SENYUM KEMENANGAN

Suara kicau burung dan teriknya sinar matahari yang menembus kamar vvip nomer tiga dari celah celah korden menandakan hari sudah pagi. Ardian mengerjapkan matanya lalu menguceknya dengan pelan, kepalanya sudah terasa enteng tidak berat seperti semalam. Ia meregangkan otot ototnya tanpa menyadari gadis di sebelahnya. Saat ia hendak mengambil ponselnya di atas nakas untuk melihat jam tiba tiba ia mendengar suara tangisan.

" Hiks.. Hiks... " Lervia memulai sandiwaranya. Sebelumnya ia sudah membuka seluruh pakaiannya yang hanya tersisa celana dalamnya saja lalu menutupnya dengan selimut. Ia mengacak acak rambutnya membuat seolah olah telah terjadi sesuatu padanya. Dan jangan lupakan darah menstruasinya yang ia goreskan di sprei putih bawah tidurnya supaya Adrian mengira itu darah perawannya. Benar benar rencana yang matang.

Adrian mengerutkan keningnya menatap punggung Lervia yang naik turun khas orang yang sedang menangis.

" Kamu siapa?" Adrian menyandarkan punggungnya pada head board sambil terus menatap Lervia.

Lervia menoleh ke arahnya dengan terus mengeluarkan air mata buayanya. Dalam hati ia menahan tawa karena tidak menyangka akan menjadi buaya betina yang sedang menangkap mangsa hari ini.

" Hiks... Hiks... Apa tuan lupa dengan apa yang telah tuan lakukan padaku semalam?" Lervia memberanikan diri menatap Adrian, tentu saja sambil memasang muka sedihnya.

Adrian sedikit terkejut mendengar ucapan Lervia. Ia mencoba mengingat kejadian semalam dimana tubuhnya yang terasa panas dan kepalanya terasa sakit. Saat ia berbaring di atas ranjang, tak lama seorang gadis mendatanginya dan membantu menyalurkan hasratnya. Nampak jelas di dalam ingatannya bagaimana ia melampiaskan nafsunya dengan brutal kepada gadis itu. Entah apa penyebab Adrian bisa sebuas itu, Adrian tidak peduli yang jelas ia merasa senang bisa menuntaskan hasratnya setelah sekian lama terpendam.

Lervia sengaja menggeser tubuhnya hingga darah kering yang menempel pada sprei dapat terlihat dengan jelas oleh mata Adrian.

" Ka.. Kau masih perawan?" Lervia menyembunyikan senyumannya mendengar pertanyaan dari Adrian, pertanyaan yang sangat ia nantikan.

" Keperawananku sudah hilang di ambil olehmu tuan." Ingin sekali Lervia tertawa saat mengatakannya. Rasanya benar benar menggelitik jantungnya. Bagaimana bisa ia mengatakan keperawanannya sudah di ambil sedangkan saat ini segelnya masih utuh.

" Kamu sendiri yang menawarkan tubuhmu padaku. Kau bilang mau membantuku dengan suka rela. Jadi jangan salahkan aku apalagi menuntut tanggung jawab dariku." Mata Lervia membola mendengar ucapan Adrian. Ia tidak menyangka si bodoh itu mengatakan hal seperti itu.

" Sialan wanita itu, bisa bisanya dia mengacaukan rencanaku dengan mengatakan semua itu. Apa dia hanya mau memakan uangku saja tanpa peduli rencanaku berhasil apa tidak? Lihat saja aku akan memberi perhitungan padanya. Saat ini aku harus berbuat sesuatu supaya papanya Leo mau bertanggung jawab dengan menikahiku." Ujar Lervia dalam hati.

" Huaaaaaaaaa." Suara tangisan Lervia pecah begitu saja memenuhi ruangan hingga memekakkan telinga. Adrian menutup telinganya yang terasa ngilu akibat suara Lervia. Beruntung kamar ini kedap suara sehingga teriakan Lervia tidak mengundang perhatian yang lainnya. Melihat Lervia menangis seperti itu membuat hatinya sedikit iba, untung saja Lervia sudah latihan adegan menangis bersama Lea kemarin hingga aktingnya benar benar meyakinkan Adrian saat ini.

" Aku mengatakan itu karena aku sedang patah hati tuan. Pacarku berkhianat padaku, dia berselingkuh dengan sahabatku sendiri hiks.... Itu sebabnya aku mengatakan itu. Aku putus asa tuan, aku merasa tidak punya siapa siapa lagi di dunia ini. Aku benar benar sangat mencintainya, tapi apa yang dia lakukan? Dia mengkhianatiku bersama sahabatku sendiri karena aku tidak mau di sentuh olehnya hiks.. Hiks... " Kali ini Lervia tidak berbohong, namun Adrian tidak tahu jika yang Lervia maksud adalah putranya sendiri.

Melihat Adrian yang diam saja membuat Lervia harus melakukan usaha yang lebih.

" Semalam saat aku datang ke sini untuk menemui temanku, aku bertemu dengannya bersama kekasihnya yang baru keluar dari salah satu kamar hotel ini. Aku yakin mereka telah menghabiskan waktu berdua dengan berbuat begituan hiks... Hatiku sangat sakit, sebenarnya aku ingin lari keluar tapi entah mengapa aku malah masuk ke kamar ini dan menemukan tuan sedang berbaring. Saat aku mendekat, aku melihat mata tuan yang memerah seperti sedang menahan hasrat. Aku berpikir untuk melayani tuan, dengan begitu rasa sakit di dalam hatiku akan terbalaskan. Aku yakin kekasihku akan merasakan hal yang sama jika melihatku bersama pria lain. Dia pasti akan sakit hati. Tapi aku tidak tahu jika semuanya akan berakhir seperti ini hiks... Aku... Aku.. " Lervia semakin terisak karena ia merasa usahanya tidak akan berhasil. Ia mengusap air mata buayanya sambil melirik Adrian yang nampak sedang berpikir.

" Jika orang tuaku tahu aku sudah melakukan hal hina seperti ini, mereka pasti akan menggantungku hidup hidup tuan. Hiks.. Aku mohon bantu aku!" Lervia mengatupkan kedua tangan di depan dada sambil menatap Adrian. Ia tidak peduli jika nanti selimutnya melorot yang jelas saat ini ia harus meyakinkan Adrian atas semua kebohongannya.

" Baiklah aku akan membantumu." Ucap Adrian merasa iba pada keadaan Lervia. Tentu saja Lervia tersenyum senang mendengarnya.

" Kita tunggu sampai satu bulan, jika kau hamil aku akan bertanggung jawab untuk menikahimu. Tapi jika tidak maka anggap saja kejadian tadi malam sebagai musibah untuk kita berdua. Aku akan memberikan berapapun yang kamu minta dan setelah itu jangan pernah usik hidupku lagi!"

" Busyet... Gue tidak menyangka papanya Leo sulit di kendalikan. Masa' iya nunggu gue hamil dulu. Jangankan satu bulan, mau di tunggu sampai setahun juga gue nggak bakalan hamil. Orang gue masih perawan ting ting. Dan apa tadi? Dia akan memberikan berapapun yang aku minta? Emangnya gue cewek apaan? Dia menganggapku cewek bayaran, bener bener nggak terima gue. Bukan gue yang wanita bayaran, tapi justru gue yang membayar wanita sewaan itu." Batin Lervia.

Lervia diam sambil memikirkan rencana selanjutnya. Bodohnya ia tidak memikirkan hal ini akan terjadi, dalam pikirannya papanya Leo mudah di tahlukan seperti drama yang sering ia tonton.

" Ayo berpikir Lervi... Jangan sampai rencanamu yang sudah sejauh ini gagal begitu saja. Duh mana lagi deras derasnya ini, kalau gue berlama lama di sini bisa bisa ketahuan kalau gue sedang haid. Ayo Lervi cari cara untuk memenangkan rencana ini." Ujar Lervia dalam hati.

" Bagaimana? Apa kau setuju?" Tanya Adrian menatap Lervia.

Lervia menatap Adrian membuat manik mata mereka bertemu untuk beberapa saat. Sangat terlihat sisa sisa air mata di sudut mata Lervia. Tanpa sadar Adrian mengusapnya dengan jarinya, Lervia memejamkan matanya. Ia merasa Adrian adalah orang yang baik. Tiba tiba ia teringat dengan adegan drama yang ia tonton semalam dimana sang wanita memilih untuk mengakhiri hidupnya karena di tinggalkan oleh kekasihnya.

" Jika tuan tidak mau bertanggung jawab kepadaku, maka lebih baik aku mati saja." Adrian terkejut dengan ucapan Lervia.

" Mungkin aku bisa menerima tapi pria yang akan menjadi suamiku nanti pasti tidak akan menerima hal ini. Dia tidak akan mau menerimaku yang sudah tidak suci lagi tuan. Dan hal itu pasti akan membuat aib dalam keluargaku. Aku tidak mau sampai itu terjadi, lebih baik aku tiada saja." Lervia turun dari ranjang lalu memunguti bajunya yang berserakan di lantai bercampur dengan pakaian Adrian.

" Ayo om cegah aku dan katakan aku mau menikahimu! Masa' aku harus pura pura lompat dari gedung ini sih, nanti kalau gue pura pura lompat terus terpeleset, terus jatuh beneran yang ada nanti gue mati beneran donk. Idih amit amit, jangan sampai hal itu terjadi. Gue masih muda, masih ingin merasakan bagaimana rasanya menjalani pernikahan. Ya Tuhan tolong bantu aku, meskipun aku tahu yang aku lakukan ini salah." Gumam Lervia dalam hati.

Tidak ada pergerakan dari Adrian, ia hanya diam sambil terus menatap Lervia. Entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini yang jelas hal ini membuat Lervia kesal bukan main.

" Baiklah kalau memang tuan tidak bisa mengambil keputusan, aku akan lompat dari gedung ini." Ucap Lervia penuh penekanan. Seandainya lompat pun belum tentu Lervia mati karena mereka berada di lantai dua yang tingginya hanya sekitar sepuluh meter saja.

Lervia melangkah kakinya, tiba tiba Adrian mencekal tangannya.

" Jangan!" Cegah Adrian.

" Aku akan bertanggung jawab, aku akan menikahimu." Ingin sekali Lervia berteriak kegirangan karena usahanya telah berhasil. Ia mengembangkan senyumannya selebar mungkin. Beruntung Lervia membelakangi Adrian, jadi Adrian tidak melihat senyuman kemenangannya.

" Lihatlah Leo! Hari ini kau kehilangan ayahmu, dan hari selanjutnya kau akan kehilangan kasih sayangnya. Bukankah kau tipe anak yang manja? Mulai saat ini aku akan menjungkir balikkan hidupmu. Tunggu aku di rumahmu, anak tiriku."

TBC....

Terpopuler

Comments

Erchapram

Erchapram

Wah Lervia si ratu drama.

2024-01-20

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!