AYAH MULAI RAPUH

Beberapa hari berlalu kini Aleta dan Rangga menjalani hari hari seperti biasa.

Namun tanpa kehadiran seorang ibu Aleta selalu merasakan ada yang kurang di dalam hatinya begitupun dengan Rangga.

Mereka seperti kehilangan tujuan hidup hanya tahu bekerja dan makan saja tak ada kebahagiaan di hati mereka.

Aleta melihat Ayahnya seperti mayat hidup yang pergi pagi pagi untuk bekerja ke sawah lalu pulang saat waktunya makan dan istirahat setelah itu.

Selalu ada rasa asing yang Aleta rasakan jika biasanya mereka akan bercanda dan bergurau saat sedang makan kini mereka hanya makan bersama tanpa satu katapun terucap dari Aleta ataupun Ayahnya.

Aleta hanya tak tahu apa yang harus dilakukannya dan tak berani mengajak Ayahnya berbicara.

Setelah selesai makan Aleta membereskan piring dan segera mencucinya namun saat menyalakan keran air tak setetes pun yang mengalir.

Aleta yang tahu bahwa Ayahnya belum membayar tagihan air itu hanya bisa pasrah dan ia menuju kamar mandi untuk mengambil peralatan mandinya dan menuju sumber air yang dekat dengan rumahnya untuk mandi.

Disana terdapat banyak anak anak kecil dan remaja yang sering datang untuk menimba air atau sekedar bermain dan Aleta juga melihat Melisa anak pelayannya yang dulu.

Namun Aleta tak berani untuk menyapanya karena takut diabaikan tapi siapa sangka justru Melisa mendekati dan menanyakan kabarnya.

" kamu non Aleta kan? Apa air di rumahmu mati ? bagaimana kabarmu ? "

Tanya Melisa pada Aleta dengan senyuman tulus.

" iya aku Aleta. Kakak nggak perlu panggil aku Non lagi karena ibu kakak kan udah nggak jadi pelayan lagi kak "

Jawab Aleta polos

Mendengar jawaban Aleta yang polos itu Melisa semakin menyukainya karena Aleta memang gadis yang baik. Berbeda dengan gadis lain yang diasuh oleh ibunya yang semena mena dan kurang ajar itu.

" ibuku tetaplah seorang pelayan Aleta tapi bedanya sekarang tidak bekerja dirumah kedua orang tuamu saja "

Jawab Melisa sambil senyum

" bergegaslah karena hari sudah hampir gelap apa kamu berani pulang sendiri ? Aku tidak keberatan untuk mengantarmu pulang "

Lanjut Melisa sedikit khawatir pada Aleta

" tidak kak, aku berani pulang sendiri lagi pula rumahku nggak terlalu jauh dari sini. Terimakasih "

Jawab Aleta.

" baiklah kalau begitu aku akan pergi dulu ingatlah untuk hati hati "

Jawab Melisa sambil berjalan pergi.

Aleta hanya mengangguk paham dan langsung pergi untuk mandi.

Untungnya Aleta tidak tahan jika harus mandi dengan air dingin yang membuatnya tak berlama lama hingga bisa cepat kembali ke rumah. Selesai mandi ia langsung buru buru mengenakan pakainya dan berjalan menuju rumah.

Aleta sedikit khawatir karena meskipun dekat namun jalan yang harus dilalui Aleta adalah hutan yang sedikit menyeramkan menurutnya karena tidak ada jalan setapak ataupun lampu yang menerangi.

Untungnya saat itu tidak terlalu gelap jadi Aleta hanya mempercepat langkahnya dan sedikit berlari lari kecil agar cepat sampai di rumah.

Saat ia tiba di belokan terakhir menuju rumahnya ia dikagetkan dengan kepala yang tiba tiba muncul dibalik pohon besar.

Dengan perlahan Aleta mengambil sebuah batu kecil dan mendekat ke arah seseorang itu jika memang orang jahat maka ia bisa melemparnya dengan batu yang dipegangnya.

Namun saat kepala itu berbalik arah ia melihat bahwa itu adalah Melisa yang sedang berduaan dengan pacarnya yang sedang asyik meremas dan menjelajahi tubuh Melisa.

Aleta pun langsung bersembunyi dan berjongkok karena tak berani lewat. Aleta hanya bisa menunggu hingga Melisa dan pacarnya itu pergi dari tempat itu.

Namun saat Aleta mencoba mengintip ia melihat Melisa sudah tidak mengenakan baju sehelai pun dan puncak payudaranya terlihat begitu saja dengan pucuknya yang dijelajahi oleh pacarnya itu dan diremas remas bagaikan balon.

Aleta tak tahu harus bagaimana melihat kejadian itu hingga ia dikagetkan oleh suara yang tiba tiba muncul di belakangnya.

" sedang apa kau disini ? Apa kau tidak ingin pulang ? "

Tanya seorang pria paruh baya itu pada Aleta.

Aleta yang tak tahu harus mengatakan apa pada pria itu dan hanya menunjuk kearah tempat Melisa berdiri bersama pacarnya yang membuat pria paruh baya itu pun mau tak mau juga melihat kejadian tak senonoh itu.

" hei apa yang sedang kalian lakukan?! "

Teriak Tuan Dirga yang membuat Melisa dan pacarnya itu kalang kabut mengenakan pakain dan berlari terbirit birit begitu saja.

Tuan Dirga adalah pemilik pabrik beras dan beberapa perusahaan kosmetik yang angkuh dan sombong tapi anehnya ia bersikap ramah pada Aleta hari itu.

Aleta mengetahui bahwa Tuan Dirga belum memiliki seorang anak walau sudah menikah begitu lama.

Mungkin saja Tuan Dirga ingin mengadopsi Aleta dan membantu kesulitan Ayahnya. Itulah yang dipikirkan Aleta si gadis kecil yang polos dan baik hati itu.

" nah sekarang pulanglah Aleta "

Ucap tuan Dirga kepada Aleta.

" baik, terimakasih Tuan Dirga "

Jawab Aleta sambil tersenyum manis dan berjalan pergi meninggalkan Dirga sendirian.

Sesampainya di rumah Aleta terkejut karena melihat sang Ayah tergeletak pingsan di lantai. Aleta langsung saja menghampiri Ayahnya dan mengguncang guncang tubuh Ayahnya. Saat Aleta menyentuh kening Ayahnya itu betapa kagetnya karena kondisi Ayahnya yang sangat panas.

" Ayah.. Bangunlah Ayah.. "

Ucap Aleta sambil mengguncang pelan tubuh sang Ayah namun tak kunjung bangun. Dengan sigap Aleta menyeret tubuh Ayahnya dengan sekuat tenaga dan memindahkannya ke tikar yang ada di ruang tamu karena tak mungkin sanggup jika harus membawanya ke dalam kamar.

Setelah ia memindahkan tubuh sang Ayah dengan nafas yang masih tak beraturan Aleta langsung berlari menuju ke rumah Mirna sang perawat yang selalu dimintai pertolongan oleh Ayahnya itu.

Dengan rasa takut karena hari yang sudah gelap Aleta tetap berlari tanpa menghiraukan sekitarnya.

Setelah cukup jauh ia berlari akhirnya Aleta sampai juga di depan rumah Mirna. Tanpa pikir panjang lagi Aleta langsung saja mengetuk dengan keras pintu rumah Mirna.

" Bu Mirna.. Bu Mirna.. Bu Mirnaaa.. Huhuhu huhuhu Bu Mirna "

Tanpa sadar Aleta menangis begitu saja dengan suara kencang. Aleta takut bahwa ia akan ditinggalkan juga oleh sang Ayah. Aleta takut bahwa akhirnya ia akan sendirian.

Terdengar suara pintu di buka. Mirna yang melihat Aleta menangis langsung memeluk erat Aleta untuk menenangkannya setelah Aleta sedikit tenang Mirna menanyakan apa yang terjadi pada Aleta.

Aleta pun memberitahukan kondisi Ayahnya pada Mirna. Setelah mendengarkan penjelasan Aleta itu Mirna pun langsung bergegas mengambil kotak P3K dan perlengkapan lainya dan langsung menuju rumah Aleta.

Sesampainya di rumah Aleta Mirna pun langsung memeriksa kondisi Ayah Aleta. Aleta juga menemani disisi Ayahnya karena ingin tahu kondisi sang Ayah.

Tapi Anehnya Saat mereka tiba di rumah Aleta pintu rumah Aleta terbuka lebar padahal ia ingat betul bahwa sudah menutup pintu itu saat akan pergi ke rumah Bu Mirna tadi.

" bagaimna bu? Apakah Ayah saya sakit parah ? Karena beberapa hari yang lalu Ayah sempat muntah darah "

Tanya Aleta pada Mirna saat melihat Mirna sudah selesai memeriksa Ayahnya dengan gugup.

" Aleta, ibu tahu meskipun kau masih kecil namum kau bisa berpikir dewasa. Ibu harap kau memperhatikan Ayahmu jangan sampai kelelahan

karena kondisi Ayahmu saat ini.. "

Belum selesai berbicara Ayah Aleta tersadar dari pingsannya. Sontak Bu Mirna langsung menyuruh Aleta untuk pergi sebentar karena Mirna ingin berbicara dengan Ayahnya.

Namun karena rasa khawatir pada Ayahnya itu Aleta hanya bersembunyi di balik tembok samping yang tak jauh dari Ayahnya dan Mirna untuk mendengarkan pembicaraan mereka.

Meskipun tahu menguping bukanlah hal yang baik tapi untuk kali ini Aleta tetap melakukannya karena rasa khawatir pada Ayahnya.

" Pak Rangga apakah bapak sebelumnya sudah tahu mengenai kondisi anda ? "

Tanya Mirna pada Rangga.

" saya tahu kondisi saya seperti apa Bu namun saya harap Bu Mirna tidak membicarakan ini dengan Aleta "

Jawab Rangga pada Mirna.

Aleta makin penasaran seperti apa kondisi Ayahnya hingga dirahasiakan oleh Ayahnya itu.

" baiklah pak saya akan menjaga rahasia ini. Tapi saya harap anda betul betul memperhatikan kondisi anda karena penyakit anda bukan hal yang sepele jika kambuh sekali lagi saja itu bisa membahayakan nyawa anda Pak Rangga "

Jawab Mirna sambil mengingatkan dan memberikan obat yang perlu diminum oleh Rangga.

Setelah selesai memeriksa keadaan Rangga Mirna pun berpamitan pada Rangga dan Aleta.

.

.

.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Nana Tina

Nana Tina

satpol pp tangkap melisa 🤭🤭

2024-08-21

0

Lufi

Lufi

melisa sudah terlatih 🤣🤣🤣🤤

2024-07-05

0

Nur Innayah

Nur Innayah

melisa gakda ahlak

2024-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!