Bab 2 : Pemuja setia

"Re.....!" goncangan itu semakin keras Rere rasakan di badannya.

Rere menguap, berniat kembali memejamkan mata, saat suara sang ibu mengingatkan janji temu dengan seseorang.

"Katanya mau ketemu mas Damar buat ngajuin persetujuan magang."

Serta merta Rere loncat dari atas tempat tidurnya, nyaris terjerembab karena kakinya tersangkut selimutnya.

"Astaga anak ini, kenapa sih ceroboh mulu kerjaannya!" omel ibu sambil pergi keluar dari kamar putri semata wayangnya itu.

Rere melirik jam yang ada di atas nakas, jam sembilan lebih beberapa menit, kalau ia buru-buru pasti ia bisa mengejar dosen pembimbing sekaligus kakak sahabatnya yang terkenal sibuk karena sekarang juga mengampu mata kuliah untuk mahasiswa S2.

Tak ingin melewatkan kesempatan ini, Rere buru-buru membasuh badannya tanpa mempedulikan rambutnya yang lengket akibat tersiram hujan semalam, kalau ia keramas sudah pasti ia akan telat, yang terpenting sekarang dia harus mendapat tanda tangan dari pak Damar, yang lain gampanglah.

Rere melajukan motor matic nya dengan ugal-ugalan, sesampainya di kampus ia memarkirkan motornya sembarangan, tinggal lima menit waktu yang tersisa atau dia akan kehilangan kesempatan lagi.

Brug........ Rere menabrak seseorang.

'Bangsa*! ' makinya dalam hati, sedang buru-buru dan selalu ada halangan, sialan memang.

Rere mendongak menatap sosok jangkung yang baru saja dia tabrak dan ia tumpahkan kopi di tangannya itu.

"Woi... kalo jalan pakai mata dong!" Biasa antek-antek Kanaka lebih galak dari bosnya yang terkenal dingin dan irit bicara itu.

Tak ingin membuang waktu karena memang waktu yang ia miliki hampir habis, Rere tak menanggapi panggilan antek-antek tersebut dan terus berlari.

Sampai di depan ruang pak Damar, Rere mengatur nafasnya pelan lalu mendorong pintunya.

Rere membeku, di depan Damar sekarang duduk salah satu teman Rere yang sedang meminta bimbingan kepada Damar.

'Damn it!' lagi-lagi Rere kalah cepat dengan teman yang lain.

Tepat jam 9.30 pintu di depannya terbuka, dan tanpa permisi Rere langsung merangsek masuk untuk melakukan konsultasi.

Damar menatap horor ke arah Rere yang melemparkan senyum manisnya kepada Damar.

"Bang.... maksud saya pak Damar, saya mau konsultasi," ucap Rere sopan sambil duduk di depan Damar.

Dengan gerakan yang sengaja di dramatisir, Damar melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Please lah bang, aku udah nungguin abang dari kapan tahu buat konsul loh," rayu Rere melepaskan bahasa formalitas untuk menunjukkan kedekatan mereka.

"Aku heran sih sama kamu, kayak nggak niat aja buat kuliah, masih niat lulus nggak sih?!" omel Damar pelan.

"Ya masihlah bang, pengen buru-buru malah, biar cepat lulus terus kerja bantuin ibu cari nafkah," jawab Rere serius.

Kalau sudah begini Damar hanya bisa menghela nafas panjang, kenyataannya memang hidup Rere tak mudah sejak ayahnya meninggal dunia beberapa tahun silam.

Tapi Damar juga tak ingin memberikan kemudahan kepada mahasiswanya meski dia kenal dekat dengan orang itu.

Damar meraih surat persetujuan magang yang disodorkan oleh Rere, lalu membacanya dengan seksama.

"Nggak salah ngajuin magang ke Aurora Persada company? Bukannya susah nembus kesana?" tanya Damar sambil menatap intens ke Rere.

"Dicoba dulu pak," jawab Rere memakai bahasa formal lagi.

"Bukannya wasting time Re, kalo ditolak kamu harus mulai lagi dari nol lho," ucap Damar memberi masukan.

"Tapi kalau diterima, kans untuk jadi karyawan tetap besar juga lho pak," sahut Rere keras kepala.

"Yang penting saya udah kasih masukan ya, jangan salahin saya kalo kamu ditolak oleh mereka dan bakalan kesulitan menemui saya, karena saya mau sekolah lagi ambil doctor."

Glek..... Rere menelan ludahnya kasar, tapi dia tak ingin mundur, bayang-bayang bekerja di perusahaan itu yang jaminan kesejahteraan karyawannya sangat memuaskan menari-nari di depan matanya.

"Saya optimis pak!" sahut Rere tegas.

"Ya sudahlah kalau kamu optimis, saya harap sih kamu keterima, apalagi melihat nilai-nilai kamu yang sangat memuaskan itu," ucap Damar lalu membubuhkan tanda tangan di kertas proposal yang Rere ajukan.

Setelah mengucapkan terimakasih berulang kali, Rere pun keluar dari ruangan dosen pembimbingnya itu.

Di depan ruang tersebut, Dewinta sudah menunggu dan melemparkan senyum lebarnya menyambut Rere.

"Gimana? Di acc ama abang gue nggak?" tanya Dewinta penasaran.

"Um.... Um.... " jawab Rere sekedar memberi teka teki agar Dewinta penasaran.

"Nggak diacc ya, sini biar gue yang maju!" ketus Dewinta kesal.

"Lagak lo kayak pahlawan aja! Nilai lo aja cuman C plus di matkul nya dia, sok-sok an mau bantuin maju, yang ada lo digibeng! Hahaha." ledek Rere bikin Dewinta cemberut.

"Beneran ih, ditanyain juga!"

"Acc Dew, Acc!" sahut Rere sambil jingkrak-jingkrak.

Dewinta menutup mulutnya surprise banget kakaknya tidak banyak komplain seperti terhadap mahasiswa lainnya apabila menurutnya proposal yang diajukan tak sesuai.

Dengan perasaan membuncah Rere dan Dewinta berjalan bergandengan.

Tujuan utamanya datang ke kampus pagi-pagi sudah tercapai, Rere tiba-tiba teringat harus membelikan kopi gantinya kopi Kanaka yang tadi dia tumpahkan tanpa sengaja.

"Ke kedai kopi dulu Dew," ucap Rere sambil menyeret langkah Dewinta memasuki kedai kopi kekinian yang hanya ada satu-satunya di kampus mereka.

"Tumben lo jajan kopi mehong?" tanya Dewinta kepo.

"Mau gantiin kopinya Kanaka yang tadi gue tumpahin," jawab Rere santai.

"Hah! Lo numpahin kopinya Kanaka? Kok bisa?" jerit Dewinta panik membuat hampir semua penghuni kafe itu menoleh ke mereka.

"Bacot kecilin Dew! Hampir semua mahkluk di kampus ini pemuja setianya Kanaka," bisik Rere sambil memelototkan mata jengah.

"Ups sorry, kelepasan, hehehe," sahut Dewinta cengengesan.

Rere merotasi matanya jengah, sudah bukan rahasia umum lagi kalau sahabatnya ini suka bicara tanpa filter.

Setelah pesanan mereka selesai, Rere dan Dewinta berjalan keluar dari kafe sambil menenteng kopi untuk Kanaka.

Demi menghemat pengeluaran, Rere sengaja membeli kopi untuk Kanaka dan Dewinta, dirinya? Cukup kopi sachetan saja.

Disana di depan ruangan kelas yang paling ujung, Kanaka dan teman-temannya sedang asyik nongkrong sambil tertawa-tawa, Rere mendekat bukan ingin menarik perhatian Kanaka seperti teman-temannya yang lain, Rere bermaksud mengganti kopi yang ia tumpahkan tadi.

"Um Kanaka," panggil Rere ragu-ragu.

Kanaka mendongak, menatap Rere dengan alis bertaut, Kanaka menunggu kalimat lanjutan yang akan diucapkan oleh Rere.

"Ini gantinya kopi lo yang tadi kesenggol gue." Rere menyodorkan kopi ke Kanaka.

Kanaka menatap malas kopi yang disodorkan oleh Rere, tak ada dalam kamusnya menerima pemberian cewek yang tidak ia kenal.

"Ini." Rere kembali menyodorkan kopi itu ke Kanaka yang tak digubris oleh cowok itu.

Bukan kali pertama, kedua atau entah keberapa kali Kanaka menolak pemberian penggemarnya yang kadang diluar nalar itu.

Rere melongo karena pemberiannya diabaikan oleh Kanaka, sampai semua perhatian orang teralihkan oleh suara perempuan yang memanggil Kanaka dari arah fakultas lain.

______

Hohoho.... updatenya slowly ya guys, sambil ngetik sambil mikir mau dibawa kemana mereka hahaha.

Betewe makasih banget kalian membuat semangat ku yang awalnya mlempem jadi kriuk lagi.

Enjoy this novel ya.... muahhhh

Terpopuler

Comments

Ika Judika

Ika Judika

mntapp

2024-11-15

1

Rina Zulkifli

Rina Zulkifli

enjoy banget kk othor ❤️❤️

2024-02-26

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kemenangan Pertama
2 Bab 2 : Pemuja setia
3 Bab 3 : High Quality Jomblo
4 Bab 4 : Dia lagi....
5 Bab 5 : Satu Tim
6 Bab 6 : Kudu kuat kuat mental
7 Bab 7 : Ternyata perhatian juga
8 Bab 8 : Didekatkan keadaan
9 Bab 9 : Semakin diperhatiin semakin menarik.
10 Bab 10 : Pacarnya Kanaka
11 Bab 11 : Jika Mimo sudah ikut campur
12 Bab 12 : Perhatian lo bikin gue bingung
13 Bab 13 : Terhalangnya Restu
14 Bab 14 : Siap Melamar
15 Bab 15 : Go public
16 Bab 16 : Berkenalan dengan Mimo
17 Bab 17 : Mesti jawab apa?
18 Bab 18 : Bertamu
19 Bab 19 : Dia bilang yes
20 Bab 20 : Rumah Masa Depan.
21 Bab 21 : Kamar dengan jendela besar.
22 Bab 22 : Posesifnya tambah parah.
23 Bab 23 : Selalu direndahkan
24 Bab 24 : Hasil keringat sendiri
25 Bab 25 : Meluruskan kesalahpahaman
26 Bab 26 : Mau balas dendam?
27 Bab 27 : Menikah denganmu
28 Bab 28 : Bukan Malam Pertama
29 Bab 29 : Angkat wajahmu, sombonglah!
30 Bab 30 : Dia terhormat
31 Bab 31 : Perjalanan sesungguhnya dimulai
32 Bab 32 : Isi duluan ya?
33 Bab 33 : Kecolok belum sih?!
34 Bab 34 : Cinta ini menggelembung sempurna.
35 Bab 35 : Tersanjung sekaligus nyebelin.
36 Bab 36 : Aku lho yang dimusuhin
37 Bab 37 : Hanya anak magang
38 Bab 38 : Masih abu-abu
39 Bab 39 : Terbongkar tanpa sadar
40 Bab 40 : Pengusik ketenangan
41 Bab 41 : Membangunkan macan tidur.
42 Bab 42 : Jangan sentuh milik gue!
43 Bab 43 : Berbuntut panjang.
44 Bab 44 : Posesif disana, posesif disini, posesif dimana-mana
45 Bab 45 : Bikin rusuh saja
46 Bab 46 : Upaya melengserkan Kanaka
47 Bab 47 : Salah Sasaran
48 Bab 48 : Lakukan saja yang kamu mau.
49 Bab 49 : Kanaka Unjuk Gigi
50 Bab 50 : Keputusan sulit
51 Bab 51 : Berbagi tugas
52 Bab 52 : Diinterogasi Mimo
53 Bab 53 : Ngobrol bareng keluarga
54 Bab 54 : Letta-Vetsa-Anwar
55 Bab 55 : Tiga pembalap seksi
56 Bab 56 : Sumpah seru!
57 Bab 57 : Balapan persaudaraan
58 Bab 58 : Pasangan Sejati
59 Bab 59 : Si bucin junior
60 Bab 60 : Bukan strategi yang seperti itu
61 Bab 61 : Panggilan sidang
62 Bab 62 : Kedewasaan Kanaka
63 Bab 63 : Dua Jagoan ganteng
64 Bab 64 : Be gentleman
65 Bab 65 : Ngamuk
66 Bab 66 : Nggak harus menyakiti.
67 Bab 67 : Rapat keluarga
68 Bab 68 : Pertarungan dimulai
69 Bab 69 : Memori yang tertinggal
70 Bab 69 : Mengulang.
71 Bab 71 : Ketemu si dia
72 Bab 72 : Yang terindah
73 Bab 73 : Bermain-main sedikit
74 Bab 74 : Menghadapi Pecundang
75 Bab 75 : Berkunjung ke rumah ibu
76 Bab 76 : Menuai apa yang ditabur
77 Bab 77 : Posesif ya posesif aja...
78 Bab 78 : Ngidamnya Rere
79 Bab 79 : Jadi kesayangan semua orang
80 Bab 80 : Ending
81 Extra part 1
82 Extra part 2
83 Extra part 3
84 Extra part 4
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1 : Kemenangan Pertama
2
Bab 2 : Pemuja setia
3
Bab 3 : High Quality Jomblo
4
Bab 4 : Dia lagi....
5
Bab 5 : Satu Tim
6
Bab 6 : Kudu kuat kuat mental
7
Bab 7 : Ternyata perhatian juga
8
Bab 8 : Didekatkan keadaan
9
Bab 9 : Semakin diperhatiin semakin menarik.
10
Bab 10 : Pacarnya Kanaka
11
Bab 11 : Jika Mimo sudah ikut campur
12
Bab 12 : Perhatian lo bikin gue bingung
13
Bab 13 : Terhalangnya Restu
14
Bab 14 : Siap Melamar
15
Bab 15 : Go public
16
Bab 16 : Berkenalan dengan Mimo
17
Bab 17 : Mesti jawab apa?
18
Bab 18 : Bertamu
19
Bab 19 : Dia bilang yes
20
Bab 20 : Rumah Masa Depan.
21
Bab 21 : Kamar dengan jendela besar.
22
Bab 22 : Posesifnya tambah parah.
23
Bab 23 : Selalu direndahkan
24
Bab 24 : Hasil keringat sendiri
25
Bab 25 : Meluruskan kesalahpahaman
26
Bab 26 : Mau balas dendam?
27
Bab 27 : Menikah denganmu
28
Bab 28 : Bukan Malam Pertama
29
Bab 29 : Angkat wajahmu, sombonglah!
30
Bab 30 : Dia terhormat
31
Bab 31 : Perjalanan sesungguhnya dimulai
32
Bab 32 : Isi duluan ya?
33
Bab 33 : Kecolok belum sih?!
34
Bab 34 : Cinta ini menggelembung sempurna.
35
Bab 35 : Tersanjung sekaligus nyebelin.
36
Bab 36 : Aku lho yang dimusuhin
37
Bab 37 : Hanya anak magang
38
Bab 38 : Masih abu-abu
39
Bab 39 : Terbongkar tanpa sadar
40
Bab 40 : Pengusik ketenangan
41
Bab 41 : Membangunkan macan tidur.
42
Bab 42 : Jangan sentuh milik gue!
43
Bab 43 : Berbuntut panjang.
44
Bab 44 : Posesif disana, posesif disini, posesif dimana-mana
45
Bab 45 : Bikin rusuh saja
46
Bab 46 : Upaya melengserkan Kanaka
47
Bab 47 : Salah Sasaran
48
Bab 48 : Lakukan saja yang kamu mau.
49
Bab 49 : Kanaka Unjuk Gigi
50
Bab 50 : Keputusan sulit
51
Bab 51 : Berbagi tugas
52
Bab 52 : Diinterogasi Mimo
53
Bab 53 : Ngobrol bareng keluarga
54
Bab 54 : Letta-Vetsa-Anwar
55
Bab 55 : Tiga pembalap seksi
56
Bab 56 : Sumpah seru!
57
Bab 57 : Balapan persaudaraan
58
Bab 58 : Pasangan Sejati
59
Bab 59 : Si bucin junior
60
Bab 60 : Bukan strategi yang seperti itu
61
Bab 61 : Panggilan sidang
62
Bab 62 : Kedewasaan Kanaka
63
Bab 63 : Dua Jagoan ganteng
64
Bab 64 : Be gentleman
65
Bab 65 : Ngamuk
66
Bab 66 : Nggak harus menyakiti.
67
Bab 67 : Rapat keluarga
68
Bab 68 : Pertarungan dimulai
69
Bab 69 : Memori yang tertinggal
70
Bab 69 : Mengulang.
71
Bab 71 : Ketemu si dia
72
Bab 72 : Yang terindah
73
Bab 73 : Bermain-main sedikit
74
Bab 74 : Menghadapi Pecundang
75
Bab 75 : Berkunjung ke rumah ibu
76
Bab 76 : Menuai apa yang ditabur
77
Bab 77 : Posesif ya posesif aja...
78
Bab 78 : Ngidamnya Rere
79
Bab 79 : Jadi kesayangan semua orang
80
Bab 80 : Ending
81
Extra part 1
82
Extra part 2
83
Extra part 3
84
Extra part 4

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!