Shane memberhentikan mobilnya di depan sebuah bar ternama di kota itu, dia meminta Venus untuk turun tapi gadis itu sepertinya ragu, karena seumur hidupnya dia tak pernah ketempat tempat seperti itu.
"Bisakah kita bicara disini saja?" Venus memandang sebal Shane.
"Kita sudah sampai sini, kenapa tidak turun saja?"
"Aku tidak suka ketempat seperti ini!" Venus menunjuk bar itu dengan ekor matanya.
"Tapi akan lebih nyaman kalau kita bicara didalam, lagipula ini bar milikku, kita bisa memesan ruangan private." Shane sangat bersemangat.
Venus hanya menghela nafas dan memandangi bar yang masih ditutup itu, karena jam operasinya pukul 19.00 nanti.
"Ayolah, apa kau tidak penasaran dengan apa yang akan aku katakan?"
Venus masih ragu tapi dia sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan Shane, cuma dari pria ini lah Venus bisa mendapat informasi tentang Erika, setidaknya itu lah yang ada dipikirannya saat ini.
"Baiklah!" Lagi lagi Venus yang polos itu pasrah mengikuti ajakan Shane demi informasi yang dijanjikan pria itu.
Venus keluar dari mobil dan melangkah masuk kedalam bar itu diikuti oleh Shane yang berjalan dibelakangnya. Tanpa mereka sadari sepasang mata sedang memperhatikan mereka dari jauh dengan perasaan geram.
Setelah di dalam bar, Shane mengajak Venus keruangan VIP yang cuma ada mereka didalamnya, Venus sedikit takut saat melihat Shane menutup pintu itu tanpa menguncinya. Lalu pria itu duduk disamping Venus dengan sebotol minuman keras dan dua buah gelas.
"Ini minuman terbaik disini, cobalah!" Shane menyodorkan gelas yang berisi air bening dan berbau menyengat.
"Aku tidak minum!" Venus menolak keras.
"Ayolah ...! Kau harus coba, atau aku tidak akan memberitahumu!" Lagi lagi Shane mengancam Venus.
Dengan terpaksa Venus meraih gelas itu dan meminum isinya, dengan sekali teguk, air didalam gelas kecil itu langsung habis.
"Sepertinya kau haus sekali, mau tambah?" Shane menawarkan botol minuman itu kedepan wajah Venus.
"Tidak ... Tidak ... Sudah cukup!"
"Ayolah, sekali lagi!" Shane memaksa dan menuangkan lagi cairan bening berbau menyengat itu kedalam gelas Venus.
"Ayo cepat katakan!" Venus menatap tajam Shane.
"Minumlah sekali lagi, aku berjanji akan mengatakannya setelah kau minum ini." Shane menyodorkan kembali gelas yang berisi minuman haram itu.
Venus tak ada pilihan lain, dia meraih kembali gelas itu dan mengguknya dengan perasaan kesal karena tingkah pria itu. Venus berharap setelah ini Shane akan segera memberitahukan informasi yang sedari tadi ingin dia ketahui, dia berfikir apa salahnya meminum 2 gelas saja, rasanya juga tidak terlalu buruk.
"Aku sudah menghabiskannya, sekarang katakan!" Venus memandang lekat wajah Shane, mata gadis itu mulai sayu.
"Baiklah ...! Aku cuma mau mengatakan bahwa adikmu hamil." Shane menjawab dengan nada santai.
"Apaaaaa?" Venus terperangah kaget.
"Jangan kaget begitu, santai saja." Shane menyunggingkan senyum dibibirnya.
"Jadi kapan kalian akan menikah?" Venus memandang Shane dengan tatapan yang semakin sayu, sepertinya gadis itu mulai terserang kantuk berat. Beberapa kali dia memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Siapa yang akan menikah?"
"Tentu saja kau dan Erika, kau harus bertanggung jawab!" Venus menyandarkan badannya kesofa.
"Aku tidak yakin itu anakku, kenapa harus bertanggung jawab?" Shane tersenyum sinis mamandangi tingkah aneh Venus.
"Dasar berengsek ...! Aaaahh ..." Venus memegangi kepalanya karena semakin terasa sakit.
"Kau baik baik saja?" Shane berpura pura khawatir.
"Kepalaku sakit!" Venus merasa tubuhnya semakin lemas dan matanya berat sekali, lalu gadis itu ambruk kepelukan Shane dan tidak sadarkan diri. Shane tersenyum penuh hasrat melihat wanita didalam pelukannya itu, dia sengaja memberikan minuman yang dicampur obat tidur kepada Venus. Ternyata waktu diperjalanan tadi dia mengirimi pesan kepada salah satu karyawannya untuk membeli obat tidur tanpa sepengetahuan Venus.
Shane menggendong Venus keluar dari bar itu lalu memasukkannya ke mobil, dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sementara seseorang yang sedari tadi memperhatikannya kini tengah mengikuti mobil Shane dengan jarak aman lalu dia menghubungi seseorang.
Sementara itu dikediaman Brahmansa sedang berlangsung ketegangan, ternyata hari ini Reino pulang lebih awal karena dia ingin memberikan sesuatu untuk Venus. Tapi seketika dia menjadi murka saat Erik mengatakan bahwa Venus sedang pergi bersama temannya.
"Kenapa kau tidak mencegahnya?" Suara bentakan Reino menggema diseluruh rumah, membuat semua orang merinding takut.
"Ma ... Maaf, Tuan. Saya sudah melarangnya, tapi Nona Muda tetap memaksa." Erik tertunduk takut.
"Mungkin dia sengaja ingin kabur dari sini." Liana memprovokasi Reino.
"Kalau begitu, kita lihat dia mau kabur kemana?" Reino tersenyum samar, namun hatinya sangat gundah.
Tiba tiba ponsel Reino berdering, ada panggilan masuk dari private number. Awalnya Reino ragu untuk menjawabnya, namun terlintas difikirannya, bagaimana kalau itu Venus yang sedang dalam masalah.
"Hallo, siapa ini?" Akhirnya Reino menjawab panggilan masuk itu.
"Kau tidak perlu tahu, aku cuma mau menyampaikan bahwa sekarang istrimu sedang bersama pria lain di hotel XX."
"Jangan bercanda!" Kemarahan Reino semakin menjadi, namun panggilan masuk itu diputus.
Reino berjalan cepat dan memasuki mobilnya dengan wajah yang dipenuhi guratan kemarahan, membuat Liana dan semua orang dirumah itu bertanya tanya.
"Antarkan ke hotel XX, cepat!" Reino memerintah Erik dengan nada membentak.
"Ba ... Baik, Tuan!" Erik segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
***
Shane menggendong tubuh Venus yang tidak sadarkan diri masuk kekamar hotel yang sudah dia pesan, dia beralasan kepada resepsionis bahwa Venus adalah istrinya yang sedang mabuk.
Shane membaringkan tubuh Venus ke atas ranjang, memandang wajah cantik itu dengan penuh hasrat.
"Akhirnya aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan." Shane tersenyum dan mengelus lembut bibir Venus lalu menurunkan pandangannya menyusuri tubuh gadis itu.
Tanpa buang buang waktu lagi, Shane segera membuka bajunya dan melemparkannya kesembarang arah. Dia mengubah posisi nya, sekarang dia telah berada diatas tubuh Venus yang masih memakai pakaian lengkap.
Dengan hati hati Shane mulai membuka satu persatu kancing baju Venus, namun baru sampai dikancing ke dua, Shane terperanjak kaget saat pintu kamarnya dibuka dengan kasar oleh seseorang yang tak lain adalah Reino. Shane heran, kenapa Reino bisa membuka pintu itu sementara tadi dia sudah menguncinya.
"Siapa kau?" Shane turun dari ranjang dan menatap tajam pria tampan itu, sepertinya dia tidak mengenali Reino.
"Aku ingin membawa pulang wanita itu!" Reino menunjuk Venus dengan lirikan matanya.
"Beraninya kau mau membawa istriku!" Shane meninggikan suaranya.
"Kapan istriku menikah denganmu? Kok aku tidak tahu?"
"Apa ...? Jadi kau adalah Reino Brahmansa?" Shane membulatkan matanya sempurna.
"Sekarang kau sudah mengenaliku?" Reino tersenyum sinis dengan tatatapan membunuhnya.
"Aku ... Aku ... minta maaf, Tuan." Shane tertunduk takut dan susah payah menelan salivanya.
"Sayangnya aku tidak memaafkanmu, bawa dia!" Reino memerintahkan pengawalnya untuk menyeret Shane yang masih bertelanjang dada keluar dari kamar itu.
"Ampuni aku ... aku mohon ...!" Shane memelas memohon ampun, tubuhnya bergetar ketakutan saat para pengawal Reino menyeretnya keluar dari kamar itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Ursula Ursula
dasar....kenepa veus dibuat bodoh tidak bisa belajar dari pengalaman
2022-09-22
0
Ninin
Selamet selamet td udh senam jantung 😀
2021-07-14
1
Ria Susnita
td a tegang bcnya,trus bc yg ini👇
kpn istriku menikah dgnmu?kok q GK tau q jd ktawa🤭😅
2021-04-10
1