"Lepaskan putriku!" Helen reflek berteriak.
"Baiklah!" Venus melepaskan cengkeraman tangannya di lengan Diana hingga gadis itu tak ada pegangan lagi dan akhirnya jatuh terduduk dilantai.
"Aaaaaaaaawwww ...!" Diana memekik kesakitan saat bokongnya mendarat dengan kuat di lantai.
"Apa yang kau lakukan?" Liana menatap Venus penuh amarah.
"Aku hanya menuruti permintaan Nyonya Helen agar melepaskan putrinya, dimana letak kesalahanku, Ibu Mertua?" Venus tersenyum penuh kemenangan.
"Dasar wanita gila!" Liana semakin geram melihat tingkah Venus.
Diana dan Helen memandang Venus dengan penuh kebencian.
"Baiklah, aku tinggal dulu ya!" Venus semakin melebarkan senyumannya dan melangkah manuju kamarnya lagi.
Diana dan Helen memandang Venus dengan penuh kebencian.
"Kamu tidak apa apa, Sayang?" Helen memapah Diana ke sofa.
"Sepertinya satu kesalahan membawa wanita itu masuk kerumah ini." Liana mengeraskan rahangnya menahan geram.
"Kapan dia akan mati? Aku nggak ingin dia berlama lama disini, Tante!"
"Kamu yang sabar ya, Tante sudah ada rencana untuk menyingkirkan wanita itu dari rumah ini." Liana mengelus pelan pundak Diana.
"Apa yg akan kau lakukan?" Helen memandang Liana dengan penuh rasa penasaran.
Mereka bertiga menyusun rencana untuk menyingkirkan Venus dari rumah itu.
***
Siang telah berganti malam, dan mentari telah turun keperaduan. Venus yang sedang duduk bersandar diranjangnya terkejut saat Reino yang tiba tiba masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Sepertinya Liana sudah menceritakan kejadian tadi siang kepada Reino.
"Apa yang kau lakukan kepada Diana?" Reino menatap tajam Venus yang masih santai duduk diranjangnya.
"Aku nggak melakukan apa apa! Aku hanya menuruti permintaan Mamanya." Venus berbicara dengan santai tanpa rasa bersalah.
"Tapi karena ulahmu, dia menderita cedera tulang!" Reino meninggikan suaranya karena emosi.
"Rapuh sekali tulangnya, jatuh begitu saja sudah cedera." Venus menyunggingkan senyumnya, dia tau Diana berpura pura.
"Kau ...? Minta maaf kepada Diana!" Reino semakin menajamkan tatapannya.
"Tidak akan!"
"Mungkin suatu kesalahan membawamu kerumah ini!" Emosi Reino semakin memuncak melihat bantahan Venus.
"Kalau begitu ceraikan aku dan biarkan aku pergi dari sini!" Venus berdiri memandang Reino dengan tatapan membunuhnya.
Seketika Reino tertawa mengejek mendengar kata kata Venus.
"Hahaha ... Apa kau punya tempat tinggal saat kau keluar dari rumah ini?"
"Aku bisa tinggal dimana saja!" Venus berkata dengan yakin, walau pun dia sendiri nggak tau harus kemana bila pergi dari rumah ini, tapi dia nggak ingin terlihat lemah.
"Baiklah, kalau kau sangat ingin keluar dari rumah ini, aku tidak akan menahanmu." Reino melebarkan senyumannya dan berbalik lalu keluar dari kamar Venus.
Venus menghela nafas, dadanya terasa sesak saat harus berpura pura tegar dan kuat untuk melawan mereka, ini bukan seperti dirinya sendiri, dia menajadi orang lain.
Karena Venus yang sebenarnya adalah gadis yang baik, lembut dan penurut.
Venus melangkah menuruni anak tangga selangkah demi selangkah, dibawah sudah terlihat Reino dan Liana sedang duduk di sofa.
Reino fokus pada ponselnya dan enggan mengalihkan pandangannya ke Venus, sementara Liana memandangnya dengan senyum kemenangan.
"Aku pamit!" Venus memandang Reino, berharap pria itu mau melihatnya untuk yang terakhir kali. Tapi harapannya sirna, Reino sama sekali tak bergeming apalagi menatapnya.
Venus memantapkan langkahnya keluar dari rumah megah bak istana itu, perasaan nya campur aduk antara lega dan sedih.
Dia lega karena akhirnya lepas dari kutukan itu karena dia telah berpisah dengan Reino, tapi dia sedih karena nggak tau harus kemana?
"Aku harus kemana? Hari sudah gelap, bahkan aku nggak punya uang sepeser pun." Venus terlihat cemas memikirkan dirinya sendiri.
Venus berjalan pelan tak tentu arah, dia pasrah akan kemana kakinya melangkah.
Ceeettaaaaaarrrr ...!
"Aaaaaaaahhhh ...!" Venus berteriak dan spontan menutup telinga saat suara petir mengejutkannya.
Tak lama kemudian hujan pun turun dengan derasnya, Venus bingung harus berlari kemana. Dia melihat sebuah pos satpam kosong, dia berlari kesana untuk berteduh.
Venus memutuskan untuk bermalam sementara disana.
Sementara di kediaman Brahmansa, Reino terihat cemas saat dia melihat kabar berita yang mengatakan bahwa ada narapidana kasus pembunuhan yang kabur dan diperkirakan sedang berkeliaran disekitar rumahnya.
Apa ini saatnya kutukan itu terjadi? Dia akan mati." Reino bergumam dalam hati.
Wajah cemas Reino tak bisa dia tutupi dari Mamanya, membuat Liana penasaran.
"Kau kenapa terlihat cemas?" Liana menautkakan kedua alisnya.
"Aku pergi sebentar!" Reino berlalu secepatnya mengejar Venus,
"Kau mau kemana? Diluar sedang hujan deras!" Liana berteriak memperingatkan putranya itu tapi tak digubris.
Reino mencari cari sosok Venus, tapi gadis itu sudah tak terlihat disekitar rumah Reino. Dia mengerahkan beberapa pengawalnya untuk mencari Venus.
Reino segera masuk ke mobil dan melajukannya dengan kecepatan sedang membelah guyuran hujan yang deras, dia melihat kanan dan kiri, tapi hujan yang begitu lebat menyulitkan pandangannya.
"Kemana dia?" Reino berbicara sendiri dengan perasaan cemas.
Namun seketika Reino menghentikan laju mobilnya saat samar-samar dia melihat seorang wanita sedang meronta berusaha lepas dari cengkeraman seseorang bertubuh kekar ditengah derasnya hujan, lalu wanita itu jatuh pingsan terkena pukulan dari pria itu.
Reino segera turun dari mobilnya menembus hujan dan menerjang kuat tubuh pria itu hingga dia terjatuh ketanah, pria itu bangkit lalu mengeluarkan sebilah belati dan menodongkannya ke Reino.
Namun tiba tiba pria itu tersungkur kedepan, saat salah satu pengawal Reino menerjangnya dari belakang, lalu beberapa pengawal lain datang membekuk pria itu dan membawanya ke kantor polisi.
***
Reino menggendong Venus dan berjalan tergopoh-gopoh, tubuh mereka basah kuyup.
Liana terkejut melihat Reino membawa kembali Venus dalam keadaan pingsan.
"Ada apa? Kenapa kau membawanya kembali?" Liana merasa sangat geram sekaligus penasaran.
Tapi Reino mengacuhkan Mamanya itu, dan melangkah menaiki anak tangga menuju kamar Venus. Dengan hati hati Reino membaringkan tubuh gadis itu, lalu memerintahkan pelayan wanita untuk mengganti pakaian Venus dengan yang kering.
"Panggilkan dokter keluarga untuk memeriksanya! Dan katakan bahwa dia sepupuku." Reino memerintah seorang pelayan dengan tegas.
"Baik, Tuan!" Pelayan itu menunduk patuh.
Reino melangkah ke kamarnya untuk berganti pakaian, lalu dia kembali lagi ke kamar Venus saat dokter keluarga sudah datang dan memeriksa Venus.
"Bagaimana kondisinya?" Reino terlihat cemas.
"Dia hanya trauma dan kedinginan, aku sudah memberikan obat, kemungkinan dia akan terkena flu." Dokter keluarga yang bernama Kenan itu tak lain adalah teman kuliah Reino.
"Baiklah, terima kasih!"
"Hei, apa dia benar sepupumu?" Kenan memandang Reino dengan tatapan menyelidik.
"I ... Iya, kenapa?" Reino menjadi gugup.
"Dia sangat cantik! Apa dia sudah punya pacar?" Kenan terlihat penasaran.
Reino tau arah pertanyaan Kenan, dan dengan cepat dia melayangkan kepalan tangannya ke bahu dokter muda itu. Kenan meringis sakit.
"Dasar playboy! Sana pergi!" Reino mengusir Kenan dengan mendorong bahunya.
"Ayolah, comblangi aku dengan dia." Kenan memohon dengan tatapan memelas.
Reino hanya mendorong temannya itu keluar dan menutup pintu kamar Venus. Kenan mendengus kesal lalu berlalu pergi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Windha Winda
waaa mantap venus.. aku salut sma kmu.. 👍👍💪💪💪
2023-03-21
1
Depika Asmara
bagus thor
2022-04-26
0
DPuspita
Banyak yang bilang novelnya mirip komik disebelah. Untung aja aq gak tau. Jadi gak masalah mau mirip2 sm yg lain. Dan kayaknya sich sah2 aja kl mirip2, namanya juga hasil karya manusia. Di kehidupan nyatapun kadang juga ada mirip2nya. Semangat thor... lanjutkan perjuanganmu nulis novel 💪 😁✌️
2021-12-03
1