Siang itu Daniela pergi ke perusahaan utama Askara Company untuk menemui Dewa tapi suaminya itu sedang meeting penting dan tidak bisa di ganggu. Akhirnya ia memilih mengajak Vania untuk pergi ke pusat perbelanjaan. Awalnya Vania menolak dengan alasan masih jam kerja tapi dengan segala daya upaya Daniela berhasil mengajak Vania pergi.
Daniela mengemudikan mobil nya sendiri, Vania duduk di sampingnya mendengarkan Daniela mengoceh kesana kemari bercerita tentang banyak hal.
"Oh ya ini mobil baru hadiah dari Dewa bagus kan?" tanya Daniela. Vania tersenyum sembari mengangguk.
"Oh ya kapan kau menikah Van? Sudah punya kekasih belum?" tanya Daniela mulai merambah ranah pribadi Vania.
"Belum bu saya masih santai saja" jawab Vania sembari membuka botol air mineral ia merasa haus dan ingin minum.
"Tapi kau jangan sampai jatuh cinta dengan Dewa ya!"
"Uhuk! Uhuk!" Vania tersedak air mineral yang di minumnya.
"Kenapa Van?"
"Maaf bu tidak apa-apa" wajah cantik Vania berubah menjadi cemas. Tiba-tiba ia memikirkan kemungkinan terburuk jika Daniela sampai tahu kalau dirinya bahkan sudah dinikahi oleh Dewa. Pria yang sangat di cintai oleh Daniela dan mungkin juga oleh Vania.
Setibanya di pusat perbelanjaan Daniela mengajak Vania ke food court untuk makan siang terlebih dulu. Daniela juga tidak lupa memesan makanan untuk Dewa. Di sela obrolan keduanya ada seorang teman pria Daniela tiba menghampiri untuk menyapa. Pria itu mencium pipi Daniela tanpa canggung Vania sampai terkejut. Bagaimana kalau Dewa tiba-tiba datang dan melihat kejadian itu. Tapi nampaknya Daniela sudah terbiasa ia terlihat akrab dengan temannya itu.
"Hai siapa ini Dan?" tanya teman pria Daniela sembari memandang genit ke arah Vania.
"Oh ini sekretaris suamiku di kantor"
"Cantik sekali ya, cocok juga jadi artis"
Daniela tertawa sementara Vania hanya menunduk merasa tidak nyaman. Setelah teman Daniela pergi ia dan Vania lanjut makan siang sembari menunggu Dewa.
Vania mengedarkan pandangannya ia melihat Dewa berdiri di kejauhan menatap ke arahnya. Jantung Vania terasa berdebar. baru kali ini setelah menjadi istri dari Dewa Askara ia berkumpul bersama dengan Dewa dan Daniela. Rasa bersalah kembali menghantui benak Vania.
"Hai sayang!" Daniela berdiri dari duduknya ketika Dewa berjalan mendekat ke arah meja Vania dan Daniela.
Dewa hanya diam tapi Daniela begitu agresif mengecup bibir Dewa dan memeluknya manja. Semua terjadi di depan mata Vania yang sekarang juga berstatus istri Dewa.
Dewa memandang ke arah Vania yang lebih banyak tertunduk dan terlihat cuek. Daniela menyuapkan makanan dengan mesra pada Dewa. Lagi-lagi Vania membuang pandangannya tidak ingin melihat kemesraan itu.
Selesai makan siang ketiganya pergi ke konter brand ternama untuk berbelanja. Seperti biasa Daniela selalu haus shopping barang-barang branded untuk menunjang penampilannya sebagai selebriti papan atas.
Saat Daniela sibuk memilih tas keluaran terbaru Dewa meraih tangan Vania menggengga nya. Tatapan mata Dewa tidak lepas dari wajah Vania.
"Lepaskan pak! Bagaimana kalau bu Daniela melihat kita!" Vania dengan panik mencoba melepas genggaman tangan Dewa. Tapi seolah tidak memiliki rasa takut Dewa tidak mempedulikan peringatan dari Vania. Ia malah menatap wajah Vania semakin intens.
Di kejauhan Rafly yang melihat kegilaan itu ikut senam jantung. Ia segera mengalihkan perhatian Daniela agar tidak melihat Dewa dan Vania.
"Bu ini warnanya juga bagus pas sekali dengan bu Daniela" kata Rafly sembari menenteng beberapa kantung belanjaan ia menunjuk sebuah tas berwarna merah menyala.
"Iya bagus Raf tapi aku sudah punya" kata Daniela yang tetap melihat tas itu.
Pak Dewa, Vania apa yang kalian lakukan! Apa mereka sudah gila bagaimana kalau bu Daniela melihat!
"Bu coba lihat-lihat lagi, bagaimana kalau yang ini" Rafly kembali mengalihkan perhatian Daniela dengan menunjuk tas berwarna hitam.
"Aku juga sudah punya warna dan model itu Raf, sudahlah dimana Dewa?"
Daniela berjalan keluar konter ia mendapati Dewa sedang sibuk dengan ponselnya sementara Vania sedang melihat-lihat aksesories. Rafly bisa bernapas lega karena tidak jadi ada perang dunia dua!
"Sayang aku susah selesai" kata Daniela sembari bergelayut manja di lengan Dewa. Lagi-lagi Daniela mengecup bibir Dewa dengan mesra dan manja.
Ada desir yang terasa memanas di dada Vania melihat ciuman demi ciuman itu. seperti ada duri kecil tersangkut di hatinya. Rasanya nyeri tidak seperti biasanya. Dulu ia tidak peduli sama sekali dengan kemesraan Dewa dan Daniela tapi sekarang Vania sendiri juga bingung apa yang terjadi dengannya.
"Aku harus kembali ke perusahaan ada meeting" kata Dewa.
"Meeting? Bukanya ini sudah jam pulang kerja?" tanya Daniela.
"Ada meeting mendadak karna kolega baru datang dari luar negeri"
"Oke, aku nanti malam mau ke party nya Joice boleh sayang?" tanya Daniela manja.
Dewa mengangguk samar, ia sudah jengah dengan pesta dan pesta yang selalu di datangi oleh Daniela.
Dewa duduk di kursi belakang mobilnya bersama Vania sementara Rafly mengemudikan mobil dengan sedikit was-was. Sepertinya ada ketegangan di kursi belakang. Sejak tadi Dewa dan Vania hanya diam tidak saling bicara.
Setelah turun dari mobil Vania bergegas memasuki rumah di ikuti langkah cepat Dewa ia menarik lengan Vania hingga tubuh Vania berbalik membentur tubuh Dewa.
"Ada apa?!" tanya Dewa dengan suara khas penuh penekanan. Vania membuang pandangannya tidak mau menatap mata suaminya.
"Lepaskan pak!"
Dewa mendengus kasar ia tidak tahan Vania bersikap ketus padanya.
"Kau cemburu?" tanya Dewa tatapan nya lekat menghujam bola mata Vania. Gadis itu terlihat salah tingkah. Ia mendorong perut rata Dewa dengan kasar. Lalu melangkah pergi ke kamar. Dewa tidak tinggal diam ia mengikuti langkah Vania.
"Ayolah Vania, kau cemburu dengan Daniela?" Dewa menarik pinggang Vania matanya tertuju ke bibir Vania yang sedikit bergetar menahan tangis.
"Aku tidak cemburu sama sekali, anda salah mengatakan kalau saya cemburu! Memang saya siapa? Saya tidak berhak merasa cemburu pada Dewa Askara dan istrinya!" saat mengatakan itu sesungguhnya air mata Vania sudah tidak bisa di bendung lagi.
Dewa tersenyum ia mengusap air mata Vania lalu melumat bibir Vania sesuka hatinya. Ia tahu gadis itu mulai jatuh cinta padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments