Baru saja Venus merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan meregangkan otot-ototnya yang lelah karena seharian mengerjakan banyak hal, tiba-tiba dia tersentak karena pintu kamarnya digedor dengan kuat.
Venus berjalan, memutar handle pintu dan mendapati Ayahnya sedang berdiri dengan tatapan yang penuh amarah.
Lalu tangan pria yang bernama Daniel itu menampar kuat pipi Venus hingga wanita itu hampir terjatuh.
"Kau benar-benar anak tidak tahu diri! Beraninya kau merayu dan menyakiti pacar adikmu sendiri!" Daniel menatap tajam Venus yang menangis.
"Dia bersikap kurang ajar kepadaku, Ayah!" Venus mencoba membela dirinya.
"Omong kosong! Sekarang kau ikut denganku!" Daniel menarik lengan Venus dengan kasar.
Langkah Venus terhenti saat di hadapannya telah berdiri dua orang polisi beserta Erika dan Mamanya, tak lupa juga si berengsek Shane dengan kepala yang dibalut perban sedang tersenyum sinis kepadanya.
"Ayah, kenapa ada polisi?" Wajah Venus berubah cemas.
Daniel hanya diam tak bergeming.
"Nona Venus, anda kami tahan atas tindakan penganiayaan yang anda lakukan terhadap Tuan Shane." Salah seorang polisi bertubuh tambun itu melangkah mendekati Venus dan berusaha memborgol tangan gadis itu.
"Jangan tangkap aku!"
"Mohon kerja samanya Nona!" Polisi itu memasangkan borgol ditangan Venus, gadis itu hanya pasrah tak bisa melawan lagi.
Dia memandang Daniel dengan tatapan iba, berharap Ayahnya itu berbaik hati untuk membantunya. Tapi Daniel malah memalingkan wajahnya dan berlalu pergi diikuti dengan Erika, Eliza dan Shane.
Venus hanya tertunduk menahan rasa sedih dan takut sekaligus, disaat dia terpuruk begini tak ada seorang pun yang berbaik hati untuk membantunya atau sekedar menemaninya.
***
Venus merutuki nasibnya yang sial ini. Dia dilecehkan, difitnah, ditahan polisi dan bahkan dicampakkan oleh keluarganya.
Kini tubuhnya telah terkurung dibalik jeruji besi, ruangan kotor dan pengap yang ditempati lebih dari 5 orang narapidana wanita.
Narapidana-narapidana wanita itu memandang Venus dengan tatapan tidak suka, mereka seperti anjing liar lapar yang siap menerkam makanan.
"Hei, pel4cur!" Seorang wanita bertubuh gemuk memanggil Venus dengan tidak sopan.
Gadis cantik itu menatap malas kearah suara yang dia dengar, lalu memalingkan wajahnya.
"Beraninya kau menatapku begitu!" Wanita bertubuh gemuk itu menghampiri Venus dan menarik kuat rambutnya.
"Aaaaaaawwww ...!" Venus memekik kesakitan.
"Rasakan ini!" Wanita itu menghantamkan kepala Venus ke dinding lalu melepaskankannya.
"Itu balasannya kalau kau bersikap tidak baik kepada kami." Seorang narapidana lain ikut menendang badan Venus, sehingga wanita malang itu tersungkur ke lantai.
Venus nggak berani melawan, dia hanya tertunduk takut, bahkan isak tangisnya pun dia tahan agar tidak kedengaran.
Sementara itu di kediaman Winata, semua orang sedang terlihat cemas. Bahkan Daniel beberapa kali menghubungi seseorang, tapi tak ada jawaban.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" Eliza menatap suaminya dengan rasa penasaran.
"Aku tidak ingin jatuh miskin!" Erika mengerucutkan bibirnya.
"Diamlah kalian!" Bentakan Daniel membuat Ibu dan Anak itu terdiam karena takut.
"Aku harus menemuinya malam ini juga!" Daniel beranjak pergi dengan tergesa-gesa.
***
Disebuah rumah besar nan megah, Daniel masuk dengan perasaan takut. Langkahnya terhenti di depan pintu masuk utama saat seorang pengawal menghadangnya.
"Anda mau apa, Tuan?" Pengawal itu menatap dengan penuh selidik.
"Saya ingin bertemu dengan Tuan Reino."
"Tapi Tuan Muda tidak bisa di gang ..." Kata-kata pengawal itu terputus saat pintu rumah terbuka dan sosok yang dicari Daniel muncul dari balik pintu.
"Ada apa mencari ku?" Reino menatap tajam Daniel yang terlihat takut, dia tau kedatangan Daniel dari CCTV.
Seketika Daniel bersimpuh di kaki Reino, membuat pria tampan itu mundur satu langkah.
"Tolong jangan ambil perusahaan saya, Tuan! Saya berjanji akan membayar hutang-hutang saya." Daniel mengatup kedua tangannya, memohon kepada Reino.
Reino tertawa sarkas, membuat orang-orang di sekitarnya merinding.
"Kau sudah ratusan kali berjanji, aku sudah tidak tertarik bekerja sama denganmu!"
"Kali ini saya bersungguh-sungguh, Tuan." Daniel semakin memelas memohon belas kasihan.
"Sudahlah, aku lelah!" Reino berbalik hendak melangkah dari hadapan Daniel yang semakin ketakutan.
"Saya akan beri apa pun yang Tuan minta!"
Kata-kata Daniel kali ini membuat langkah Reino terhenti, sepertinya dia tertarik dengan tawaran pria itu.
"Apa yang kau punya?" Reino bertanya tanpa membalikkan badannya.
"Hemm ... saya punya ..." Daniel terdiam, dia bingung harus mengatakan apa?
Tuan Muda Reino sudah memiliki segalanya, apa yang bisa dia tawarkan.
"Apa kau punya seorang putri?" Suara seorang wanita datang dari arah lain.
Reino berbalik mencari sosok yang baru saja bersuara tadi, "Mama?"
Nyonya Liana yang tak lain adalah Ibunya Reino baru saja datang dan melihat semua drama ini.
"Kau belum menjawab ku, apa kau punya seorang putri?" Liana memandang Daniel dengan angkuh.
"Iya, saya punya 2 putri, Nyonya." Daniel sangat bersemangat menjawab pertanyaan Liana, berharap ada kesempatan untuknya.
"Berikan satu untuk putraku!"
Ucapan Liana membuat Daniel dan Reino kaget, mereka sama-sama tak habis pikir, kenapa Nyonya besar yang angkuh itu mau menjadikan Daniel besan.
"Ma, apa-apaan ini?" Reino tidak terima dengan keputusan Mamanya itu.
"Bukan kah kau harus mencari istri pertama untuk menjadi tumbal, sebelum kau menikah dengan Diana." Dan sekali lagi kata-kata Liana membuat Reino dan Daniel kaget.
"Tapi, Ma?" Reino berusaha protes.
"Nggak ada tapi-tapian!" Ucap Liana.
"Dan kau, bawa putrimu kesini segera!" Memandang sinis ke arah Daniel yang masih bersimpuh di depan pintu.
"Saya akan segera membawa putri saya kesini." Daniel tersenyum senang.
"Ya sudah, sana pergi! Kau merusak pandangan mataku!" Liana berjalan dengan angkuhnya menaiki anak tangga.
Reino mengikuti langkah Mamanya, berusaha meminta penjelasan.
Sementara Daniel segera beranjak dari kediaman Reino, melesatkan mobilnya pulang kerumah.
***
Reino mengikuti Liana sampai ke kamar, mencoba membujuk Mamanya agar membatalkan niatnya itu.
"Ma, ini konyol!"
"Rein, kau tahu kutukan keluarga kita kan? Istri pertama akan mati, Mama nggak ingin itu terjadi kepada Diana."
"Tapi tidak harus mengorbankan gadis lain." Rein berbicara secara logis.
"Keluarga Diana dan semua orang sudah tahu kutukan itu, Mama harus melakukan ini!" Liana tetap keras kepala dan kekeh pada rencananya.
"Aku tetap tidak setuju, Ma!" Reino masih berusaha menolak.
"Mama tak ingin berdebat lagi, turuti saja rencana Mama ini!"
"Terserahlah!" Reino berlalu pergi dengan perasaan kesal.
Seperti itu lah Reino, dia selalu saja kalah atau tepatnya mengalah kepada permintaan Mamanya.
Bukan dia tak bisa melawan, tapi dia tak ingin Mamanya marah dan sedih lalu akhirnya bertindak di luar kendali seperti sebelum-sebelumnya.
Reino tau, Mamanya menjadi sensitif setelah Ayahnya meninggal dunia.
Liana jadi sulit mengontrol emosinya jika sedang marah atau pun sedih, bahkan tak jarang dia menyakiti dirinya dan orang di dekatnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Windha Winda
jngan2 venus bkan anak kandung mrka...
2023-03-21
0
Ninin
Thor Venus itu anak tiri ya trus Erika itu adik tiri hbs mereka sekeluarga kejam banget
2021-07-14
1
Lilik Lailatul Maghfirah
suka thoor
2021-06-28
1