Dewa terlihat kusut saat ia pulang ke rumah pribadinya. Rafly membawakan stelan jas untuk ganti sebelum Dewa pergi ke kantor. Daniela tidak nampak di kamarnya, entah ia pergi kemana Dewa tidak peduli dan tidak ingin tahu. Dewa sibuk memikirkan nasib Vania selanjutnya. Satu-satunya cara yang Dewa tahu saat ini adalah ia harus berpisah dari Daniela.
"Pak sebaiknya anda segera bersiap karena nyonya besar memanggil anda" kata Rafly.
"Mama?" Dewa mengusap wajahnya yang semakin kusut. Mamanya pasti sudah tahu dari berita yang beredar.
"Aku akan mandi dulu, letakkan saja jas itu di kamar"
"Baik pak"
Sementara di kediaman keluarga Askara semua sedang duduk melingkari meja makan. Ada tuan Askara, nyonya Thania Askara, dan oma Maudy. Semua menunggu penjelasan dari Dewa dan Daniela tentang gonjang ganjing rumah tangga mereka.
Setelah rapi Dewa bergegas memasuki mobilnya, ia memainkan ponselnya menghubungi Vania tapi tidak di jawab. Dewa tidak kehabisan akal ia menelpon Arsya.
"Sya bagaimana keadaan Vania?"
"Mba Vania diam saja dari tadi pak"
"Apa Vania mau makan?"
"Tidak pak"
"Nanti saya akan ke rumah tolong jaga Vania baik-baik"
Dewa mematikan telepon, mobil yang di kendarai Rafly melaju cepat di atas jalan tol menuju kediaman orang tua Dewa.
"Saya sudah tahu keberadaan bu Daniela pak" kata Rafly yang baru saja menerima telepon dari anak buahnya.
"Dimana?"
"Di tempat bu Wanda"
"Biarkan saja dia, jika ia berani mendatangi rumah Vania segera kabari aku. Oh ya Raf persiapkan bukti untuk membongkar sandiwara dan rahasia Daniela"
Rafly melihat ke arah spion mengamati wajah Dewa yang terlihat geram pada Daniela. Rafly bisa melihat betapa cintanya Dewa pada Vania sampai ia terlihat ikut menderita karena Vania di permalukan oleh Daniela.
"Pak sudah sampai" Rafly membuyarkan lamunan Dewa. Mobil sudah tiba di halaman rumah keluarga Askara. Dewa segera memasuki rumah yang luas dan terlihat asri itu.
"Pagi mam, pa....hai oma" Dewa mendekap sang oma dan mengecup kening oma nya yang seperti bingung memandang cucunya itu.
"Dewa papa mau bicara"
Dewa mengambil tempat duduk di tengah seolah ia adalah tersangka yang sedang menghadapi sidang.
"Dewa apa benar berita yang beredar di luar sana kalau kau menikah lagi? Kenapa kau mengkhianati Daniela?" tanya tuan Askara.
Dewa hanya tersenyum getir ia menatap papa dan mamanya.
"Daniela yang sudah mengkhianati saya lebih dulu!"
"Apa maksudnya ini? Daniela berbuat apa memangnya?" tanya mama.
"Nanti juga papa dan mama tahu apa yang telah di perbuat Daniela. Sejak awal saya tidak mau menikah dengan nya saya tidak mencintai Daniela tapi papa memaksa!"
Tuan dan nyonya Askara saling memandang dengan tatapan bingung. Selama ini mereka mengira rumah tangga Dewa dan Daniela adem ayem saja. Tidak terdengar bertengkar apa lagi sampai ada pengkhianatan.
"Lalu apa benar kau telah menikah lagi?" tanya mama.
"Benar mam, gadis itu sekretaris Dewa di kantor" jawab Dewa tanpa ragu. Sudah saatnya keluarganya mengenal Vania sebagai menantu di keluarga Askara.
"Maksud mu Vania?" tanya mama yang memang sudah pernah mengenal Vania. Meski tidak dekat tapi mereka sempat bertemu beberapa kali saat mama berkunjung ke perusahaan milik Dewa.
"Benar ma"
"Mama mengenali gadis itu?" tanya papa.
"Pernah bertemu beberapa kali pa"
Dewa melihat jam tangannya, ia harus bergegas ke kantor karena ada meeting dengan koleganya membahas tender besar yang akan di pegang oleh perusahaan miliknya.
"Dewa akan selesaikan permasalahan ini segera, papa dan mama tidak perlu cemas apa lagi ikut campur" Dewa berdiri dari duduknya. Ia kembali menghampiri oma memeluknya dengan hangat. Oma mengalami dimensia jadi ia tidak ingat pada Dewa meski Dewa sangat menyayanginya.
****
Vania mengemasi barang-barangnya ke dalam koper besar. Ia juga membawa foto pernikahannya dengan Dewa. Vania sedang tidak baik-baik saja. Ia perlu waktu untuk berpikir. Melihat semua menjadi kacau Vania merasa perlu menenangkan diri sebelum mengambil keputusan.
"Mbak mau kemana? Kalau pak Dewa mencari bagaimana?" tanya Arsya.
"Mbak mau pergi Sya, kalau mbak tetap disini kemungkinan besar Daniela akan datang lagi dan berbuat nekat. Mbak juga ingin pergi agar tidak bertemu pak Dewa untuk sementara waktu"
"Kalau begitu Arsya ikut kemanapun mbak pergi"
Jadilah Vania dan Arsya pergi dengan menumpang taxi online ke bandara. Mereka menuju kampung halaman yang sudah lama tidak di kunjungi. Vania rasa kampung halamannya adalah tempat terbaik untuk dirinya menjauh sejenak dari Dewa dan kemarahan Daniela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments