Mentari pagi ini cerah sekali, secerah hati Venus saat ini. Entah mengapa hari ini hatinya berbunga bunga, mungkin karena Reino yang memperlakukannya dengan baik tadi malam. Venus melebarkan senyumannya saat melihat Reino sudah berada dimeja makan, dia juga tersenyum manis kepada Liana yang memandangnya dengan tatapan tak bersahabat.
"Selamat pagi." Venus tersenyum dan mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan.
"Pagi ... Sepertinya kau sudah lebih baik." Reino membalas senyuman Venus.
"Lebih baik menikmati hidup dari pada menyalahkankan takdir yang sudah digariskan bukan?" Venus melirik Liana dan tersenyum sinis.
Liana merasa sangat muak dan geram dengan tingkah Venus, dia tahu gadis itu sedang menyindirnya. Rasanya saat ini, Liana ingin sekali meremas mulut gadis itu.
"Bagaimana kondisi Nona Diana, Nyonya?" Venus memandang lekat wajah Liana.
"Kenapa kau ingin tahu? Apa kau mau memastikan dia masih hidup atau tidak?" Liana menatap Venus dengan sinis.
"Aku hanya khawatir saja."
"Berhentilah berpura pura!" Liana memandang malas Venus.
"Ma, dia hanya bertanya, apa salahnya?" Reino membela Venus, membuat Liana semakin geram.
"Kau selalu membelanya, membuat gadis ini besar kepala!" Liana meninggikan nada bicaranya.
"Bukan begitu, Ma!"
"Ah ... Sudahlah! Aku bisa muntah bila berlama lama disini!" Liana berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Venus dan Reino dimeja makan.
Reino hanya menghela nafas kasar melihat sikap Mamanya itu, dia tak habis pikir, kenapa Liana begitu membenci Venus sampai sampai dia berniat mencelakai gadis itu dan memfitnahnya seperti kemarin.
"Maafkan aku karena sudah membuat Mamamu marah." Venus tertunduk berpura pura sedih.
"Sudahlah, jangan dipikirkan! Ayo makan sarapanmu!"
"Tuan Muda?" Venus ragu ragu memanggil Reino yang sedang menikmati sarapannya.
"Heeemmm."
"Apa kau sudah memikirnya?" Venus merasa penasaran.
"Memikirkan apa?" Reino masih fokus pada makanan dihadapannya.
"Hemm ... Pekerjaan untukku." Venus terlihat ragu tapi dia tetap bertanya.
Reino mengalihkan pandangannya kini dia menatap tajam wajah cantik Venus yang terlihat sedikit takut, "Jadi kau serius mau bekerja?"
"Iya!" Venus mengangguk cepat.
"Baiklah, mulai besok kau akan bekerja diperusahaanku sebagai asistenku."
"Benarkah ...?" Venus terlihat begitu senang, dia tertawa lebar memamerkan deretan giginya yang rapi dan putih.
Reino hanya mengangguk pelan, Venus tertawa kegirangan dan tanpa sadar dia memeluk Reino yang sedang duduk disampingnya. Pria itu terkejut melihat reaksi Venus tapi dia tidak protes apalagi menolak pelukan Venus.
Venus yang tersadar bahwa dia sedang memeluk seseorang, reflek melepaskan pelukannya dan menjauh dari tubuh Reino. Gadis itu tertunduk malu sambil merutuki dirinya sendiri, sedangkan Reino hanya teridiam memandangnya.
"Maaf, Tuan Muda ... Aku tidak sengaja!" Venus masih tertunduk menahan malu dan takut sekaligus.
"Beraninya kau memelukku! Akan ku hukum kau!" Reino menggertak gadis itu.
"Apa?" Venus mengangkat kepalanya dan terperangah menatap Reino
"Kau ku hukum untuk membuatkanku ayam mentega seperti kemarin!" Reino tersenyum dengan wajah usilnya.
Hampir saja Venus mati ketakutan karena akan dihukum Tuan Muda tampan ini, ternyata cuma disuruh membuatkan ayam mentega saja.
"Hahaha ... Baiklah, Tuan Muda!" Venus tergelak dan merasa lega.
"Hari ini pergilah untuk membeli pakaian dan perlengkapan yang kau butuhkan untuk bekerja besok. Pakailah ini!" Reino memberikan sebuah kartu kredit tanpa batas kepada Venus.
"Ta ... Tapi, Tuan ..." Venus terlihat ragu untuk menerimanya.
"Ini salah satu permintaanmu, mendapatkan hak seorang istri. Ambillah ...!" Reino meyodorkan kartu itu semakin dekat ketangan Venus, mau tidak mau gadis itu pun menerimanya. Lagipula bagaimana dia bisa belanja kalau dia tidak punya uang sama sekali.
"Terima kasih." Venus tersenyum manis.
"Erik akan mengantarmu! Aku pergi dulu." Reino berlalu meninggalkan Venus yang masih terdiam memandang kepergian suaminya itu.
***
Hari menjelang siang, Venus telah bersiap siap pergi untuk berbelanja, dia berjalan dengan cepat dan menghampiri seorang supir yang bernama Erik yang telah diperintahkan untuk mengantarnya.
Sebenarnya Venus risih jika dia harus diantar dan ditunggui oleh supir itu, tapi Venus terpaksa mematuhi perintah Reino.
Mobil melesat cepat kepusat perbelanjaan terbesar dikota itu, setelah tiba disana, Venus menyuruh Erik untuk pulang saja, tapi pria itu menolak. Akhirnya Venus pasrah dan melangkah masuk kedalam pusat perbelanjaan itu, dia masuk ke beberapa toko pakaian wanita dan membeli beberapa pakaian semi formal untuk dipakai kerja besok. Tak lupa dia juga membeli tas, sepatu dan alat alat make up untuknya.
Saat hendak kembali ke mobilnya, dia menabrak seseorang dengan sangat keras bahkan nyaris membuat Venus terjatuh namun tangan orang itu segera menarik Venus. Hanya barang barangnya saja yang berserak di disamping kakinya.
Venus menghempaskan tangannya kasar saat dia sadar siapa orang yang telah menabraknya dan memegang tanganya itu.
"Shane ...?" Venus memandang malas pria dihadapannya itu.
"Venus ...? Kau terlihat semakin cantik saja." Shane tersenyum nakal.
"Sial sekali aku bisa bertemu denganmu!"
"Hei ... jangan begitu, aku jadi semakin tertarik padamu." Shane memandang Venus dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Dasar pria brengsek!" Venus memungut barang barang dan hendak berlalu pergi, tapi langkahnya terhenti saat Shane menahan lengannya dan membisikkan sesuatu ditelinga gadis itu.
"Kau sudah tau berita terbaru tentang adikmu?"
"Berita apa?" Venus melepaskan lengannya dari cengkeraman Shane.
"Aku tidak bisa mengatakannya disini, kalau kau mau tahu, ikutlah denganku!" Shane memandang Venus penuh arti.
"Tidak akan!"
"Kalau begitu aku akan membiarkanmu mati penasaran." Shane menyunggingkan senyum dibibirnya.
"Aku akan bertanya sendiri kepada Erika!" Venus ingin melanjutkan langkahnya, tapi dia urungkan saat mendengar kata kata Shane.
"Apa kau yakin dia mau bertemu denganmu?"
Sejenak Venus terdiam, dia sadar bahwa Erika pasti sangat membencinya dan pasti tidak ingin bertemu dengannya.
"Apa maumu?" Venus menatap Shane penuh selidik.
"Masuklah kedalam mobil dan ikut denganku!"
"Kemana?" Venus merasa curiga.
"Kau akan tahu nanti."
"Baiklah!" Venus akhirnya pasrah.
"Ayo ...!" Shane hendak menarik lengan Venus dan dengan cepat gadis itu menghindar.
"Aku akan memberikan barang barang ini kepada supirku dulu, kau tunggu disini!" Venus berjalan meninggalkan Shane dan menghampiri supir yang mengantarnya tadi.
"Rik, masukkan barang barang ini ke bagasi!" Venus menyerahkan semua barang belanjaannya kepada supir itu.
"Baik, Nona Muda!" Erik mengangguk sambil meraih barang barang yang disodorkan oleh Venus.
"Kamu pulang saja lebih dulu, aku mau pergi dengan temanku sebentar. Nanti sore aku sudah kembali." Venus berusaha meyakinkan Erik.
"Tapi, Nona ..." Erik terlihat keberatan dengan permintaan Venus.
"Tenanglah, aku akan kembali sebelum Tuan Muda pulang." Venus melangkah meninggalkan Erik.
"Nona ...!" Erik masih berusaha untuk melarang Venus, tapi gadis itu semakin menjauh darinya lalu hilang dibalik mobil.
Erik menghela nafas pelan, ada ketakutan dihati pria itu saat melihat tingkah Nona Mudanya.
Kau akan membuatku dalam masalah, Nona. Kalau kau tidak pulang sebelum Tuan Muda pulang.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Endang Kartini
cah goblok....
2023-03-14
0
Kenal Rio
haduhhh orng" kalau baca gabisa santuy
2022-01-04
1
Riska Wulandari
ah elah ternyata masih sama bodohnya..
2021-12-20
1