Area dewasa bukan untuk bocil ya...
Rafly meletakkan sebotol jus buah yang di buatkan oleh Daniela untuk Dewa di atas meja kerja Vania. karena ia sibuk menerima telepon dari kolega jadi ia tidak fokus meletakkan botol jus yang seharusnya ia letakkan di meja kerja Dewa.
Vania yang baru saja tiba ia menyimpan tas nya di laci lalu memandang sebotol minuman segar di atas meja kerjanya.
Siapa yang meletakkan botol minuman ini?
"Vania siapkan berkas untuk meeting siang nanti" Suara Dewa terdengar formal. Ia memang terlihat sangat sibuk harinya di penuhi dengan bekerja, meeting bersama kolega lalu jamuan makan hingga Dewa tidak memiliki waktu untuk dirinya.
"Baik pak" Vania menyimpan botol jus di laci mejanya lalu melanjutkan pekerjaannya.
Waktu berlalu hingga menjelang sore, meeting panjang berakhir, Dewa duduk di ruang kerjanya sedang berdiskusi dengan para pemegang saham perusahaan.
Vania membuka laci meja kerjanya ia baru teringat jika tadi pagi ia menyimpan botol jus, tanpa pikir panjang Vania meminum jus itu hingga tersisa sedikit. Lima menit semua berjalan lancar, lima belas menit semua masih baik-baik saja lalu tiga puluh menit kemudian Vania merasakan sekujur tubuhnya memanas ia merasa gerah padahal ia sudah menyalakan AC di ruang kerjanya. Wajah cantik Vania mendadak memerah dan tatapan matanya sayu. Ia membuka blazer yang di kenakannya lalu mengikat rambut panjangnya karena terasa gerah dan panas.
Vania sendiri bingung ia seperti orang kesetrum, tiba-tiba ia merasakan gairah yang meletup hebat. Ia sampai seperti tidak bisa mengendalikan dirinya. Vania berjalan sedikit terhuyung seperti orang mabuk.
"Vania kau kenapa?" Rafly yang melihat kondisi Vania langsung tahu ada yang tidak beres dengan gadis itu.
Vania hampir terjatuh jadi Rafly memegangi bahu Vania. Dewa melihat kejadian itu dari ruang kerjanya. Ia bergegas menghampiri Vania dan Rafly.
"Ada apa?!"
"Ini pak Vania seperti...."
Dewa mengamati wajah Vania yang terlihat memancarkan ekspresi yang berbeda dari biasanya.
"Lepaskan tangan mu bodoh!" Dewa kesal karena Rafly berani menyentuh bahu Vania.
"Maaf pak!" Rafly langsung menarik tangannya. Dewa mengambil alih memapah Vania ke luar melalu pintu rahasia yang hanya di ketahui Dewa dan Rafly. Jangan sampai para staf perusahaan tahu, bisa heboh beritanya nanti.
"Raf wakili aku di meeting, aku akan urus Vania"
"Baik pak"
Dewa dan Vania berada dalam satu mobil, Dewa akan mengantar istrinya itu pulang ke rumah. Di dalam mobil Vania sudah tidak terkendali. Ia mencengkram kuat lengan Dewa sembari menggigit bibirnya dengan gerakan sensual.
"Vania ada apa dengan mu?" tanya Dewa.
"Dewa...rasanya...panas sekali!" Vania bahkan meracau tidak memanggil Dewa dengan sebutan formal lagi. Lebih membuat terkejut lagi Vania menarik rok span nya sedikit keatas lalu ia melepas celana dalamnya. Celana berlabel brand ternama itu ia lemparkan ke arah Dewa. Membuat Dewa terkejut setengah mati.
"Vania kendalikan dirimu!" Dewa menambah kecepatan mobilnya. Di lampu merah dewa melepas jasnya lalu menutupkan ke paha Vania.
Vania melepas ikatan rambutnya membiarkan nya tergerai bebas dan indah. Ia juga melepas dua buah kancing kemejanya. Membuat Dewa menelan ludah.
Vania jangan begini! Aku juga bisa kehilangan kendali!
Dewa mematung ketika tiba-tiba Vania menyambar bibirnya. Melumatnya dengan liar .
Akhirnya setelah bersusah payah fokus mengemudi mobil Dewa tiba di halaman rumahnya dan Vania. Ia segera memapah Vania memasuki rumah.
Vania melepas dengan kasar high heels yang di kenakannya. Menendangnya hingga berserakan entah kemana. Ia memeluk tubuh Dewa dan melancarkan ciuman bertubi-tubi.
"Vania cukup! ayo kita ke kamar kau perlu mandi air dingin" Dewa mengangkat tubuh Vania menuju kamar.
Setibanya di kamar Vania menarik tubuh Dewa dengan kasar. Ia membuka semua kancing kemeja yang di kenakan oleh Dewa. Vania juga membuka kancing kemejanya dan melemparkan bra yang di kenakannya ke arah Dewa.
"Dewa sayang....aku mencintai mu" kata Vania membuat Dewa tersenyum senang tapi juga bingung melihat tingkah Vania yang di luar dugaan.
"Vania...aku juga punya batas untuk menahan diri sayang, jangan salahkan aku jika aku tidak sanggup menahannya!"
Dewa pria normal melihat tingkah Vania seperti itu jelas ia tergoda dan tidak akan mampu menahannya.
Dewa mendekat memeluk Vania ia melumat bibir Vania hingga lehernya. Membuat Vania setengah berteriak tidak karuan. Suara Vania membuat Dewa hilang akal, ia melepaskan kemejanya melemparnya ke sudut ruangan. Dengan berani Vania melepas ikat pinggang Dewa.
"Va..nia...Vania..." Dewa memejamkan matanya merasakan apa yang Vania lakukan padanya.
Dewa menarik rambut Vania dan membaringkan gadis itu di atas ranjang. Ia akan melalui hari yang panjang dengan Vania. Hingga Dewa kelelahan. sebelumnya ia tidak pernah melakukan sepuas itu dengan Daniela.
Vania terbaring tidak berdaya di pelukan Dewa, Tubuhnya tertutupi selimut. Dewa mengecup kening Vania.
"Terimaksih sayang" bisik Dewa di telinga Vania yang tidak di dengar Vania karena gadis itu tertidur lelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments