Pagi ini seperti biasanya Dewa sudah siap dengan stelan kerjanya nya. ia duduk di meja makan seorang diri karena Daniela masih tertidur pulas setelah semalam ia pulang larut.
"Raf kita berangkat sekarang" kata Dewa terlihat sumringah. Ia sudah tidak sabar melihat wajah Vania.
"Baik pak" Rafly membukakan pintu mobil untuk Dewa. Ia sedikit heran karena Dewa tidak berpamitan dengan Daniela. Biasanya sebelum berangkat bekerja akan ada pertengkaran dulu diantara keduanya. Tapi pagi itu wajah Dewa justru terlihat sangat cerah dan ramah. Berbeda dari hari-hari biasanya.
"Apa Vania sudah tiba di kantor?" tanya Dewa dari kursi belakang. Rafly melihat ke spion lalu mengangguk.
"Sudah pak, ada meeting pagi yang di wakili oleh Vania..maksud saya bu Vania"
Dewa memalingkan wajahnya menatap jalanan yang mulai ramai. Ia teringat tentang Daniela.
"Oh ya apa yang kemarin ingin kau katakan soal Daniela"
"Maaf pak apa tidak nanti saja saat di kantor?"
"Katakan saja sekarang"
"Bu Daniela mencairkan uang dua ratus juta dari rekening pribadinya kemarin"
Dewa mengerutkan keningnya, beberapa bulan ini Daniela sering memakai uang dalam jumlah besar tapi tidak jelas untuk apa.
"Cari tahu untuk apa sebenarnya Daniela memakai uang itu"
"Baik pak"
Uang itu jelas adalah uang bulanan dari Dewa karena gaji Daniela main film cukup lama cairnya perlu menunggu beberapa minggu bahkan sampai satu bulan lebih.
Mobil tiba di pelataran Askara Company. Rafly bergegas mebuka pintu mobil. Dewa keluar dari mobil berjalan cepat menuju lift. Wajahnya datar dan terlihat tidak ramah. Saat pintu lift terbuka semua karyawan dan direktur menyambutnya mereka berdiri dari duduknya memberi salam pada Dewa.
"Selamat pagi pak!" serentak semua menyapa yang di balas dengan satu anggukan samar dari Dewa. Ia berjalan memasuki ruang kerjanya. Wajah Dewa terlihat sedikit kecewa karena tidak mendapati keberadaan Vania di sana.
"Dimana Vania?" tanya nya pada Rafly yang mulai menyalakan laptop di atas meja kerja Dewa.
"Sepertinya masih meeting pak"
"Diamana meeting nya?"
"Di meeting room VVIP tiga pak"
Dewa berjalan keluar ruang kerjanya menuju VVIP tiga tempat Vania berada, ia tidak sabar menunggu untuk melihat wajah Vania yang menjadi dopping untuk nya.
Pintu ruang meeting terbuka perlahan. Vania dan seisi ruangan berdiri dari duduknya karena melihat Dewa memasuki ruangan itu. Ia menatap ke arah Vania yang terlihat sangat cantik pagi itu.
"Silahkan lanjutkan!" kata Dewa sembari duduk di salah satu kursi.
Vania menjadi gugup karena Dewa mengamati pekerjaannya terlebih pria itu memandangnya sejak tadi. Vania cemas jika ada yang curiga dengan hubungan mereka.
Ada apa dengannya kenapa malah melihat ku seperti itu?!
Wajah Vania sedikit memerah, dengan susah payah ia kembali berkonsentrasi dengan meeting nya.
Selesai meeting, Vania kembali ke ruangan kerja Dewa Askara untuk meletakkan dokumen dan file. Dewa meraih tangan Vania, menahan gadis itu yang hampir melangkah pergi.
"Tidak ada ucapan selamat pagi untuk ku?" Dewa mengunci tubuh Vania di pinggiran meja kerjanya. Ia menunduk menatap bibir Vania.
"Selamat pagi pak, anda terlihat segar pagi ini" Kata Vania sembari merapikan jas yang di kenakan Dewa. pria itu menyeringai mengecup bibir Vania. Jantung Vania seakan berhenti berdetak ia takut jika tiba-tiba Daniela datang atau ada staf lain yang melihat mereka berdua.
Istri kedua yang terasa seperti selingkuhan tidak tenang, cemas dan was-was.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments