iya ... iya ...!" Reino mematikan panggilan masuk itu, lalu dia menghela nafas pelan.
"Kenapa? Diana membutuhkanmu?" Venus tahu pasti itu alasan Liana menelpon.
"Heemm ..."
"Sudah sana pulang!" Venus mendorong pelan badan Reino.
"Hey ... beraninya kau mengusirku dari rumahku sendiri!" Reino terlihat kesal kepada istrinya itu.
"Ayolah, pacarmu yang manja sedang menunggumu, jangan berlama-lama disini." Venus kembali memancing emosi pria tampan itu yang kini telah memelotot kan matanya.
"Kau berisik sekali!" Reino meletakkan ponselnya di meja nakas dan segera menggendong tubuh Venus lalu menghempaskan nya ke atas ranjang.
"Kalau aku tidak mau pulang bagaimana?" Reino ikut naik keatas ranjang dan menindih tubuh Venus, membuat gadis itu terkejut sekaligus takut.
"Ka ... kau mau apa? Jangan macam-macam!" Venus mendorong dada bidang Reino dengan sekuat tenaga, tapi tak membuat posisi pria itu berubah.
"Membungkam mulutmu agar tidak berisik lagi!" Reino mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya, Venus hanya memejamkan matanya dengan detak jantung yang tak stabil.
Ceplaak ...
Reino memukul pelan mulut Venus dengan ujung jemarinya, membuat gadis itu tersentak kaget dan membuka matanya.
"Kau berharap aku mencium mu?" Reino meledek Venus.
"Ng ... nggak! Apaan sih?" Venus menjadi kikuk lalu memalingkan wajahnya yang memerah karena malu.
"Ya sudah, aku pulang dulu! Aku akan mengirim pelayan dan pengawal kesini." Reino langsung beranjak meninggalkan Venus yang masih berusaha menstabilkan detak jantungnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Ninin
Hadeeeeuuuhhhh kiraiiinnn
2021-07-14
2
Shanty💓
kirain bakal ada adegan haredang nya 😂😂😂
2021-05-29
1
Riwid
Reino masih tahan gengsi , padahal pengen naik ke pucuk pucuk pucuk 😀😀😀
2021-03-31
1