Venus telungkup diatas ranjangnya, dia membenamkan wajahnya dibantal agar suara isak tangisnya tak terdengar. Venus nggak bisa menahan kesedihan hatinya, kenapa semua orang memperlakukannya dengan buruk?
Bahkan keluarga dan orang tuanya pun mencampakkan dirinya, menukarnya dengan perusahaan. Ingin rasanya dia akhiri hidup ini, apalagi yang bisa dia pertahankan?
Venus masih terisak, tiba tiba pintu kamarnya diketuk dari luar. Venus tidak membukakan pintu kamarnya apalagi mempersilahkan orang itu masuk, dia sedang tidak ingin bertemu siapa pun dalam kondisi seperti ini dan suara ketukan itu hilang. Venus berfikir, mungkin Ina atau pelayan lain yang membawakan sarapan untuknya.
Namun tiba tiba sebuah tangan mengelus kepala Venus dengan lembut, seketika gadis itu bangun dan berbalik. Alangkah kagetnya dia saat mendapati Reino yang telah duduk diatas ranjangnya ternyata pria itu pelan pelan masuk kekamar Venus.
"Ma ... Mau apa kau?" Venus menjadi gugup dan buru buru menghapus sisa sisa air matanya.
"Kau menangis?" Reino membantu Venus mengusap air matanya tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.
"Ti ... Tidak! Mataku hanya kemasukan debu saja." Venus berbohong.
"Kau terluka?" Reino menyibak rambut Venus dan melihat ada lebam biru didahi gadis itu akibat terkena lemparan Helen tadi.
"Tidak apa apa!" Venus berusaha tersenyum untuk menutupi kesedihan hatinya.
"Aku minta maaf!" Reino menatap lekat wajah Venus.
"Untuk apa?" Venus terlihat bingung.
"Karena aku tidak membelamu tadi." Reino merasa bersalah.
"Kenapa juga kau harus membelaku?" Venus mengerutkan dahinya manatap heran wajah tampan itu.
"Karena kau tidak bersalah."
"Darimana kau tau?" Venus merasa penasaran.
"Sudahlah, kau tak perlu tahu darimana!"
Flashback on ...
Setelah Venus berlalu pergi, Ina datang menghampiri Reino.
"Maaf, Tuan Muda, ada yang harus saya katakan kepada Tuan." Ina tertunduk takut.
"Ada apa?"
"Sebenarnya Nona Muda tidak bersalah. Malam itu Nona Diana hendak mendorong Nona Muda yang sedang berjalan di tangga, tapi Nona Muda bisa menghindar dan akhirnya Nona Diana yang terjatuh. Nyonya Besar juga melihatnya." Ina tertunduk semakin takut.
"Apaaaaa ...? Jadi mereka memfitnahnya?" Reino kaget mendengar pernyataan Ina.
"Begitulah, Tuan Muda."
"Baik lah, terima kasih informasinya. Mulai sekarang perhatikan gerak gerik Mama dan Diana, tolong jaga Venus saat aku tidak ada!"
"Baik, Tuan!" Ina mengangguk pelan.
Kemudian Reino berlalu menaiki anak tangga menuju kamar Venus.
Flashback off ...
Venus hanya mengerucutkan bibir mungilnya dan memasang wajah cemberut, Reino terlihat gemas dengan ulah Venus itu.
"Berhentilah cemberut seperti itu! atau akan kuikat bibirmu." Reino mengancam Venus, lalu hendak beranjak dari sisi Venus. Namun langkahnya terhenti saat Venus menarik lengannya, Reino berbalik memandang tangannya yang ditarik oleh Venus lalu mengalihkan pandangannya ke wajah cantik istrinya itu.
"Ada apa?"
"Tuan Muda, izinkan aku bekerja ya?" Venus melepaskan pegangan tangannya dari lengan Reino dan memasang wajah imutnya.
"Kenapa? Apa kau butuh uang? Aku akan memberikannya!"
"Bukan begitu! Aku hanya ingin mencari kesibukan diluar, setidaknya sebelum aku mati, aku masih bisa menikmati hidupku." Venus menatap Reino penuh harap, dan lagi lagi hati Reino tersentuh dan merasa kasihan pada gadis itu.
"Berhentilah berkata tentang kematian, aku tidak suka mendengarnya!"
"Kenapa? Bukankah memang seperti itu takdirku? Menikah denganmu lalu mati." Venus tertunduk sedih.
"Maaf ... Karena aku sudah melibatkanmu dalam urusan keluargaku." Reino semakin iba melihat Venus.
"Kalau begitu mari kita berpisah agar aku bebas dari kutukan itu!" Venus melebarkan senyum dibibirnya.
"Beraninya kau! Aku sudah melunaskan hutang hutang Ayahmu yang setinggi gunung itu, kau malah mau lari dariku?" Reino menatap tajam Venus, membuat gadis itu tertunduk takut dan menelan salivanya.
Entah mengapa ada rasa nggak rela di hati Reino saat membayangkan jika mereka harus berpisah, dia merasa egois dengan perasaannya ini tapi dia sendiri nggak bisa membohongi hatinya bahwa dia nggak ingin berpisah dari Venus.
"Ya sudah, istirahatlah!" Reino melangkah meninggalkan Venus yang masih terduduk diatas ranjang.
"Jadi bagaimana pekerjaanku?"
"Akan kupikirkan!" Reino keluar dari kamar Venus dan menutup pelan pintu kamarnya.
Venus menatap kepergian Reino dengan perasaan haru, baru kali ini ada seseorang yang perduli kepadanya dan memperlakukannya dengan baik.
***
Dikediaman Winata, Erika sedang tertunduk takut malihat kemarahan Daniel yang meledak meletup. Bagaimana tidak, Erika hamil sementara dia belum menikah dengan Shane.
Plaaaaaakk ...!
"Dasar anak kurang ajar! Kau membuat malu keluarga!" Daniel melayangkan tamparannya ke pipi Erika, gadis itu sampai terjatuh ke atas ranjangnya.
"Pa ...! Jangan kasar! Erika lagi hamil!" Eliza menarik putrinya itu kedalam pelukannya.
"Ini akibatnya kalau kau selalu memanjakannya!" Daniel menatap tajam Eliza.
"Dia putriku, wajar kalau aku memanjakannya!" Eliza berteriak membalas kata kata suaminya itu.
"Suruh Shane segera menikahimu!" Daniel berlalu pergi meninggalkan istri dan putrinya itu. Erika masih terisak didalam pelukan Mamanya.
Flashback on ...
Sudah beberapa hari ni Erika merasa mual dan pusing, dia curiga jangan jangan dia hamil, karena bulan ini dia belum juga datang bulan. Erika memutuskan untuk membeli alat tes kehamilan di apotek dan segera menggunakan alat itu, betapa terkejutnya Erika saat mendapati 2 garis merah di alat tes kehamilan itu.
Erika langsung terduduk lemas, kakinya serasa tak bertulang. Bagaimana ini bisa terjadi?
Dia baru pertama kali melakukan hubungan suami istri dengan Shane, tapi malah hamil begini. Dia sangat menyesal sekali.
Erika buru buru menghubungi Shane tapi tidak ada jawaban, Erika mengirimkan pesan kepada Shane dan mengatakan bahwa dia sedang hamil , tapi tak ada balasan. Erika semakin ketakutan dan menangis sejadi jadinya.
Tiba tiba Eliza masuk kekamar Erika dan mendapati putrinya sedang terduduk dilantai dan menagis sambil memegang alat tes kehamilan dengan 2 garis merah. Erika spontan berteriak kaget dam membuat Daniel juga masuk kekamar Erika dan akhirnya mengetahui apa yang terjadi. Daniel sangat murka.
Flashback off ...
Erika berulang kali menelpon Shane tapi tak pernah ada jawaban, laki laki itu seperti hilang ditelan bumi. Bahkan pesan pesan yang dikirim Erika tak satupun ada yang dibalas oleh pria itu.
Di apartemennya Shane tengah sibuk bercumbu dengan kekasihnya yang lain, dia tak menghiraukan notifikasi ponselnya yang dipenuhi oleh pesan dan pemberitahuan panggilan masuk dari Erika karena dia mengatur ponselnya dengan hanya getaran saja.
Shane begitu menikmati bercumbu mesra dengan wanita yang baru menjadi kekasihnya itu, kini mereka memulai untuk melakukan hubungan suami istri. Desahan desahan kenikmatan bersahutan di kamar apartemen pria brengsek itu, sedikit pun dia tidak memikirkan Erika yang saat ini tengah sedih dan ketakutan.
Setelah beberapa kali mencapai puncaknya, Shane terkulai lemas disisi wanitanya, lalu dia meraih ponselnya dan seketika tersenyum sinis saat membaca pesan dari Erika.
"Jangan harap aku akan menikahimu, dasar gadis bodoh!" Gumam Shane.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Riska Wulandari
nah tuh,,kutukan sudah datang padamu Erika...
2021-12-20
1
Liana Yuberta
itu hukuman karena jahat pada saudara sendiri
2021-08-12
1
Ninin
Aku suka sma bi Ina
2021-07-14
1