Comfort Girl

Comfort Girl

AWAL KEHANCURAN

Aleta duduk di ruangan tenang sambil memandang ke luar jendela dan menatap kearah sawah milik kedua orang tuanya.

Sawah itu tidak luas namun tidak kecil juga meskipun begitu Aleta dan keluarganya bersyukur masih memiliki sesuatu untuk menyambung hidup.

Meskipun kedua orang tua Aleta memiliki sawah tapi tidak seberapa karena sawah itu adalah tanah bekas rumahnya yang hancur karena terbakar.

Sebenarnya dulu Aleta dan kedua orangtuanya adalah orang yang cukup terpandang di desa itu Karena memiliki banyak sawah serta pabrik penggiling padi dan mereka adalah orang baik hingga tak sedikit warga di desa itu yang selalu menerima bantuan dari keluarga Aleta.

Namun hal itu justru mendatangkan malapetaka bagi Aleta dan kedua orangtuanya. Tidak sedikit bencana dan masalah yang mereka hadapi karena Banyak sekali pebisnis yang tidak senang dan iri terhadap kesuksesan keluarga Aleta.

hingga malam itu ada seseorang yang dengan sengaja menjebak dan membakar sawah serta rumah keluarga Aleta yang menyebabkan keluarga mereka kehilangan seluruh hartanya tak terkecuali sawah dan pabrik padi milik Ayahnya juga tidak tahu bagaimana bisa berpindah kepemilikan.

Beruntungnya Aleta dan kedua orangtuanya selamat dari kebakaran itu dan kini ia tinggal dirumah bekas seorang pelayan yang pernah bekerja untuk keluarga Aleta.

Kini hanya tersisa sawah yang tidak seberapa dan rumah yang tidak luas itu yang Aleta miliki. Ibu Aleta jatuh sakit karena syok berat setelah kejadian itu.

Aleta pun tidak bisa lagi bermanja manja dan malah harus bekerja keras untuk membantu sang Ayah bekerja. Tak ada lagi seseorang yang menyiapkan segala sesuatu untuknya. Tak ada lagi pelayan yang bisa ia suruh suruh seperti sedia kala.

Karena ia masih kecil maka Aleta hanya bisa membantu pekerjaan rumah dan membantu merawat ibunya yang sedang sakit karena sang Ayah tidak mengijinkannya untuk bekerja terlalu berat.

Tanpa disadari ia telah meneteskan air mata dengan wajah yang tak bisa dijelaskan. Perasaan campur aduk sedang ia rasakan saat ini.

" Aletaa.. Aletaa.. Al.. "

Samar samar ia mendengar suara yang perlahan menyadarkan ia dari lamunannya itu dan langsung mengusap air mata sebelum Ayahnya melihat dia menangis.

" iya Yah ? ada apa ? "

Jawab Aleta dengan lembut.

" kemarilah Al , Ayah memiliki sesuatu untukmu "

Jawab Rangga yang merupakan laki laki yang sangat dermawan yang selalu memperlakukan keluarganya dengan baik itu adalah Ayah Aleta.

Dengan senyuman yang selalu ia tampakan setiap harinya itu membuat Aleta tetap mensyukuri hidupnya hingga kini.

" hhmm? emangnya hal apa yah? Kayaknya serius banget "

Jawab Aleta yang keheranan melihat tingkah Ayahnya itu.

" cepatlah sebelum ini jadi dingin "

Jawab Ayahnya sambil membuka sebuah bungkusan yang berisi ayam panggang mentega kesukaan Aleta.

Tak lupa ia juga menyiapkan sepotong kue kecil dan menancapkan satu lilin kecil diatasnya. Aleta yang telah tiba di dapur itu dengan reflek langsung berlari dan memeluk sang Ayah sambil menangis.

" sudah.. Sudah.. putri kecil Ayah jangan menangis lagi cepatlah buat permohonan dan tiup lilinya kemudian kita makan ayam panggang itu sebelum dingin "

Ucap Ayah Aleta dengan nada menenangkan. jika dulu Aleta hampir setiap hari menikmati ayam panggang mentega kesukaannya itu hingga bosan. Tapi kini makanan itu menjadi kado yang sangat spesial untuknya karena dengan kondisi keluarga mereka saat ini bisa makan hari ini saja sudah bagus.

Aleta pun meniup lilin kecil itu dengan perasaan yang sangat bahagia dan segera menyantap ayam panggang favoritnya.

Tak lupa ia juga menyiapkannya untuk ibunya yang sedang berbaring diatas kasur kecil yang hanya cukup untuk 2 orang itu.

Dengan tangan kecilnya ia berusaha menyuapi sang ibu untuk mencicipi makanan yang telah dibeli oleh Ayahnya dengan susah payah.

Namun baru saja sang ibu membuka mulut tiba-tiba ia memuntahkan darah yang begitu banyak hingga membuat Aleta terkejut dan panik.

" ibu... Ibu... Ibu.... Ayah.... Ayah.... Ibu.. "

Dengan bingung Aleta hanya bisa memegangi tangan ibunya yang pingsan itu dan memanggil Ayahnya dengan keras hingga membuat Ayahnya kaget bukan kepalang Mendengar teriakan putri kecilnya itu ia langsung berlari menuju kamar untuk melihat apa yang terjadi.

Sesampainya di kamar ia terkejut melihat begitu banyak darah dan langsung menyuruh Aleta mengambilkan handuk basah dan ia sendiri menuju kamar mandi untuk mengambil sebaskom air untuk membersihkan darah istri tercintanya itu.

Setelah ia selesai membersihkan kekacauan itu ia menugaskan Aleta untuk menjaga ibunya karena ia akan pergi ke rumah perawat yang tak jauh dari rumahnya untuk meminta bantuan.

Hanya itu yang bisa dilakukan oleh Ayah Aleta saat ini karena keterbatasan biaya yang ia alami.

Aleta yang melihat Ayahnya pergi itu pun langsung sigap dan langsung menuju kamar untuk menjaga ibunya.

Karena hal seperti ini memang sudah sering terjadi. Namun Aleta yang masih berusia 9 tahun itu pun tetap saja menangis sambil memegangi tangan ibunya karena takut sang ibu meninggalkannya.

Hanya itu yang ada di dalam pikiran Aleta saat ini dan tanpa sadar Aleta tertidur di samping ibunya yang telah wafat tanpa ia ketahui.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Keesokan paginya Aleta terbangun karena mendengar suara bising dari luar kamarnya. Dengan perlahan ia berjalan ke arah suara ribut ribut itu dengan bingung.

Belum sempat ia melihat apa yang terjadi tiba-tiba sang Ayah muncul dihadapannya sambil tersenyum getir dan menggendongnya kembali ke dalam kamar.

" kenapa masuk lagi yah? Aleta kan mau lihat apa yang sedang terjadi. Kenapa ribut sekali di rumah kita? "

Belum sempat Ayahnya menjawab Aleta baru tersadar akan sesuatu.

" loh? Ayah? Ibu ada dimana? Kenapa ibu nggak ada di kamar ini? "

Mendengar pertanyaan dari putri kecilnya itu Rangga pun tak kuasa menahan air matanya.

" ibu sudah sembuh.. Ibu sudah pulang Aleta.. Ayah harap Aleta tidak berlarut dalam kesedihan masih ada Ayah disini yang menjaga Aleta "

Mendengar jawaban Ayahnya itu Aleta pun langsung tersenyum bahagia namun ia langsung mengerti maksut ucapan dari Ayahnya saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan sang Ayah.

Aleta pun hanya menangis dalam diam dan mendengarkan isakan tangis sang Ayah yang seperti anak kecil itu.

Dalam beberapa bulan ini kondisi ibu Aleta memang bertambah buruk tak jarang ia melihat sang Ayah memasang ekspresi sedih serta takut kehilangan yang nampak jelas di raut wajahnya itu.

Mau tak mau Aleta pun juga selalu merasakan kekhawatiran yang sama dengan sang Ayah. Aleta telah memikirnya sejak lama jika tiba-tiba ibunya meninggal apa yang harus dilakukannya atau bagaimana hidupnya dan sang Ayah berjalan tanpa kehadiran sang ibu.

Melihat kondisi ibunya yang semakin lama memburuk sebenarnya Aleta sudah pasrah sejak satu bulan terakhir. Entah bagaimana bisa seorang bocah berusia 9 tahun memiliki pemikiran yang dewasa. Namun bagaimanapun juga memang begitulah kenyataanya.

Mendengar isak tangis sang Ayah. Aleta pun mendekat dan memeluk Ayahnya berharap pelukan itu dapat menenangkan Ayahnya.

Setelah beberapa saat Ayahnya pun menjadi lebih tenang dan kini ia gantian menguatkan Aleta dengan senyuman serta mengarahkan kedua telunjuk ke arah pipi Aleta hingga membentuk senyuman diwajah Aleta.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Diruang lain beberapa orang berkumpul untuk memberikan bantuan kepada keluarga Aleta. Karena Ayah Aleta tak memiliki uang lagi untuk mengurus biaya pemakaman serta membeli baju adat untuk sang ibu.

Beruntungnya warga sekitar yang peduli memberikan kebaikan mereka untuk menolong kesulitan yang Aleta dan Ayahnya alami.

Ada yang memberikan beras, minyak, gula, ada juga yang memberikan sejumlah uang pada Ayah Aleta serta baju adat untuk pemakaman ibu Aleta.

" maaf bapak bapak saya jadi merepotkan seperti ini dan juga saya sangat berterimakasih pada bapak bapak dan ibu ibu yang telah bersedia membantu kesulitan kami "

Ucap Rangga pada warga yang bersedia menolongnya dan juga Aleta.

" tidak usah terlalu dipikirkan Pak Rangga. Kami disini semua juga sudah banyak menerima bantuan dari Pak Rangga saat itu. Maka kami juga membantu sebisanya untuk membalas kebaikan Pak Rangga kepada kami "

Ucap salah satu pria paruh baya itu sambil tersenyum tulus ke arah Rangga dan Aleta.

Setelah urusan pemakaman selesai dan ibu Aleta telah dikuburkan para warga yang membantu pun telah kembali ke rumah mereka. Sehingga Aleta dan Rangga dapat beristirahat karena telah melalui hari yang berat itu.

Terpopuler

Comments

Nur Innayah

Nur Innayah

cerita awalnya bagus bikin penasaran

2024-04-29

0

Endhy Setiawan

Endhy Setiawan

ya ampun baik banget dah tuh anak

2024-03-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!