Bab 20 : Rumah Masa Depan.

Aku udah sampai.

Chat dari Kanaka masuk ke ponsel Rere yang terletak di atas nakas.

Ibu sedang menengok tetangga yang sedang sakit di rumah sakit dan rumah Rere dalam keadaan tertutup rapat.

Tanpa membalas chat dari Kanaka, Rere menyambar tas dan ponselnya, lalu bergegas menghampiri tunangannya itu (boleh kan sekarang menyebut Kanaka tunangannya).

Pintu terbuka menampilkan Rere yang manis hanya dengan memakai baju putih dan celana jeans tujuh per delapan.

"Langsung aja kan?" tanya Kanaka sambil menyelipkan rambut Rere yang terlepas dari ikatannya.

"Iya," jawab Rere dengan wajah bersemu merah, canggung diperlakukan semesra ini oleh Kanaka.

"Eh mbak Rere.... kemarin habis tunangan ya?" celetuk salah satu tetangganya yang melintas di depannya.

Rere hanya melempar senyum menjawab pertanyaan tetangganya itu, sepagian ini bahkan berita dirinya dilamar sudah tersebar di kampung, pasti dengan bumbu yang sedap di dengar oleh telinga, tahu kan apa itu, yah Rere diisukan hamil duluan.

Mau marah tapi ya sudahlah tak ada faedahnya juga Rere membalas satu persatu julidan para tetangganya, toh dirinya memang tidak sedang hamil dan merasa gaya pacarannya dengan Kanaka terbilang wajar.

"Yuk ah." Kanaka membuyarkan lamunan Rere dan membantu Rere memakai jaket dan helm.

Rere naik ke boncengan Kanaka, dan melingkarkan tangan di perut Kanaka.

Memastikan Rere dalam posisi nyaman lalu Kanaka menarik gasnya dan meninggalkan rumah Rere.

"Udah sarapan belum?" tanya Kanaka sambil memegang tangan Rere yang melingkari perutnya.

"Udah, tadi makan roti," jawab Rere.

"Ntar mampir rumahku dulu, tadi Mimo masak nasi uduk, enak deh," ucap Kanaka lembut.

Rere mengangguk mengiyakan perkataan Kanaka, karena tak enak juga mereka mau melihat progres renovasi rumah yang bakal mereka tempati nanti setelah mereka menikah.

Dan yang bikin takjub, mertuanya itu membelikan rumah untuk Kanaka dan saudara-saudara nya tak jauh dari rumah mereka, masih disatu komplek hanya berbeda blok saja.

Alasannya biar mereka tetap dekat meskipun Kanaka dan saudara-saudara nya sudah berkeluarga nantinya.

Keren sih alesannya, hanya saja seperti tetap diawasi meski mereka Kanaka telah berkeluarga.

Motor Kanaka memasuki gerbang rumah tinggal orang tuanya, setelah memarkir motornya, Kanaka menggenggam tangan Rere dan mengajaknya masuk ke dalam rumahnya.

"Mo!" panggil Kanaka.

"Eh mantu Mimo udah dateng, sini Re." Rere mendekat, mencium punggung tangan Letta dan mencium kedua pipi Letta.

"Belum sarapan kan?" tanya Letta sambil menata piring untuk Rere.

"Biar Rere aja Mo," Rere berniat mengambil alih kerjaan Mimo, masak mertua yang harus melayaninya.

"Udah nggak papa," tolak Letta pelan.

Rere kembali duduk, memperhatikan Letta yang sibuk kesana kemari, ya meskipun tetep dibantuin simbok juga sih.

Rere menikmati sarapannya yang lumayan berat itu, Kanaka hanya menemani, sesekali minta disuapi sama Rere.

Letta mendesah melihat kelakuan Kanaka yang persis dengan kelakuan Devano itu, bucin parah tanpa melihat tempat, meski ada orang tuanya di depannya, Kanaka cuek bebek dengan kelakuannya ini.

"Mimo rasa memang lebih baik kalian buru-buru menikah deh, pusing Mimo kalau membiarkan kalian berdua-duaan terus," ucap Letta membuat Rere berhenti menyodorkan makanan ke mulut Kanaka.

"Kenapa berhenti? Malu sama Mimo?" tanya Kanaka melihat Rere kikuk.

Tak mendapat jawaban dari Rere, Kanaka terkekeh. "Mimo kan pernah muda, pasti pahamlah sama orang pacaran, yang penting kan kita nggak mesum."

Kalimat Kanaka itu membuat Rere tersedak nasi yang tersangkut di tenggorokannya.

"Astaga, hati-hati dong Yang!" tegur Kanaka sambil menyodorkan air putih dan tak lupa menepuk-nepuk punggung Rere pelan.

Rere melotot, sekedar memperingatkan Kanaka agar tak berkata macam-macam, masak di depan Mimo nya kelakuannya absurd kayak gini sih, Rere kan malu.

Sementara Rere masih melotot, dengan seenak jidatnya Kanaka kembali membuka mulutnya meminta Rere melanjutkan menyuapi nya.

Rere dan Kanaka menghabiskan beberapa jam di rumah Kanaka, lalu mereka melanjutkan perjalanan mereka ke rumah Kanaka.

Rumah itu tak seluas rumah orang tua Kanaka, tapi gaya modern minimalis jelas tergambar dari rumah di hadapannya yang bernuansa putih dan hitam itu.

Rere sempat menahan nafasnya, mengucap syukur yang tak henti akan kebaikan Tuhan atas hidupnya.

Rere bahkan tak. merasa melakukan sesuatu yang luar biasa baiknya hingga Tuhan menganugerahkan rejeki seperti ini.

Punya calon suami dan calon mertua yang luar biasa baiknya, menerima dirinya yang bahkan kekayaannya tak ada seujung kukunya dibandingkan keluarga Kanaka, tapi mereka menghargai dia dan ibunya sedemikian rupa.

"Ngelamunin apa sih, dari tadi bengong mulu," tegur Kanaka sambil mencopot tali rambut yang mengikat rambut Rere.

"Kok dilepas ikatannya?" protes Rere meminta kembali tali rambutnya.

"Rambutnya nggak boleh diikat kalo di depan cowok lain!" perintah Kanaka membuat Rere mengangakan mulutnya.

Rere merosot kan bahunya, bahkan ini bukan pertama kalinya Kanaka memintanya mengurai rambut di depan cowok lain, ada apa sih dengan cowok yang terganggu dengan cewek yang mencepol rambutnya? Aneh!

Tapi alih-alih protes Rere memilih diam dan mengikuti langkah kaki Kanaka yang menariknya lembut untuk masuk ke dalam rumah.

"Gimana pak? Ada kendala nggak?" tanya Kanaka kepada arsitek yang menangani proses renovasi rumahnya ini.

"Nggak sih mas, mudah-mudahan selesai tepat waktu ya," ucap pria yang bekerja di perusahaan opa Gino kakak dari oma Gelsey itu mantap.

"Terus taman yang indoor itu bisa nggak pak?" tanya Kanaka.

"Bisa mas, tenang aja, ini lagi proses membongkar temboknya."

"Oke Pak, makasih banyak." ucap Kanaka, lalu masuk dengan tetap menggandeng Rere sambil memperlihatkan progres renovasi rumahnya.

"Rencananya ini kamar untuk ibu," ucap Kanaka sambil membuka kamar yang jendelanya menghadap ke taman belakang.

"Kata ibu, ibu mau di rumahnya aja Ka, dia nggak mau ikut kita," sahut Rere.

"Kenapa?" tanya Kanaka sambil mengernyitkan kening bingung.

Sejak awal saat Kanaka tahu bahwa Rere hanya tinggal berdua dengan ibunya, Kanaka sudah bertekad akan membawa mertuanya untuk tinggal bersama mereka.

"Kata ibu, biar kita mandiri."

"Tapi kan kasihan ibu Re, masak dia tinggal sendirian?" bujuk Kanaka lembut.

"Tapi ibu tetap nggak mau ikut kita sayang," ucap Rere pelan.

Kanaka mematung, mendengar Rere memanggilnya dengan panggilan sayang, entah kenapa jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

Kanaka menutup pintu kamar itu dan mendorong dengan lembut tubuh Rere hingga tubuh mungil itu menempel ke tembok di belakangnya.

"Coba panggil sayang sekali lagi," pinta Kanaka lembut.

"Apa sih!" tolak Rere dengan raut wajahnya yang memerah seperti tomat itu.

"Coba panggil sayang!" perintah Kanaka sekali lagi.

"Sa sayang," ucap Rere pelan.

"Shi*!" Kanaka menekan tengkuk Rere pelan, dan mengakuisisi bibir tipis sang kekasih dengan lembut.

Ciuman Kanaka terasa dalam dan lama, Rere sampai hampir kehabisan nafas karena Kanaka seperti kehilangan kontrol dalam dirinya.

Rere mendorong tubuh Kanaka agar sedikit menjauh dari dirinya, dia membalas tatapan Kanaka yang terasa seperti memujanya itu.

"Makanya aku mau pernikahan kita cepet dilaksanakan, karena aku tak akan sanggup menahan diriku saat deket sama kamu," ucap Kanaka serak.

Rere melepaskan tautan tangan mereka, dan mencoba melepaskan diri, tapi tangan Kanaka masih erat mengungkung tangannya di tembok.

"Jangan salahin aku kalo aku nggak bisa nahan diri kali ini!"

_______

Tetot.... sudah ya, jangan keterlaluan ya kemesraan mereka, aku nulisnya sambil nahan nafas.... hahahaha

Betewe makasih kesayangan aku semua yang sudah terus kasih suport ke aku, banyak-banyak sayang buat kalian semuaa.

Terpopuler

Comments

HeNda Arfiani

HeNda Arfiani

Ceritanya ringan, enak dibaca. Bagus banget

2024-04-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kemenangan Pertama
2 Bab 2 : Pemuja setia
3 Bab 3 : High Quality Jomblo
4 Bab 4 : Dia lagi....
5 Bab 5 : Satu Tim
6 Bab 6 : Kudu kuat kuat mental
7 Bab 7 : Ternyata perhatian juga
8 Bab 8 : Didekatkan keadaan
9 Bab 9 : Semakin diperhatiin semakin menarik.
10 Bab 10 : Pacarnya Kanaka
11 Bab 11 : Jika Mimo sudah ikut campur
12 Bab 12 : Perhatian lo bikin gue bingung
13 Bab 13 : Terhalangnya Restu
14 Bab 14 : Siap Melamar
15 Bab 15 : Go public
16 Bab 16 : Berkenalan dengan Mimo
17 Bab 17 : Mesti jawab apa?
18 Bab 18 : Bertamu
19 Bab 19 : Dia bilang yes
20 Bab 20 : Rumah Masa Depan.
21 Bab 21 : Kamar dengan jendela besar.
22 Bab 22 : Posesifnya tambah parah.
23 Bab 23 : Selalu direndahkan
24 Bab 24 : Hasil keringat sendiri
25 Bab 25 : Meluruskan kesalahpahaman
26 Bab 26 : Mau balas dendam?
27 Bab 27 : Menikah denganmu
28 Bab 28 : Bukan Malam Pertama
29 Bab 29 : Angkat wajahmu, sombonglah!
30 Bab 30 : Dia terhormat
31 Bab 31 : Perjalanan sesungguhnya dimulai
32 Bab 32 : Isi duluan ya?
33 Bab 33 : Kecolok belum sih?!
34 Bab 34 : Cinta ini menggelembung sempurna.
35 Bab 35 : Tersanjung sekaligus nyebelin.
36 Bab 36 : Aku lho yang dimusuhin
37 Bab 37 : Hanya anak magang
38 Bab 38 : Masih abu-abu
39 Bab 39 : Terbongkar tanpa sadar
40 Bab 40 : Pengusik ketenangan
41 Bab 41 : Membangunkan macan tidur.
42 Bab 42 : Jangan sentuh milik gue!
43 Bab 43 : Berbuntut panjang.
44 Bab 44 : Posesif disana, posesif disini, posesif dimana-mana
45 Bab 45 : Bikin rusuh saja
46 Bab 46 : Upaya melengserkan Kanaka
47 Bab 47 : Salah Sasaran
48 Bab 48 : Lakukan saja yang kamu mau.
49 Bab 49 : Kanaka Unjuk Gigi
50 Bab 50 : Keputusan sulit
51 Bab 51 : Berbagi tugas
52 Bab 52 : Diinterogasi Mimo
53 Bab 53 : Ngobrol bareng keluarga
54 Bab 54 : Letta-Vetsa-Anwar
55 Bab 55 : Tiga pembalap seksi
56 Bab 56 : Sumpah seru!
57 Bab 57 : Balapan persaudaraan
58 Bab 58 : Pasangan Sejati
59 Bab 59 : Si bucin junior
60 Bab 60 : Bukan strategi yang seperti itu
61 Bab 61 : Panggilan sidang
62 Bab 62 : Kedewasaan Kanaka
63 Bab 63 : Dua Jagoan ganteng
64 Bab 64 : Be gentleman
65 Bab 65 : Ngamuk
66 Bab 66 : Nggak harus menyakiti.
67 Bab 67 : Rapat keluarga
68 Bab 68 : Pertarungan dimulai
69 Bab 69 : Memori yang tertinggal
70 Bab 69 : Mengulang.
71 Bab 71 : Ketemu si dia
72 Bab 72 : Yang terindah
73 Bab 73 : Bermain-main sedikit
74 Bab 74 : Menghadapi Pecundang
75 Bab 75 : Berkunjung ke rumah ibu
76 Bab 76 : Menuai apa yang ditabur
77 Bab 77 : Posesif ya posesif aja...
78 Bab 78 : Ngidamnya Rere
79 Bab 79 : Jadi kesayangan semua orang
80 Bab 80 : Ending
81 Extra part 1
82 Extra part 2
83 Extra part 3
84 Extra part 4
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1 : Kemenangan Pertama
2
Bab 2 : Pemuja setia
3
Bab 3 : High Quality Jomblo
4
Bab 4 : Dia lagi....
5
Bab 5 : Satu Tim
6
Bab 6 : Kudu kuat kuat mental
7
Bab 7 : Ternyata perhatian juga
8
Bab 8 : Didekatkan keadaan
9
Bab 9 : Semakin diperhatiin semakin menarik.
10
Bab 10 : Pacarnya Kanaka
11
Bab 11 : Jika Mimo sudah ikut campur
12
Bab 12 : Perhatian lo bikin gue bingung
13
Bab 13 : Terhalangnya Restu
14
Bab 14 : Siap Melamar
15
Bab 15 : Go public
16
Bab 16 : Berkenalan dengan Mimo
17
Bab 17 : Mesti jawab apa?
18
Bab 18 : Bertamu
19
Bab 19 : Dia bilang yes
20
Bab 20 : Rumah Masa Depan.
21
Bab 21 : Kamar dengan jendela besar.
22
Bab 22 : Posesifnya tambah parah.
23
Bab 23 : Selalu direndahkan
24
Bab 24 : Hasil keringat sendiri
25
Bab 25 : Meluruskan kesalahpahaman
26
Bab 26 : Mau balas dendam?
27
Bab 27 : Menikah denganmu
28
Bab 28 : Bukan Malam Pertama
29
Bab 29 : Angkat wajahmu, sombonglah!
30
Bab 30 : Dia terhormat
31
Bab 31 : Perjalanan sesungguhnya dimulai
32
Bab 32 : Isi duluan ya?
33
Bab 33 : Kecolok belum sih?!
34
Bab 34 : Cinta ini menggelembung sempurna.
35
Bab 35 : Tersanjung sekaligus nyebelin.
36
Bab 36 : Aku lho yang dimusuhin
37
Bab 37 : Hanya anak magang
38
Bab 38 : Masih abu-abu
39
Bab 39 : Terbongkar tanpa sadar
40
Bab 40 : Pengusik ketenangan
41
Bab 41 : Membangunkan macan tidur.
42
Bab 42 : Jangan sentuh milik gue!
43
Bab 43 : Berbuntut panjang.
44
Bab 44 : Posesif disana, posesif disini, posesif dimana-mana
45
Bab 45 : Bikin rusuh saja
46
Bab 46 : Upaya melengserkan Kanaka
47
Bab 47 : Salah Sasaran
48
Bab 48 : Lakukan saja yang kamu mau.
49
Bab 49 : Kanaka Unjuk Gigi
50
Bab 50 : Keputusan sulit
51
Bab 51 : Berbagi tugas
52
Bab 52 : Diinterogasi Mimo
53
Bab 53 : Ngobrol bareng keluarga
54
Bab 54 : Letta-Vetsa-Anwar
55
Bab 55 : Tiga pembalap seksi
56
Bab 56 : Sumpah seru!
57
Bab 57 : Balapan persaudaraan
58
Bab 58 : Pasangan Sejati
59
Bab 59 : Si bucin junior
60
Bab 60 : Bukan strategi yang seperti itu
61
Bab 61 : Panggilan sidang
62
Bab 62 : Kedewasaan Kanaka
63
Bab 63 : Dua Jagoan ganteng
64
Bab 64 : Be gentleman
65
Bab 65 : Ngamuk
66
Bab 66 : Nggak harus menyakiti.
67
Bab 67 : Rapat keluarga
68
Bab 68 : Pertarungan dimulai
69
Bab 69 : Memori yang tertinggal
70
Bab 69 : Mengulang.
71
Bab 71 : Ketemu si dia
72
Bab 72 : Yang terindah
73
Bab 73 : Bermain-main sedikit
74
Bab 74 : Menghadapi Pecundang
75
Bab 75 : Berkunjung ke rumah ibu
76
Bab 76 : Menuai apa yang ditabur
77
Bab 77 : Posesif ya posesif aja...
78
Bab 78 : Ngidamnya Rere
79
Bab 79 : Jadi kesayangan semua orang
80
Bab 80 : Ending
81
Extra part 1
82
Extra part 2
83
Extra part 3
84
Extra part 4

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!