FAKULTAS

“Apapun yang ditakdirkan untuk bertemu, pasti memilki jalannya masing-masing”

Suara alarm handphone yang sedari tadi sangat ribut membuat Nay akhirnya memaksakan tubuhnya untuk bangun, ketika hendak mematikan alarm , barulah Nay tersadar kalau dirinya sekarang berada di kost bukannya di rumah.

“Aduh gawat nih kalau gue sampai telat mandi.” tutur Nay sembari terburu-buru

Nay yang baru tersadar jika harus kuliah offline di kampus. Tanpa basa basi lagi, Nay segera beranjak bangun dari tempat tidurnya dan mandi mandi, lalu secepatnya bergegas ke kampus.Lokasi kampus dan kost Nay yang kebetulan tidak jauh, membuat Nay tidak perlu repot lagi untuk membawa kendaraan, Nay hanya perlu berjalan sekitar lima menit menuju fakultasnya.

Nay tinggal bersama temannya bernama Rina, kebetulan ia berasal dari sekolah yang sama dengan Nay saat SMA. Yaa boleh dibilang mereka itu sudah seperti saudara sendiri, bahkan tak jarang mereka dikira kembar.

“ Rina, gue ada kuliah pagi, gue duluan yaaa, bye.” kata Nay lalu berjalan keluar dengan sedikit terburu-buru.

“oke, eh loh nggak ada yang ketinggalan lagi kan? “ sahut Rina.

“ nggak” Nay menjawab pertanyaan Rina sembari terus berjalan secepatnya agar tidak terlambat kelas pertama yang dimulai 5 menit lagi.

Untungnya sampai di kelas, Nay belum melihat dosen di kelasnya. Sembari menunggu, Nay membuka ponsel dan mengecek beberapa pesan yang masuk. Tak berselang lama, dosen mata kuliah pertama akhirnya datang juga.

Sebagai seorang mahasiswa semester lima, Nay sudah memasuki masa peralihan, dimana ia tidak hanya disibukkan tugas kuliah saja, tetapi juga praktek, organisasi, dan memulai menyusun judul untuk skripsi. Wah sungguh menyenangkan bukan menjadi anak semester lima, bahkan beberapa temannya membenarkan bahwa anak kuliah semester lima adalah level paling pusing di dunia perkuliahan, menurut kalian bagaimana nih mahasiswa?

Selepas kuliah selesai Nay tidak langsung pulang, ia mampir ke perpustakaan untuk mencari buku untuk keperluan makalah.

Berhubung Nay adalah orang yang tidak suka menunda tugas, ia lebih memilih mengerjakan sekarang daripada harus pusing nantinya.

Masing-masing Fakultas di kampus Nay sudah dilengkapi dengan perpustakaan, jadi para mahasiswa tidak perlu pusing lagi berjalan jauh ke Perpustakaan utama. Sesampainya di Perpustakaan, Nay menyimpan barang bawaan ditempat yang sudah disiapkan pengurus perpustakaan.

Ketika hendak berbalik setelah menaruh tas, sepasang mata Nay tiba-tiba saja berhenti pada seseorang yang duduk tepat selurus dari tempatnya berdiri. Nay mengenali betul siapa sosok itu, orang yang suka meledek dan menggodanya selama kegiatan LNP. Zain.

“hah? Itukan Zain, kok bisa ada di sini? Jangan-jangan gue juga satu fakultas lagi sama dia.” Ucapnya dalam hati sembari menahan diri agar tidak terlalu kentara.

Nay baru ingat kalau selama kegiatan LNP dan pertemuan mereka via daring sebelumnya, Zain memang tidak pernah mengatakan bahwa dirinya dari fakultas mana, ia terlalu sibuk dengan tugas dan menggoda Nay kemarin.

Belum juga Nay sempat mengambil nafas melihat Zain di depan matanya, tiba-tiba saja mata mereka bertemu tanpa sengaja.

Perasaan Nay yang sedari tadi tidak menentu, bertambah menjadi perasaan gelisah dan rasa ingin cepat beranjak dari perpustakaan. Karena tidak ingin kelihatan gelisah, Nay mencoba mengambil nafas panjang sembari memperbaiki perasaanya “ gue nggak boleh grogi, ngapain juga harus malu sama nih mahkluk, oke Nay loh harus tetap kalem hadapi nih manusia satu” ucapnya sambil melirik tajam ke arah Zain.

“ eh Nay, loh Nay kan? Udah lama gak ketemu.” Tanya Zain sembari tersenyum lebar

“ iya gue Nay, masa hantu.” Ucap Nay spontan

“ kalau loh hantu gue udah kabur dari tadi hahaha “ Zain mencoba meledek Nay

“ kebiasaan deh, gue nggak ada waktu buat ngeladenin orang kayak loh ya, mending loh baca aja tuh buku sampai habis, ingat ini tuh perpus.” Karena kesal Nay akhirnya berlalu meninggalkan Zain

“ya ampun judes banget, gue juga tau ini tuh perpustakaan, bukan rumah makan. Oh iya Nay loh jangan lupa sore ini jam empat itu kita ada rapat di LNP, loh jangan lupa datang.” Zain yang tidak peduli dengan reaksi Nay mala mengikuti Nay dari belakang sembari memberikan informasi soal rapat di LNP.

Nay yang sudah kesel kepada Zain hanya menaikkan jempol saja tanpa berkata apapun. Zain yang merasa tau kalau Nay udah kesel akhirnya berhenti mengikuti Nay dan kembali ke tempat duduknya. Setelah mengambil buku yang diinginkan, Nay yang tadi berniat tinggal di perpustakaan sebentar untuk mengetik tugas, beralih meminjam buku saja. Nay udah terlalu kesal dengan melihat wajah Zain, walaupun ia tidak tau kesal karena apa. Tanpa melihat ke arah belakang lagi, Nay berjalan keluar dari perpustakaan tanpa melihat wajah Zain lagi. Sementara Zain bersikap biasa saja, seperti tidak terjadi apapun diantara mereka.

Selama perjalanan pulang, Nay terus-terusan berpikir “ gue kenapa sih? Kenapa gue kesel sama Zain? Seharusnya kan gue bersikap biasa aja, fix nih ada yang aneh sama gue.”

Sesaat sebelum akan berangkat untuk rapat di sore hari, Nay menyempatkan membuka pesan yang ada di group pengurus LNP.

Ternyata diantara pesan-pesan yang masuk, ada sebuah pesan masuk dari Zain yang mengatakan bahwa dirinya tidak jadi datang “ assalamualaikum Nay, maaf gue sepertinya bakalan telat datang rapat, tolong gantiin gue ya” tulisannya dipesan yang ia kirimkan.

Nay yang membaca pesan tersebut sontak merasa aneh dengan kelakuan Zain, “padahal kan ada teman divisi laki-laki yang bisa dihubungi, kenapa harus gue gitu” Nay menggerutu dalam hati. Meskipun begitu, Nay tetap berangkat untuk rapat menggantikan Zain.

Sesampainya di sekret LNP, Nay baru tersadar bahwa yang hadir rapat dipertemuan kali ini hanya dirinya sendiri yang anggota bidang, dan yang lain hanya ketua sejajaran dan ketua divisi saja tanpa ada anggota lainnya. Tanpa pikir panjang Nay langsung mengecek handphonenya kembali, saat membuka group, ia baru sadar bahwa memang hanya kepala divisi saja yang di undang untuk hadir.

Nasi sudah menjadi bubur, Nay yang sudah berada di depan pintu perlahan melangkahkan kakinya dengan perasaan yang begitu malu. Benar saja, sesampainya di dalam, Nay diserang dengan begitu banyak pertanyaan

“ assalamualaikum” ucap Nay memberikan salam kepada yang lain

“waalaikumsalam” jawab mereka serentak.” Eh...Nay kan? Sini masuk, loh datang gantiin Zain ya?” Tanya kak Rizki yang kebetulan adalah ketua mereka di LNP.

“iya kak, kata Zain dia agak sedikit telat, jadi saya disuruh untuk gantiin” ucap Nay yang masih malu-malu

“ emang Zain kemana?” lanjut kak Rizki

“ kurang tau sih kak, cuman katanya agak telat aja datangnya” Nay membalas dengan tambahan senyum ragu-ragu

“ oke baik, kalau begitu kita mulai saja ya” kata kak Rizki kepada kami yang kebetulan masing-masing divisi sudah lengkap.

Sepanjang rapat Nay hanya fokus memperhatikan apa yang disampaikan oleh kak Rizki, sembari berdoa agar Zain cepat datang. Nay merasa sudah dibohongi oleh Zain, karenanya Nay harus merasakan malu sepanjang rapat, ia takut jika ada yang salah paham dengan mereka. “awas aja loh Zain” Nay masih menggerutu dalam hatinya

Tidak ingin terlalu larut dengan kebohongan yang Zain lakukan kepadanya, Nay mencoba fokus ke rapat saja.

Rupanya salah satu penyampaian rapat kali ini adalah mengenai agenda kegiatan LNP ke depan. Diataranya adalah akan diadakannya agenda besar yang memang menjadi salah satu identitas LNP, yaitu lomba kepenulisan. Lomba ini adalah lomba tahunan yang selalu ada di agenda LNP, dimana mereka akan mengundang seluruh mahasiswa dari seluruh indonesia untuk ikut bertanding dan LNP menjadi penyelenggara utama.

Lomba ini akan diadakan via daring, berhubung karena pandemi masih belum sepenuhnya selesai. Karena membutuhkan persiapan yang matang, rapat kali ini akan berlangsung selama beberapa bulan di setiap akhir pekan. “wah ini bakan menjadi kegiatan besar yang pernah gue ikuti sih” ucap Nay yang seakan tidak sabar dengan kegiatan lomba ini.

Sesaat sebelum rapat selesai, terdengar ketukan pintu dari dari luar, saat pintu perlahan terbuka, terlihat wajah Zain yang keliatan sedikit lelah sekan mengejar sesuatu.

“assalamualaikum” ucap Zain memasuki ruangan

“waalaikumsalam, eh Zain masuk”

Perasaan Nay seketika berubah melihat kedatangan Zain, satu sisi ia lega karena sudah ada ketua dari divisinya, tapi disisi yang lain ia masih belum melupakan kejadian tentang Zain yang membohongi dirinya. “ sudahlah, masalah gue dengan Zain lupain dulu, ada yang lebih urgent” katanya dalam hati.

“oke, rapat cukup dulu, nanti kita lanjutkan pekan depan di jam yang sama” kata Ka Rizki mengakhiri pembicaraan. Selepas penutupan rapat dari kak Rizki, seluruh pengurus kemudian pulang satu persatu, menyusahkan Nay, Zain dan dua orang teman yang sudah cukup akrab dengan Zain.

“ Nay, loh jangan pulang dulu ya hehehe...gue pengen dijelasin soal rapat tadi”

“ hmmm”, entah kenapa perasaan Nay tiba-tiba saja tidak bisa mengugkapkan kemarahannya seketika melihat wajah Zain. “wah sepertinya memang ada yang gak beres dengan diri gue”. Yang lebih mengejutkannya lagi, Nay menjelaskan secara detail ke Zain tentang rapat tadi, entah karena melihat wajah Zain yang tampak kelelahan atau yang lainnya, Nay seakan tidak tega memarahi Zain.

Selepas menjelaskan tentang agenda rapat tadi, Nay dan Zain memutuskan untuk balik bersama, mala seakan-akan tidak terjadi apa-apa dengan Nay. Saat berjalan keluar ruangan, Nay justru membahas mengenai hal lain, yaitu ia ingin diajari fotografi oleh Zain. Berhubung karena Zain adalah ketua Divisi, Nay justru tidak ingin membuat nantinya Zain kecewa atas kerja timnya.

Jujur saja awal niat Nay bergabung di LNP hanya ingin fokus menulis, akan tetapi Nay tidak tau akan ditempatkan di divisi yang justru ia tidak ketahui sama sekali. Walaupun juga sembari belajar menulis. Sepanjang perjalanan keluar ruangan, Zain juga terlihat begitu antusias menjelaskan kepada Nay.

Begitu sampai diparkiran, Zain langsung berpamitan kepada Nay, karena ada yang ingin diurus lagi. Anehnya Nay tidak ingat lagi tentang permasalahan mereka, ia justru haya teringat tentang penjelasan Zain yang seolah menghipnotis dirinya.

Saat Zain mulai berbalik dan perlahan menjauh, anehnya Nay merasa bahwa dirinya mulai nyaman berada di dekat Zain. Entah itu karena ia hanya sekedar kagum dengan sosok Zain yang begitu senang menjelaskan sedetail mungkin tentang fotografi, atau karena ada perasaan yang lain. sekali lagi Nay masih bingung.

Jam menunjukkan pukul 05.45 sore saat Nay baru saja sampai di kostnya.

“assalamualaikum, gue pulang” ucap Nay memberi salam kepada Rina

“waalaikumsalam, eh loh baru pulang? Lama banget rapatnya” balas Rina

“iya nih, gue lagi ada agenda besar lagi di LNP, dan kedepannya bakalan sibuk banget” kata Nay sembari menghela nafas panjang. Oh iya gue mandi dulu ya, udah gerah” lanjutnya

“oke sana loh, udah bau soalnya” ucap Rina mengejek

“gue tetap wangi, enak aja loh”. Nay kemudian pergi untuk bersiap-siap mandi dan melaksanakan shalat maghrib.

Selepas shalat maghrib dan isya, Nay membaringkan dirinya ke kasur sembari terlihat sedang memantu isi pesan. Benar saja, ia melihat kembali isi pesan yang dikirimkan Zain. Entah sejak kapan Nay merasa ada sesuatu yang terjadi antara dirinya dengan Zain, bahkan saat ia ingin marah justru tidak jadi setelah melihat wajah Zain.

Seakan baru sadar Nay sedang menatap isi pesan dari Zain, Nay langsung menutup handphone dan berusaha mengalihkan pikirannya dengan membuka buku dan membaca beberapa halaman. Hingga tanpa sadar mata Nay terpejam dan akhirnya tertidur bersama buku-buku yang ia baca

Esok harinya di fakultas...

Nay baru saja berjalan keluar kelas untuk istirahat, ia bersama teman-temannya memutuskan untuk makan siang di kantin. Saat hendak melewati lobi, seakan mereka ditakdirkan akan sesuatu hal, Nay dan Zain berpapasan lagi. Saat itu Zain sedang berjalan masuk ke fakultas sedangkan Nay baru saja berjalan keluar fakultas.

Akan tetapi, karena Nay yang memiliki sifat pemalu dan introvert jalur keras, ia tidak akan pernah menyapa duluan bahkan jika itu bukan Zain sekalipun. Berbeda dengan Nay, Zain yang justru melihat seseorang yang ia kenal tidak akan ragu untuk menyapa.

“Nay, Nay” teriakan Zain yang sedikit besar tidak hanya di dengar oleh Nay tapi juga teman-teman Nay.

“eh Zain, ada apa?” balas Nay

“nggak, gue cuman nyapa doang, bye” Zain lalu berjalan kembali

Perkataan Zain sontak membuat Nay geleng-geleng kepala “ada ya orang begitu”. Semenjak hari dimana Nay bertemu Zain di Fakultas, Nay justru sering bertemu Zain lagi setelahnya. Bahkan tak jarang, Zain yang memang selalu iseng, kadang hanya memanggil nama Nay saja lalu pergi tanpa kosa kata tambahan lagi. Terkadang situasi ini seharusnya cukup untuk membuat seseorang seperti Nay marah. Akan tetapi, entah apa yang ada di hati Nay, dibandingkan marah dengan sikap Zain, ia justru merasa senang dengan adanya Zain walaupun hanya datang sekilas untuk mengganggunya.

Akan tetapi semakin Nay berusaha menyakinkan dirinya bahwa itu hanya sekedar pertemanan biasa, justru hatinya seakan menolak hal itu. Namun, ada satu prinsip yang Nay pegang hingga hari ini, ia tidak akan pernah mengungkapkan perasaanya dahulu kepada lelaki manapun.

Akankah itu akan berubah dengan adanya Zain? Entah apapun itu, Nay hanya senang berada di dekat Zain untuk sekarang.

Terpopuler

Comments

Mr.F

Mr.F

Semangat nulis nya kak...👍🔝⭐⭐⭐⭐⭐

2024-02-18

2

tasha angin

tasha angin

Wah, mantap!

2024-01-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!