Setelah ayam mentega dan nasi yang dipesan Reino terhidang di meja, Venus segera menyendokkan nasi kepiring Reino dan meletakkan sepotong ayam mentega kepiring suaminya itu lalu meletakkannya juga kepiringnya sendiri.
"Sekarang makanlah dengan baik!" Reino berbicara tanpa menoleh Venus dan segera melahap makanan dihadapannya.
Venus pun ikut menikmati makanan yang dia buat itu, sesekali Venus melirik Reino yang melahap makanannya dengan cepat. Entah karena dia terlalu lapar atau terlalu meyukainya masakan istrinya itu, hanya Reino lah yang tahu.
Liana dan Diana memandang mereka dengan perasaan tidak suka, tak henti hentinya mereka berdua mengupat dan memaki Venus dalam hati.
"Tante, kalau seperti ini, wanita sialan itu akan besar kepala." Diana berbisik pelan ketelinga Liana.
"Kamu tenang dulu, kita akan susun rencana lagi untuk menyingkirkan dia dari rumah ini." Liana tersenyum licik.
"Tapi aku takut rencana kita gagal lagi seperti kemaren malam dan malah membuat Reino kasihan kepadanya." Diana terlihat khawatir.
"Kamu tenang saja, Sayang. Malam ini kamu menginap saja disini."
"Iya, Tante." Diana tersenyum senang.
***
Setelah makan malam, mereka kembali ke kamar masing masing, tapi tiba tiba Diana datang ke kamar Venus dan menyampaikan pesan dari Liana.
"Ada apa? Tumben sekali kau bertandang kekamarku." Venus memandang Diana dengan tatapan menyelidik.
"Aku cuma ingin memanggilmu, Tante menyuruhmu menemuinya di ruang keluarga." Diana memutar bola matanya dan memandang malas Venus.
Sejenak Venus terdiam, dia tahu bahwa pasti Diana dan Liana mempunyai rencana untuk mengganggunya.
Baiklah, aku ikuti permainan kalian.
Kita lihat apa rencana kalian.
"Baiklah ...! Ayo ...!" Venus berjalan melewati Diana yang masih terpaku ditempatnya.
"Kenapa kau tidak ikut?" Venus menautkan kedua alisnya, dia semakin curiga dengan Diana.
"Aku lelah dan ingin beristirahat!" Diana berjalan kekamar Liana.
Venus berjalan pelan, dia menuruni anak tangga dengan sangat hati hati. Terlihat Liana sedang duduk disofa dan memandang Venus dengan senyuman penuh arti.
Baru dipertengahan anak tangga, Venus melihat bayangan dibelakangnya melalui pantulan cahaya lampu diatas tangga. Bayangan itu bergerak cepat hendak mendorong tubuh Venus, namun dengan cepat pula Venus menggeser tubuhnya merapat ke tembok dan si pemilik bayangan itu terjun bebas melewati Venus hingga, berguling guling ditangga lalu mendarat keras dilantai. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang melihat kejadian itu dari balik tembok dapur.
"Dianaaaaaaaa ...!" Liana berteriak sekuatnya sembari berlari menghampiri tubuh Diana yang tergeletak dilantai dengan sedikit lebam di dagunya dan benjol didahinya.
Venus hanya terpaku ditempatnya berdiri sambil memandang Diana yang berada dipelukan Liana. Reino yang mendengar teriakan Liana segera berlari kearah suara Mamanya, begitu pula dengan beberapa pelayan dan pengawal yang masih bertugas.
Melihat Diana yang pingsan dipelukan Liana, Reino menjadi panik. Pria itu berlari melewati Venus tanpa menghiraukannya.
"Apa yang terjadi, Ma?" Reino terlihat panik.
"Gadis itu mendorong Diana!" Liana menunjuk Venus yang masih setia ditempat nya dengan penuh kemarahan.
"Kau?" Reino menatap tajam ke arah Venus.
"Ayo bawa dia kerumah sakit, Rein!" Diana mulai menangis.
Reino menggendong Diana dan segera melarikannya kerumah sakit, Venus hanya memandang kepergian mereka dengan rasa khawatir sekaligus heran, dia khawatir melihat kondisi Diana tapi dia juga heran melihat perlakuan mereka, kenapa mereka sangat jahat kepadanya bahkan sampai ingin mencelakainya seperti tadi. Tapi apa Reino akan percaya kepadanya, rasanya itu musatahil mengingat tatapan Reino yang tajam dan penuh kemarahan tadi.
Venus berjalan gontai ke kamarnya, dia berusaha menenangkan hatinya. Dia harus kuat menghadapi semua yang terjadi dalam hidupnya, dia nggak boleh lemah dan lengah sedikitpun atau nasibnya akan berakhir menyedihkan.
Mereka menginginkan kematianku.
Aku nggak boleh mati!
Aku harus kuat!
***
Semalaman Venus nggak bisa tidur, pagi pagi sekali Venus sudah kedapur membantu para koki membuat sarapan. Mereka tak bisa menolak permintaan Nona Mudanya itu, dan membiarkan Venus memasak, dia membuatkan nasi goreng spesial. Setelah selesai memasak, Venus kembali kekamarnya untuk membersihkan diri.
Reino yang baru pulang tadi pagi segera mandi dan turun untuk sarapan, sementara Liana masih berada dirumah sakit menemani Diana dan Helen.
"Selamat pagi, Tuan." Seorang pelayan menyapa Reino dengan menundukkan kepalanya.
"Pagi!" Reino menjawabnya dengan nada datar seraya duduk dikursi meja makan.
Kali ini Reino tidak menanyakan Venus, sepertinya dia kesal kepada gadis itu karena kejadian semalam.
Reino memakan nasi goreng spesial buatan Venus dengan sangat lahap, dia begitu menikmatinya. Lalu tiba tiba suara Helen mengusik telinga Reino, dia memandang sebal wanita yang sedang berjalan menghampirinya bersama Liana.
"Mana wanita sialan itu? Aku akan membalas perbuatannya!" Helen berteriak dengan penuh kemarahan.
"Tenanglah, Tante!" Reino berusaha menenangkan Helen, tapi wanita itu sudah terlanjur diselimuti emosi.
Venus yang mendengar keributan dibawah segera turun untuk mencari tahu apa yang terjadi, melihat Venus yang berjalan kearah ruang makan, Helen buru buru menghampiri gadis itu dan menamparnya dengan kuat, membuat semua orang terkesiap.
Plaaaaaakk ...!
"Dasar wanita murahan pembawa sial! Kau telah mencelakai putriku!" Helen memandang Venus dengan penuh kebencian.
Venus hanya tertunduk menahan perih dipipinya akibat tamparan Helen, dia nggak berniat untuk menjawab sedikitpun, karena itu hanya percuma saja. Reino hanya memandang Venus dengan perasaan iba, tapi dia tak bisa membela Venus karena dia tau gadis itu memang sudah kelewatan.
Tapi kemarahan Helen tidak cukup sampai disitu, wanita itu mengambil sepiring nasi goreng yang terhidang di meja makan lalu melemparkannya ke arah Venus hingga piring batu itu mengenai kepala Venus dan akhirnya pecah menghantam lantai dengan nasi goreng yang berserak kemana mana.
"Kau rasakan itu wanita sialan!" Helen berteriak memaki Venus.
"Tante, cukup!" Reino yang terkejut setengah mati melihat kelakuan Helen, dengan cepat menarik wanita itu dan menyuruh Liana untuk membawanya pergi.
Liana membawa Helen pergi dari rumahnya setelah puas melihat calon besannya itu meluapkan emosi kepada Venus, dia sangat senang melihat Venus diperlakukan dengan buruk.
Setelah Helen dan Liana pergi, Reino menghampiri Venus yang hendak berlalu pergi dengan air mata yang sudah menggenangi pelupuk matanya, namun sebisa mungkin dia tahan agar tidak terjatuh.
"Kenapa kau diam saja?" Reino menatap lekat Venus yang tertunduk menyembunyikan raut wajah sedihnya.
"Jadi aku harus apa?" Venus menjawab tanpa mengangkat wajahnya.
"Paling tidak kau menjelaskan sesuatu!"
"Apa ada yang percaya?" Venus berlalu meninggalkan Reino, air mata yang sedari tadi dia tahan kini tumpah membasahi pipinya.
Reino masih terpaku ditempatnya, berusaha mencerna maksud dari ucapan gadis itu. Lagi lagi rasa iba menghampiri hati Reino, dia heran kenapa sejak bertemu dengan Venus, dia seperti mudah sekali kasihan kepada wanita itu?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Diana Rositawati
hiks helen kejam sekaleeee
2022-01-12
1
Kadek Satiani
kasian venus, sialan kau helena anakmu diana yg salah...
2021-09-27
1
Ninin
Kl Reino punya cctv buka dooongg biar tau siapa yg salah bikin kesel aja 😕
2021-07-14
1