Benci Pengkhianatan (5)

...PERHATIAN⚠️...

...Judul cerita yang awalnya "Bosku adalah Suamiku", telah berganti judul menjadi "The Perfect Marriage", karena perubahan alur cerita yang sungguh membuat tercengang. Semua isi cerita ini, hanya fiksi belaka. Jangan menyangkut-pautkan dengan kejadian di real life, walaupun memang ada....

...****************...

Tok ... tok ....

Kevin terkesiap dengan ketukan pintu, terlihat Bryan yang melipat kedua tangannya, pria itu baru saja pulang setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Dokter, stetoskop bahkan masih bergantung di leher pria itu.

"Ada apa?" tanya Kevin yang terlihat tak berminat untuk berbicara dengan siapapun. Raut wajah datar adalah ciri khas dari seorang Kevin, bila pria itu sedang di landa amarah. Bryan mendekat dan ikut bergabung untuk minum.

"Bagaimana? Apakah kamu menerima atau menolak perjodohan itu?" tanya pria tersebut kepada sang Kakak. Kevin menyungging senyum tipis.

"Mana mungkin aku menolak perjodohan, terlebih lagi wanita cantik dan polos seperti Hana." jawab Kevin begitu frontal. Bryan mengerutkan keningnya seperti pernah mendengar nama wanita, yang baru saja di sebutkan oleh Kevin.

"Jadi nama wanita itu Hana?"

Kevin mengangguk. "Dia awalnya menolak perjodohan ini, tapi entah apa yang merasuki dia, hingga pada akhirnya menerima perjodohan ini. Kamu tahu, betapa bahagianya aku akan perjodohan ini?" Bryan menggeleng sebagai jawabannya, pria berprofesi sebagai Dokter itu menegak minuman alkoholnya hingga setengah gelas.

"Sangat besar," Kevin tersenyum membayangkan wajah Hana yang telah menjadikan dirinya candu. "Aku akan berusaha memisahkan Hana dengan Bara,"

Kini alis Bryan yang mengerut bingung, "Who is Bara?"

"Kekasihnya," jawabnya singkat dan jelas. "Bara tidak cocok untuk menjadi pendamping perempuan seperti Hana. Pria itu penuh akan kepahitan di hidupnya, dan aku sedang mencari tahu tentang Bara Aksata." tambahnya dengan tatapan yang sangat tajam.

Begini lah Kevin, sekalinya jatuh cinta maka Kevin akan berusaha untuk mendapatkan perempuan yang Ia inginkan. Mungkin salah satunya adalah memiliki Hana sepenuhnya. Bryan sangat mengenal Kakaknya, pria itu sudah mengalami kehilangan satu kali, mana mungkin Kevin mau kehilangan kedua kalinya. Hanya pria bodoh yang akan menyerah akan hal itu.

"Jadi apa tanggapan mu setelah mengetahui bahwa Hana memiliki kekasih?" tanya Bryan membuat Kevin langsung memijat keningnya sendiri.

"Dia meminta satu permintaan, memberikan dia waktu untuk memberitahu tentang perjodohannya kepada Bara." balas Kevin dengan sendu. Bryan mengangguk dan meletakan stetoskop miliknya di meja.

"Apa yang kau harapkan untuk mereka berdua?"

"Mengakhiri hubungan mereka. Aku tidak ingin Hana memiliki hubungan apapun lagi dengan Bara atau pria manapun!" ketusnya dengan tegas. Bryan memutar matanya malas dan memilih untuk pergi daripada harus menjadi saksi kesedihan Kakak laki-lakinya.

"Kau mau ke mana?"

Bryan menoleh, "Aku memiliki pekerjaan, kau saja yang menghabiskan minumannya!"

...****************...

Hana bergerak tak menentu arah, perempuan yang akan menyandang status istri orang itu, tampak tak tenang seraya menatap ponselnya itu. Ya, Hana mencoba menghubungi kekasihnya yang selama beberapa Minggu ini, sulit untuk di hubungi.

"Ke mana sih Bara? Kenapa susah sekali di hubungi!" kesalnya dengan menghentakkan kakinya. Perempuan itu baru saja berdebat dengan Papa Aiden karena sikapnya kemarin, yang cukup tidak sopan. Tetapi Hana melakukan itu untuk berjaga-jaga, terlebih lagi Hana begitu mencintai Bara.

"Apa aku temui dia saja ya?" gumamnya dengan ragu, tetapi keraguan perempuan itu di kalahkan dengan tujuannya yang begitu besar. Hana meraih tas tangan miliknya dan bergegas keluar untuk menemui Bara.

Hana akan memberitahukan semua kejadian kemarin kepada pria itu, dan Hana berharap bahwa Bara mencoba untuk membatalkan perjodohan Hana dengan Kevin, walaupun itu mustahil.

"Kamu mau ke mana, Hana?"

Langkah kaki Hana berhenti tepat akan menjauhi kamarnya, perempuan itu begitu mengenal suara berat dari sang Papa, "Kenapa kamu terlihat terburu-buru?" tanya Papa Aiden dengan selidik.

Hana mencoba untuk tidak gugup dan menoleh menatap sang Papa, "Pa, aku ingin menemui Bara." jawabnya dengan jujur.

Papa Aiden melipat kedua tangannya, "Sudah Papa katakan, jangan pernah berhubungan lagi dengan pria yang tidak tahu diri itu!" kata Papa Aiden dengan tegas. Hana terkesiap karena ucapan Papa Aiden yang begitu menggema di lorong kamarnya.

"Pa, aku menemui Bara untuk ... untuk memberitahu tentang perjodohan ku!" balas Hana dengan menatap Papa Aiden dengan takut-takut.

"Kamu mengira, Papa mudah untuk di kelabui?"

Hana mengerutkan keningnya. "Maksud Papa apa? Hana tidak mengerti,"

Papa Aiden mendengus dingin dan semakin menatap Hana dengan tajam nan datar. "Ingat Hana, kamu akan menikah dan Papa harap kamu tidak melakukan hal yang bisa mempermalukan keluarga kita!" tutur Papa Aiden dengan tak main-main. Hana hanya diam saat sang Papa pergi dari hadapannya dengan amarah membuncah.

Perempuan itu menatap sendu kepergian sang Papa dan berakhir menghela napas panjang, "Sebaiknya aku menemui Bara dulu."

Hana bergegas kembali keluar rumah dan masuk ke dalam mobil milik Kakak laki-lakinya, Yoshi. Perempuan itu melajukan mobilnya, menuju apartemen yang menjadi tempat tinggal Bara selama ini. Apartemen yang tak terlalu jauh dari perusahaan milik Kevin, dan apartemen itu adalah apartemen milik Hana yang jarang Ia kunjungi, atau hanya petugas kebersihan yang datang setiap Minggu untuk membersihkan apartemen miliknya.

Kenapa perasaan ku tidak enak, apakah ada hal yang akan terjadi? batin Hana seraya memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja berputar-putar.

"Fokus, Hana!" gumam Hana dengan menggelengkan kepalanya, untuk menghilangkan rasa pusing.

Tak lama, mobil putih itu terparkir di teras lobby. Hana keluar dan berjalan memasuki lobby yang cukup ramai, beberapa petugas apartemen bahwa menunduk menyambut kedatangannya.

"Selamat datang, Nona Hana." Sapa resepsionis yang hanya Hana tanggapi dengan sebuah senyuman.

"Kamar 896 atas nama Hanaruka."

Resepsionis tersebut memberikan kunci kamar milik Hana, sebenarnya Hana bisa saja membawa kartu untuk membuka pintu apartemennya, atau bahkan menggunakan kata sandi. Tetapi Hana hanya ingin berjaga-jaga apabila kartu dan kata sandi Apartemennya di rubah oleh Bara.

Hana tersenyum dan bergegas menuju lift, "Sekarang aku akan mengetahui mengapa kamu sulit untuk di temui." gumamnya dengan menatap pantulan diri di lift. Hana adalah perempuan yang cantik dan pintar, perempuan yang mendapatkan gelas kehormatan Cumlaude, yang begitu di incar laki-laki dari berbagai kalangan.

Bahkan tak jarang sahabat dari Yoshi dan Miko menjadikan kedua pria itu sebagai perantara untuk menitipkan barang atau sesuatu untuk Hana. Bisa bayangkan bagaimana rasa kesal kedua pria berbeda usia itu, bahkan Papa Aiden begitu posesif pada Putrinya satu-satunya itu.

Setelah tiba di lantai teratas gedung, Hana berjalan dengan gugup mendekati apartemen miliknya, yang sudah lama tak Ia kunjungi itu. Setelah Bara menempati apartemen miliknya, pria itu terus-menerus melarang dirinya untuk datang dengan alasan, Hana akan bosan melihatnya bekerja.

Hana menatap pintu apartemennya dengan cemas, memasukkan kunci dan memutar kenop pintu. Perempuan cantik itu melangkah masuk dan mengerutkan keningnya saat apartemennya begitu gelap.

Tetapi langkahnya langsung berhenti dan perempuan itu samar-samar mendengar suara yang begitu familiar. Hana menggelengkan kepalanya mencoba untuk berpikir positif saja.

"Shhhh, ya ... ya, te ... terus baby."

"Ba ... bara, kau-shhh, sungguh hebat, say-mhhhh ...."

DEG ....

Jantung Hana bagaikan tak berdetak kembali mendengar suara perempuan yang baru saja mendesah hebat dengan menyebut nama kekasih dari Hana. Perempuan berdarah Jepang itu bergegas menuju ruang tamu yang terhubung dengan dapur, dan si sanalah Hana di buat syok dengan apa yang Ia lihat.

Bara, pria yang selama ini sulit untuk di temui dan di hubungi, tengah menikmati permainan panas dengan seorang wanita yang tak Hana kenali. Air mata wanita itu menetes, bersamaan dengan suara menjijikan itu menggema di gendang telinganya.

"BARA!" teriak Hana membuat Bara yang mencari sensasi akhirnya di buat terkejut dengan teriakan dari sang kekasih.

"Ha ... Hana?!"

Bara bergegas mengambil pakaiannya dan tak lupa mencabut pusaka miliknya. "Bara, kenapa? Padahal aku sudah hampir mencapai puncak!" protes wanita bertelanjang bulat itu dengan rambut berantakan.

"Bitch!"

PLAK ....

Wajah perempuan itu seketika menoleh ke kiri, karena tamparan dari Hana. Bara membulatkan kedua matanya dan bergegas mendekati kedua wanita itu, "Hana! Apa yang kamu-"

"DIAM!" pekik Hana dengan emosi menggebu-gebu, "ini yang kamu lakukan, sulit di hubungi dan di temui, ternyata tengah asik bercinta dengan wanita rendahan ini!" tambah Hana dengan menatap Bara dengan sengit. Lidah Bara terasa kelu dan atmosfer di apartemen itu bahkan sudah berubah sepenuhnya.

"Aku bukan wanita rendahan!" Tampik perempuan tersebut setelah mengambil selimut untuk menutupi tubuh bulatnya. Hana terkekeh geli dan menghapus air matanya dengan kasar.

"Kamu bercinta dengan kekasih ku, berapa kamu di bayar oleh pria idiot ini hah?!"

"HANA!" hardik Bara dengan kesal karena ucapan Hana kepadanya, "Berani sekali kamu mengatakan hal itu kepada ku!"

"Memangnya kenapa?! Kamu bercinta di apartemen milikku, dan tanpa izin membawa wanita lain kemari? Di mana otak mu, Bara!" pekik Hana dengan mendorong tubuh Bara agar menjauh dari dirinya. Emosi yang menguasai Hana kali ini benar-benar besar. Apakah perjuangannya tidak di anggap oleh Bara, hingga pria yang begitu Ia cintai melalukan pengkhianatan seperti ini?

PLAK ....

Hana terkejut saat pipinya baru saja mendapatkan tamparan kuat dari Bara, "Tutup mulut mu! Sebaiknya kamu keluar dari apartemen ku! Karena apartemen ini sudah beralih nama atas nama ku!"

Hana memegang pipinya yang terasa kebas dan air matang kembali lolos. Perempuan yang tak Hana kenali itu tertawa sarkas melihat Bara yang baru saja menampar Hana, di hadapannya.

"Seharusnya kamu sadar diri, kamu hanya wanita naif yang tidak mau di sentuh oleh Bara! Pantas saja Bara berpaling dari mu!" ejek nya dengan sinis. Hana menadah dan menatap Bara serta perempuan asing itu secara bergantian.

"Keluar dari apartemen ku! Sekarang!" usir Hana dengan tegas. Perempuan berdarah Jepang itu menunjuk ke arah pintu dengan wajah memerah.

"Seharusnya kamu yang aku-"

"Aku apa, Tuan Bara?" sahut seorang pria yang menatap tajam ke arah Bara dan Perempuan asing tersebut. Hana terkejut bukan main saat melihat kedatangan Kevin yang tiba-tiba.

"Kevin," gumamnya dengan Isak tangis kecil. Tak lama, terlihat manajer dari apartemen juga datang dengan membawa berkas.

"Apa-apaan ini! Siapa kamu, lancang sekali kamu?!" tanya Bara dengan emosi menggebu-gebu. Hana tanpa sadar, mendekati Kevin dan memeluk pria itu. Kevin terkesiap dan membalas pelukan Hana dengan erat.

"Kamu tidak apa-apa? Apakah pria ini menyakiti mu, Sayang?" tanyanya berbisik. Hana menggeleng dan menatap kembali Bara.

"Peralihan nama apartemen yang Anda ajukan kepada kami, tidak bisa kami lakukan, Tuan Bara."

DEG ....

"APA?!"

"Karena peralihan nama apartemen ini membutuhkan persetujuan dan tanda tangan langsung dari pemiliknya. Sedangkan Anda tidak memiliki hal itu, jadi silahkan Anda keluar angkat kaki dari apartemen calon istri saya!" kata Kevin dengan menatap Bara dan Perempuan asing di sana dengan datar.

Hana memalingkan wajahnya dan memilih untuk keluar dari apartemennya itu, Kevin mengerutkan keningnya dan menyusul Hana. "Tolong urus mereka berdua!" Manajer tersebut mengangguk dan datanglah dua orang satpam untuk membantu.

Hana terdiam dengan tatapan sendu ke arah depan. Apakah seperti ini rasanya di khianati oleh orang yang Ia sayangi. Pengkhianatan yang lakukan oleh Bara, begitu menyakiti batin seorang Hanaruka. Perempuan yang rela memberikan apapun yang diinginkan oleh Bara, tanpa melihat dirinya sendiri. Kevin menatap punggung rapuh Hana dengan menghela napas.

"Hana," panggilnya membuat Hana bergeming. Kevin mendekat dan membawa Hana ke dalam pelukan hangatnya. "Jangan bersedih, aku di sini untukmu."

Hana meremas kemeja putih yang di kenakan oleh Kevin, "Aku benci pengkhianatan." lirihnya dengan pelan. Perempuan itu memegangi kepalanya yang terasa berputar-putar sejak tadi, karena tak lagi kuat untuk menahan rasa pusingnya, tubuh Hana terjatuh dan dengan sikap Kevin menahan tubuh perempuan cantik itu.

"HANA!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!