5. Mulai mengerti cara mengendalikan..

Kaki Marcus perlahan menyentuh tanah, tubuhnya sedikit goyah dan hampir jatuh lagi.

Hatinya penuh dengan kebingungan. Kekuatan yang baru saja didapatkan ini membuatnya tidak tahu harus berbuat apa.

Saat ini, dia seperti kapal yang tersesat di tengah badai, tidak tahu bagaimana menguasai kekuatan yang kuat namun asing ini.

Tangan Felicia seperti kilat terulur, tegas dan erat menggenggam lengan Marcus, menstabilkan tubuhnya.

"Kau baru saja mendapatkannya, tubuhmu masih dalam keadaan syok, Tuan. Kau perlu belajar bagaimana mengendalikannya."

Suara Felicia lembut, namun membawa kekuatan yang bisa membuat Marcus tenang.

Marcus menatap Felicia. Matanya jernih seperti air, seolah bisa membersihkan awan gelap dalam hatinya, membuatnya merasa sangat tenang seketika.

"Terima kasih, Felicia!" Marcus berkata dengan suara pelan, penuh dengan rasa terima kasih.

Namun, dalam hati Marcus masih penuh rasa bersalah terhadap Felicia.

Kenangan yang menyiksa Felicia seperti air pasang mengalir ke dalam hatinya, membuatnya sangat menderita.

Dia seolah melihat lagi tubuh mungil Felicia terikat di tiang, dan dirinya sendiri dengan kejam memukuli gadis itu sampai gadis itu menangis kesakitan dan memohon agar dia percaya pada ketidakbersalahannya.

Tapi saat itu, dia, karena hasutan tunangannya, menjadi lebih kejam, terus menyiksa gadis malang ini, bahkan memerintahkan bawahannya untuk terus menyiksanya, dan akhirnya mengusirnya yang penuh luka-luka dari kediaman.

Memikirkan hal ini, tangan Marcus tanpa sadar menggenggam bahu Felicia, kemudian dengan cepat menariknya ke dalam pelukannya.

Dia tahu bahwa sekarang hidupnya diselamatkan oleh Felicia.

Gadis yang pernah disiksa oleh dirinya ini sekarang menjadi satu-satunya penebus dosanya, menjadi satu-satunya orang yang bisa menjadi bagian dari keluarganya.

Marcus merasa bahwa gelar "pecundang" memang cocok untuk dirinya.

Dia membenci dirinya sendiri. Mengapa dia begitu mudah percaya pada kata-kata wanita yang pernah menjadi tunangannya itu.

"Maaf!" Marcus menutup matanya, menahan rasa sakit dalam hati dengan kuat, dan berkata dengan suara pelan.

Keluarganya telah dibunuh dengan kejam oleh Nelson James, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Sekarang, dia dan wanita yang pernah dia kagumi itu bersama-sama mengambil alih kediaman keluarga Norton.

Tapi semua ini, apa artinya?

Saat itu, Marcus merasakan ada seseorang yang dengan lembut menepuk punggungnya. Sentuhan lembut itu membuat hatinya terasa hangat.

"Tuan, jangan menyalahkan diri sendiri. Sebenarnya ini tidak sepenuhnya salahmu. Musuh keluarga Norton mengatur Nera untuk mengendalikanmu!" Felicia dengan lembut menepuk punggung Marcus sambil berkata.

"Jadi kamu sudah tahu tentang hal ini sebelumnya?" Marcus melepaskan pelukannya dan bertanya dengan suara berat.

"Ya, dan tunanganmu juga tahu identitas asliku, jadi dia ingin menipumu dan membuatmu mengusirku." Suara Felicia masih tenang, tapi kemudian muncul senyum yang membuat hati terenyuh, "Untungnya saya tahu bahwa tuan pada dasarnya baik hati. Aku bersedia berada di belakangmu, dan tidak akan pernah meninggalkanmu. Tidak peduli apa yang kita telah alami sebelumnya, setidaknya sekarang kita bertemu lagi."

Senyum itu polos dan tulus, seolah benar-benar bersyukur.

Hati Marcus berdesir, emosi yang sulit diungkapkan bergolak.

"Apa... apa maksudmu? Tentang apa?" Marcus bertanya berulang kali, hatinya penuh dengan kebingungan, tidak mengerti apa maksud kata-kata Felicia.

"Ada banyak waktu untuk menjelaskan kepadamu. Sekarang kita harus keluar dari lubang yang kau gali dulu!" Felicia berkata sambil menunjuk ke atas kepala mereka.

"Oh!"

Dia merasakan dorongan kuat untuk segera meninggalkan tempat ini.

Hanya dengan meninggalkan tempat ini, ada kemungkinan tak terbatas.

Dia masih memiliki rencana balas dendam yang perlu dilaksanakan, tidak boleh ditunda!

Dia refleks menggendong Felicia. Tindakan tiba-tiba ini membuat gadis itu terkejut dan berteriak.

Felicia tanpa sadar mengulurkan kedua tangan dan erat merangkul leher Marcus.

Marcus ingat bahwa ketika dia mengangkat tubuhnya, dia mengeluarkan suara gemeresik lemah dengan kakinya.

Kali ini, gerakannya lebih lembut, dan dengan mantap menginjak tanah.

Dia merasa tubuhnya ringan seperti bulu, sama sekali tidak merasakan tubuh Felicia sedikit pun berat.

Swoosh!

Marcus dengan cepat naik ke atas dan mendarat tepat di atas mulut lubang.

Sekarang, dia akhirnya mengerti bagaimana mengendalikan kekuatannya.