Sepeninggalannya dokter Kenan, Reino masih betah didalam kamar Venus, dia duduk disisi ranjang gadis itu dan menatap lekat wajah cantiknya yang masih belum siuman.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Masuk!" Reino mempersilahkan orang yang mengetuk pintu kamar Venus itu untuk masuk.
"Permisi, Tuan!" Ina berdiri dan tertunduk di samping Reino.
"Ada apa?" Reino menjawab tanpa menoleh, dia masih setia memandangai wajah Venus.
"Ada yang mau saya sampaikan, ini tentang Nona Muda, Tuan." Ina merasa sedikit takut dan ragu tapi dia harus mengatakan hal ini kepada Tuan Mudanya.
"Katakan!"
"Tadi ketika saya menggantikan pakaian Nona Muda, saya melihat ada beberapa bekas luka ditubuhnya, bahkan ada lebam biru di kaki, tangan dan pinggangnya, Tuan." Ina semakin menunduk takut.
"Haaaa ...? Ya sudah, cepat kamu ambil obat dan segera obati!"
"Baik, Tuan!" Ina berlalu meninggalkan kamar Venus untuk mengambil obat.
Reino memandang wajah istrinya itu dengan rasa penasaran, hatinya semakin merasa kasihan dengan wanita itu.
"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu?" Reino berkata pelan lalu merogoh ponsel di sakunya dan menelpon seseorang.
"Hallo ...! Cari tau tentang Venus Winata, putri pertama Tuan Daniel Winata." Reino memerintah seseorang untuk mencari tahu tentang kehidupan Venus yang sebenarnya.
Setelah mengakhiri panggilan telepon itu, Reino pun berlalu meninggalkan kamar Venus setelah Ina datang membawakan obat.
Reino kembali ke kamarnya untuk istirahat, namun Liana datang menghampiri putranya itu.
"Kenapa kau membawa gadis itu kembali?" Liana terlihat tidak senang.
"Apa Mama pikir aku tidak punya perasaan membiarkan seorang wanita keluar di malam hari, apalagi diluar sedang hujan deras." Reino memandang sebal kepada Liana.
"Harusnya kau biarkan saja dia pergi, kalau perlu biarkan dia mati sekalian!" Liana semakin meninggikan suaranya.
"Sudahlah, Ma! Aku lelah dan ingin istirahat!" Reino merebahkan tubuhnya ke atas ranjang lalu menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.
"Dasar anak tak berguna!" Liana yang murka melangkah kan kaki keluar dari kamar putranya itu dan membanting pintu dengan keras.
Reino hanya menghela nafas kasar melihat sikap Mamanya itu, dia sengaja tidak mau meladeni kemarahan Mamanya dan memilih untuk mengalah.
***
Sinar mentari pagi sudah menerobos masuk kedalam kamar Venus, pelan pelan mata indahnya mengerjap berusaha memfokuskan pandangannya. Samar samar dia melihat Ina sedang berdiri disisi ranjangnya.
"Selamat pagi, Nona Muda. Akhirnya Anda bangun juga?" Ina memandang Venus dan tersenyum ramah.
"Pagi." Venus membalas sapaan Ina dengan senyuman juga.
Venus bangun dari tidurnya dan duduk diatas ranjangnya, dia heran saat menyadari bahwa dirinya masih ada dirumah Reino.
Venus berusaha mengingat apa yang terjadi semalam, tapi ingatannya cuma sampai dia ditarik oleh seseorang ditengah hujan lalu dia tak ingat apa apa lagi.
"Bagaimana aku bisa ada disini lagi?" Venus merasa bingung sendiri.
"Semalam Tuan Muda menemukan Nona pingsan dan membawa Nona pulang."
"Dia yang membawaku pulang?" Venus bertanya meminta penjelasan dari Ina.
"Iya, Tuan Muda mencari Nona semalam. Dia sangat khawatir." Ina tersenyum penuh arti.
"Benarkah?" Venua menatap lekat wajah Ina, dan pelayan itu hanya mengangguk pelan.
"Haaaatttchhiiiiimmm ...!" Tiba tiba Venus bersin dan mengelap hidungnya yang basah.
"Sepertinya Anda terkena flu, saya sudah menyiapkan sarapan untuk Anda, makan lah terlebih dahulu." Ina memberikan nampan dengan semangkuk bubur ayam dan segelas susu.
"Setelah itu Anda minumlah obat yang sudah diresepkan oleh dokter." Ina juga menunjuk obat obatan dimeja nakas Venus.
"Baiklah, terima kasih." Venus tersenyum manis kepada Ina.
"Kalau Anda membutuhkan sesuatu, saya ada didapur. Beristirahatlah Nona Muda." Ina meninggalkan Venus yang masih mencerna situasi ini.
"Dia khawatir dan mencariku, bahkan mereka memperlakukanku seperti benar benar Nona Muda dirumah ini." Venus bergumam dalam hati, dia merasa heran melihat situasi ini terutama tindakan Reino yang mencari dan membawanya pulang, padahal dia baru saja membiarkan Venus pergi dari rumahnya.
Venus menghabiskan sarapannya dan meminum obat, lalu dia membaringkan kembali tubuhnya yang masih lemas, kepalanya terasa berat dan pusing, sepertinya Venus demam karena terserang flu.
Lalu gadis itu tertidur lagi karena pengaruh obat yang dia minum.
Sementara itu diruang makan, Ina melaporkan kondisi Venus kepada Reino.
"Jadi dia benar benar terkena flu?"
"Iya, Tuan Muda. Tapi saya sudah membawakan sarapan dan obat seperti yang Tuan perintahkan." Ina berbicara sambil menundukkan kepalanya.
"Baiklah, jaga dia! Pastikan dia makan dan meminum obatnya dengan teratur."
"Baik, Tuan Muda!" Ina menjawab dengan tegas dan berlalu dari hadapan Reino.
"Kau jangan terlalu baik padanya!" Liana berbicara tanpa memandang Reino, sepertinya wanita itu masih kesal dengan putranya.
"Sudahlah, Ma!" Reino memandang malas Liana.
Liana hanya diam tak membalas ucapan putranya walau dalam hatinya sangat geram.
***
Reino tengah fokus membolak-balik berkas dihadapannya, tiba tiba ponselnya berdering, ada panggilan masuk dari orang suruhannya yang dia perintahkan untuk mencari tahu tentang Venus.
"Hallo ... Katakan, informasi apa yang kau dapat?"
Sejenak Reino diam mendengarkan orang itu menyampaikan informasi yang dia dapat, seketika wajah Reino berubah pias, ada rasa kasihan dan marah yang bercampur jadi satu dihatinya. Lalu panggilan telepon itu berakhir.
"Malang sekali nasibmu, mulai sekarang aku akan melindungimu dari mereka!" Reino menatap tajam dan mengeraskan rahangnya.
Tok ... Tok ...Tok ...!
"Masuk!" Reino mempersilahkan seseorang yang sedang mengetuk pintu ruangannya untuk masuk.
"Hei ... Sayang, aku kangen ni." Diana masuk keruangan Reino dan langsung duduk di atas meja kerjanya.
"Duduklah dengan baik di sofa, bukan dimeja!" Reino mengalihkan pandangannya dari Diana.
"Tapi aku ingin dekat denganmu." Diana berdiri dan kini beralih kebelakang kursi Reino lalu melingkarkan tangannya dipundak pria itu.
"Tolong jaga sikapmu! Ini dikantor!" Reino melepaskan tangan Diana dari pundaknya dan menjauh dari gadis itu.
"Kamu kenapa sih seperti ini?" Diana menatap kesal wajah Reino yang terlihat tidak senang dengan kelakuannya.
"Aku sedang sibuk, pulanglah!" Reino kembali ke tempat semula dan memfokuskan pandangannya ke laptop.
" Aku nggak mau pulang!" Diana melipat tangannya dengan wajah yang cemberut.
"Terserah! Tapi jangan menggangguku!" Reino berkata dengan ketus tanpa menoleh Diana.
Gadis manja itu semakin kesal melihat sikap acuh Reino, dia membantingkan badannya di sofa dengan wajah yang masih cemberut.
"Aku mau ikut kerumahmu!" Diana bersuara lagi dan kali ini membuat Reino mengalihkan pandangan ke gadis itu.
"Mau ngapain?"
"Sebentar lagi kita menikah, apa perlu alasan aku datang kerumahmu?" Diana semakin sebal kepada Reino.
"Pernikahan 2 perusahaan maksudmu?" Reino menyindir Diana sambil menyunggingkan senyum dibibirnya.
"Tapi aku mencintaimu, Rein!"
"Sudahlah! Aku masih banyak pekerjaan!" Reino mengakhiri perdebatannya dengan Diana agar tidak semakin melebar kemana mana, dia kembali fokus pada laptopnya dan mengacuhkan Diana yang memandangnya dengan rasa kesal.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
DPuspita
Kl begini ceritanya, aq tunggu Reino bucin ke Venus, thor 😁
2021-12-03
1
Ninin
Pernikahan dua perusahaan kyk apa ya 🤔
2021-07-14
1
Riwid
wah Reino korban perjodohan ...
Reino udah menaruh hati ma istrinya
2021-03-31
2