Vania membuka matanya, ia terkejut mendapati dirinya tanpa sehelai pakaian di balik selimut tebalnya. Kepalanya terasa pening dan jantungnya berdegup tidak teratur mengingat kejadian yang ia lakukan kemarin siang. Vania merasakan ada yang terasa nyeri di bawah sana.
Apa yang sudah ku lakukan?! Bagaimana ini....
Vania mengangkat wajahnya ia mendapati Dewa duduk di sofa dengan stelan jas lengkap. Pria itu menatapnya dengan senyum yang sulit di gambarkan.
Wajah Vania sontak memerah mengingat apa yang sudah ia perbuat pada Dewa. Vania menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Sayang, ayo bangun dan mandilah" kata Dewa lembut ia mendekati Vania seraya meraih bahu Vania yang polos. Dewa mengecup kening Vania tanpa canggung.
Vania tidak berani menatap wajah Dewa, ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Vania duduk di bawah guyuran shower.
Aku kenapa? Kemarin kenapa bisa bertingkah sangat memalukan seperti itu?! Bagaimana anggapan Dewa tentang ku?....dan aku menyerahkan diriku sepenuhnya untuk Dewa bagaimana jika suatu saat nanti ia akan membuang ku dari kehidupannya?
Tuk...tuk..
"Vania...Vania sayang?!" Dewa mengetuk pintu kamar mandi di rasa Vania sangat lama berada di kamar mandi.
Vania membuka pintu kamar mandi, ia mengenakan kimono mandi berwarna putih. Rambut panjangnya masih basah kuyup.
"Kau baik-baik saja?" tanya Dewa cemas.
Vania mengangguk berjalan meraih handuk kecil di atas meja rias untuk mengeringkan rambutnya.
"Kemarilah biar aku yang melakukannya" Dewa meraih handuk itu lalu mengeringkan rambut Vania. Kecanggungan terasa karena Vania hanya diam saja.
Dewa menunduk menatap istri keduanya itu. Vania melihat di leher pria itu penuh tanda berwarna merah.
"Pak Dewa leher mu? Bagaimana ini apa bekas nya akan segera hilang? Bagaimana kalau bu Daniela tahu?"
Dewa tertawa melihat kepanikan Vania. Ia menggenggam tangan Vania.
"Karena itu semalam aku tidak pulang, tidak apa jika Daniela tahu aku akan mengatakan padanya jika aku telah menikah dengan mu"
"Tidak pak Dewa jangan katakan itu, itu akan menyakiti hatinya aku mohon" Vania menangkupkan kedua tangannya memohon pada Dewa agar tidak membuka rahasia mereka pada Daniela.
"Kau tidak tahu Vania seberapa besar Daniela menyakitiku...tapi baiklah jika itu mau mu aku aku menuruti mu saja"
"Oh ya sayang jangan panggil aku dengan sebutan formal saat kita hanya berdua"
"Tapi..."
"Panggil aku Dewa saja seperti kemarin rasanya lebih menyenangkan"
Vania menggeleng ia tidak enak memanggil bos nya itu dengan menyebut namanya saja meski kini ia telah menjadi istri sah nya.
"Bagaiamana kalau kak Dewa saja?" tanya Vania malu-malu.
"Baiklah aku setuju"
Dewa dan Vania menikmati sarapan bersama, wajah Dewa terlihat cerah dan berseri sementara Vania masih malu-malu.
"Hari ini kai tidak perlu masuk bekerja, aku memberi mu cuti selama kau mau"
"Tapi kak aku ingin bekerja"
"Baiklah kalau begitu ayo kita berangkat" kata Dewa meraih dagu Vania lalu mengecupnya.
****
Setibanya di Askara Company, Dewa berhenti di lobi ia melihat Daniela dan sepupunya Raymon ada di lobi.
"Dewa sayang aku merindukan mu" Daniela memeluk Dewa di hadapan Vania.
"Kenapa kemari?" tanya Dewa datar.
"Karena semalam kau tidak pulang jadi aku mencari mu kemari" jawab Daniela yang tidak merasa curiga apapun pada Dewa dan Vania.
Vania memundurkan langkahnya memberi jarak pada Dewa dan Daniela.
"Oh ya sayang Raymon katanya mulai hari ini bekerja di perusahaan mu" kata Daniela sembari melirik Raymon.
Dewa terlihat kurang senang dengan keberadaan Raymon di perusahaannya. Raymon itu tidak bisa bekerja hanya bisa mengacau saja. Tapi Dewa memutuskan memberikannya satu kesempatan untuk bergabung dengan Askara Company karena bujukan Daniela.
"Ayo kita ke ruang kerja mu sayang" Daniela menggamit mesra lengan Dewa. Keduanya berjalan memasuki lift.
Vania berdiri menatap pintu lift yang hampir menutup, di lihatnya Daniela mencium pipi Dewa. Lagi-lagi Vania harus menahan perasaannya.
"Hai nona manis, kau mau masuk atau mau melamun?" suara Raymon membuyarkan angan Vania. Vania memasuki lift yang terbuka, ada Raymon di dalamnya.
"Aku tidak menyangka sekretaris kak Dewa begitu cantik dan manis sekali, di tengah rumah tangganya yang nyaris hancur ternyata iman nya kuat juga ya tidak tergoda oleh mu?" sindir Raymon. Vania hanya terdiam malas meladeni oria tidak penting di sampingnya itu . Hati Vania sedang bergemuruh di penuhi rasa cemburu.
Raymon memegang tangan Vania dengan berani. Vani yang terkejut segera menepis tangan Raymon ia buru-buru keluar saat pintu lift terbuka. Vania berpapasan dengan Rafly yang melihatnya dengan tatapan canggung.
Vania bisa mengartikan maksud tatapan Rafly padanya karena pintu ruang kerja Dewa terkunci ada Daniela di dalam sana. Semua sudah bisa menebak apa yabg terjadi pada kedua pasangan itu. Vania tersenyum getir ia melangkah ke meja kerjanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Mama Muda
jangan tersinggung vania kamukan istri kedua
2024-04-01
1