14.Manusia Es

"Kak Cantika...", Arumi menggedor pintu kamar Cantika dari luar.

Cantika yang masih bergelung di bawah selimut membuka perlahan keluar matanya.Gadis itu mengerjap pelan mengumpulkan nyawanya.Sementara pintu kamar terus di gedor dari luar.

"Kak Cantika...bangun dong",kini suara Anna yang terdengar.Gadis itu juga akan bersekolah di negara ini karena ingin dekat dengan para sepupunya.

"Iya sebentar", jawab Cantika turun dari ranjang lalu menyambar jubah miliknya karena gadis itu tidur hanya menggunakan gaun tipis.

Ceklek

"Kalian?",ujar Cantika menatap Anna sedangkan Arumi langsung masuk begitu saja ke dalam kamar Cantika.

"Anna kamu masih disini?, bukankah Mommy sama Daddy kamu berangkat semalam ya?",tanya Cantika melihat calon adik iparnya itu berdiri dihadapannya.

"Anna mulai sekarang akan sekolah disini juga Kakak.Boleh Anna masuk?",tanya gadis itu sementara Arumi sudah berada didalam kamar Cantika.

"Ayo masuk!",jawab Cantika mempersilahkan Anna masuk.

"Wah... kamar Kak Cantika sangat luas.Aku akan minta Opa untuk merenovasi kamar aku seperti ini juga",ujar Anna yang begitu kagum dengan interior kamar Cantika.

Kamar Cantika merupakan kamar utama di lantai dua kediaman Kenzi.Kamar ini Kenzi desain khusus untuk Cantika,putri sulungnya.

Untuk kamar Alana bersebelahan dengan kamar Cantika,juga luas tapi tidak seluas kamar Cantika.Meski begitu Alana yang notabenenya anak kandung Kenzi tidak mempermasalahkannya.Baginya Cantika adalah Kakak kandungnya bahkan gadis itu sangat patuh akan perintah Cantika.

"Kamar kamu sudah besar Anna",ujar Arumi.

"Tapi tidak ada balkonnya Kak Arumi",jawab Anna.

"Sengaja Opa bikin gak ada balkonnya agar kamu tidak macam-macam",ujar Arumi.

"Macam-macam?, maksud Kak Arumi itu apa?",tanya Anna yang masih sangat polos.

"Kamar kamu tidak usah lagi di renovasi pakai balkon kamar segala.Yang sekarang sudah bagus Anna.Lagian kamu juga akan sering menginap dirumah aku atau disini nantinya",jawab Arumi.

"Benar Anna...kamu dengarkan itu apa yang dikatakan Kak Arumi", timpal Cantika yang kembali merebahkan tubuhnya.Hari ini hari kini karena kelender merah jadi ia bisa bermalas-malasan.

"Baiklah...tapi sepertinya Anna akan sering menginap di kamar ini, boleh kan Kak Cantika", tanya Anna dengan tatapan memohonnya.

"Boleh...",jawab Cantika.

"Asyik...Kakak Cantika memang calon Kakak ipar terbaik.Abang tidak salah jatuh cinta sama Kakak", pekik Anna girang.

"Eh... tunggu dulu. Ada pesan dari Abang untuk Kakak.Abang bilang nanti siang akan ke sini",ujar Anna yang teringat akan pesan Arsen padanya saat akan berangkat kesini.

"Cie elah... pakai titip pesan segala tuh kulkas enam pintu.Kayak gak ada ponsel saja", ucap Arumi.

"Abang bukan kulkas enam pintu Kak Arumi.Tapi manusia es",kikik Anna.

"Hahaha...kamu benar.Dingin banget dan jarang senyum",ujar Arumi tertawa lepas.

"Huss... tidak boleh ngomong seperti itu Anna.Abang Arsen itu Kakak kamu", tegur Cantika.

"Hehehe...tapi benar Kak.Sama Anna saja Abang jarang senyum",jawab Anna yang masih terkikik pelan.

"Oh ya Arumi.Kakak kamu sudah bangun belum?",tanya Cantika pada Arumi yang terlihat ikut rebahan di atas ranjang Cantika.

"Sudah...Mama bilang subuh tadi sudah bangun.Katanya lari pagi keliling komplek",jawab Arumi.

"Masa sih? tumben tuh anak lari pagi?",tanya Cantika karena selama ini Aurel paling malas yang namanya lari pagi.

"Kata Mama sih gitu Kak",jawab Arumi.

"Ya ampun anak gadis jam segini masih saja di atas kasur", Renata berdiri berkacak pinggang di ambang pintu kamar Cantika sembari menggeleng pelan.

"Mager Mi...",jawab Cantika.

"Hooh Mi...aku jika sudah disini bawaannya pengen tidur terus.Habisnya kamar Kak Cantika nyaman banget", timpal Arumi yang memejamkan kedua matanya.

"Benar Mimi... kamar Kakak nyaman pakai banget",jawab Anna dengan bahasa Indonesianya yang kaku.

Renata menggeleng pelan melihat kelakuan putri-putrinya itu."Kak...ayo bangun.Bantu Mimi siapin sarapan",ujar Renata pada Cantika.

"Iya Mi.Aku mandi dulu kalau begitu",jawab Cantika.

"Jangan lama-lama.Mimi tunggu dibawah ya",ujar Renata.

"Iya Mi...",jawab ketiganya serempak.

***

"Saya capek Pak",ujar Aurel dengan nafas terengah-engah.

Saga melirik ke belakang dimana Aurel tertinggal jauh dibelakangnya.Pria itu tersenyum tipis melihat gadis itu yang tampak kelelahan.

Saga memilih berhenti,pria itu menunggu Aurel yang berjalan menghampirinya dengan langkah tertatih.

"Kita duduk dulu di sana!", tunjuk Saga pada sebuah kursi yang ada di taman komplek.

"Kamu duduk dulu,saya beli minuman sebentar",ujar Saga setelah membantu gadis itu untuk duduk.

Aurel meluruskan kakinya sembari menatap punggung lebar Saga yang berjalan menjauh darinya.Gadis itu terpaksa ikut sang dosen untuk lari pagi karena paksaan dari pria itu padahal ia tidak pernah sekalipun melakukan olahraga pagi.

"Duh...kali gue", batin Aurel memijit kakinya yang terasa sakit.

"Minum dulu!",ujar Saga menyodorkan air mineral pada Aurel.

"Terimakasih", jawab Aurel.

"Maaf...", ucap Saga membuat Aurel mengerutkan keningnya.

"Untuk?",tanya Aurel.

"Sudah maksa kamu untuk menemani saya lari pagi",jawab Saga.

"Sadar juga nih orang", batin Aurel.

"Iya...", ketus Aurel memalingkan wajahnya karena Saga terus saja menatapnya.

"Olahraga itu bagus untuk kesehatan Aurel.Nanti jika sudah terbiasa kaki kamu tidak akan sakit lagi",ujar Saga terkekeh pelan melihat gadis itu yang terlihat kesal.

"Gak...aku gak mau lagi.Capek",jawab Aurel.

Saga mengacak rambutnya Aurel membuat gadis itu menegang.Gadis itu tidak menyangka Saga akan seberani itu menyentuh rambutnya.

"Mau makan angkringan tidak?",tanya Saga.

"Dimana?",tanya Aurel.Jujur ia sangat lapar sekali saat ini.

"Ayo ikut!",ujar Saga mengulurkan tangannya pada Aurel.

Dengan ragu Aurel menyambut uluran tangan dosen tampan itu.Jujur ia gugup sekali, jantungnya berdegup kencang namun ia sadar hubungannya dengan Saga hanya sebatas pacar pura-pura pria itu.

Saga mengenggam tangan Aurel menuju seorang pedagang angkringan yang mangkal di taman itu.Pria itu memesankan makanan untuknya dan Aurel lalu mencari tempat duduk yang nyaman.

"Enak tidak?",tanya Saga saat Aurel menyuap makanan itu.

"Enak...", angguk Aurel.Jujur ini adalah kali pertama ia makanan seperti ini dan rasanya cukup enak dan pas di lidahnya.

"Maaf...karena tidak mengajak kamu makan di restoran mewah",ujar Saga membuat Aurel menghentikan suapannya.

Aurel tersenyum."Ini rasanya hampir sama kok.Dimana pun itu hanya perkara tempat saja",jawab Aurel.

"Tapi ini pasti kali pertama untukmu.Iya kan?",tanya Saga.

"Iya... tapi jujur.Ini enak banget",jawab Aurel.

"Saya kira gadis seperti kamu tidak akan mau makan makanan seperti ini",ujar Saga.

"Eh..."

...****************...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***