“Mm ... mungkin suka dan ngefans sama Kakak. Dia bilang awal ketemu sama Kakak dia ngerasa enggak asing, nah pas buka medsos emang bener kalau Kakak itu yang lagi jadi tranding topik pada saat itu. Terus dia ngenalin aku karena kita ‘kan sering selfie bareng.”
Episode 2-Kabar Reza
Terlepas dari semua hal yang menggusarkan hatinya tadi malam, pagi ini bahkan baru pukul enam, Jelita sudah siap dengan balutan pakaian kasual nan modis. Wajahnya yang semakin tirus telah terhias make up tipis. Gadis yang semakin cantik itu, masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat di pantulan kaca almari. Bagaimana tidak, jika semua pengorbanan waktu bahkan kesabaran menghasilkan sesuatu yang telah lama ia idam-idamkan.
Seiring waktu berjalan juga kesibukan yang kerap kali membuat Jelita lupa makan, membuat bobot badannya berangsur turun. Bahkan, tinggal 48 kilogram. Bukan hanya semakin langsing, tetapi juga menawan. Diimbangi olahraga selain diet sayur, membuat kulitnya yang putih menjadi sehat.
Dengan keberhasilannya dalam menurunkan berat badan itu pula, membuat namanya semakin dikenal masyarakat luas, terlebih merupakan putri pertama dari pengusaha kaya raya. Namanya yang semakin melejit sebagai selebgram papan atas, cukup berpengaruh pada usaha yang ia rintis sebagai perancang busana tiga bulan terakhir selepas kelulusan.
“Kak Jel?” Seseorang memanggil namanya dari balik pintu kamar, melainkan Jane sang adik tiri.
Jelita menyudahi pandangan kagum atas pantulan dirinya sendiri. Ia mengambil tas jinjing di atas nakas di mana segala barang yang ia butuhkan sudah tersimpan di sana. Meski belum memberikan jawaban untuk Jane, ia tetap melangkah menuju pintu kamar itu.
“Ya, Jane.” Jawaban Jelita untuk panggilan Jane setelah berhasil keluar dari kamarnya.
Jane mengulas senyum manis di bibirnya. “Hmm ... udah rapi, cantik dan wangi. Padahal hari minggu lho.”
“Ada kencan, ya?” tambah Jane.
Namun, Jelita justru menggeleng, tidak setuju dengan perkataan adiknya itu. “Belum ada, aku masih fokus karir,” jawabnya sembari melangkah.
Jane mendesis. “Padahal aku udah mau nikah, malah si kakak belum punya pacar.” Ia mengikuti langkah Jelita dari belakang.
“Halah, jangan ngaco! Umurmu aja masih 19 tahun, musikmu juga belum bener.”
“Ih, emangnya enggak boleh nikah gitu, meski kaya gitu?”
Jelita menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap sang adik. “Enggak! Kamu masih cenggeng! Papa juga enggak bakalan kasih izin nikah muda.”
“Hmm ... aku bercanda Kakak.”
Jelita menggeleng, tidak habis pikir dengan celoteh Jane. Kemudian, ia menarik lengan kanan Jane dan merangkul dari belakang bagian pundak. Keduanya berjalan menuju elevator yang berada di rumah berlantai tiga itu, setelah sebelum-sebelumnya benda itu menjadi benda yang paling terlarang bagi Jelita. Selama ini, ia memilih melewati para anak tangga dengan harapannya lemaknya jatuh dan hilang.
Namun tidak dengan sekarang, Jelita berbeda. Rasa kepercayaan dirinya semakin besar, bahkan melebihi Jane yang tadinya jauh lebih cantik. Mereka memiliki kecantikan dengan tipikal masing-masing, tak membuat rasa iri justru muncul di sela keakraban.
“Kak Jel,” ucap Jane sesaat setelah mereka masuk ke dalam elevator.
“Hmm,” jawab Jelita.
“Aku enggak sengaja ketemu sama seseorang. Senior di bidang hukum.”
Jelita mengernyit. “Siapa?”
“Reza. Kak Jel kenal, ‘kan?”
“Reza?” Jelita masih mengernyit, pandangan matanya menatap pintu bagian atas elevator yang kini berjalan, seolah sedang menggali memorinya perihal Reza.
“Oh!” pekik Jelita setelah beberapa detik memaksa ingatannya. “Yang dulu enggak sengaja ketemu di kantin, ya?”
Jane mengangguk. “Iya, Kak. Dia ‘kan pindah setelah satu minggu ketemu Kakak.”
“Ke mana?”
“Bandung. Di UI.”
Jelita manggut-manggut saja. Meski hatinya terhenyak heran, mempertanyakan perihal Jane yang mengenal Reza. Bahkan, pria itu baru ia temui sekali dalam perkenalan awal, selain itu hanya pandang dan sapa sebelum pria itu pindah ke Bandung.
Setelah pintu elevator kembali terbuka, bukti bahwa benda itu berhasil membawa penumpang ke lantai paling dasar, Jelita juga Jane kompak melangkah keluar. Suasana rumah masih ramai dipenuhi para asisten rumah tangga yang berjumlah lebih dari 20 orang. Keberadaan para pelayan itu berhasil membuat rumah bak istana raja menjadi selalu bersih setiap saat.
Senyum Jelita dan Jane terulas manis di bibir masing-masing, sebagai sapaan pagi untuk para pelayan.
“Pagi-pagi tadi, Papa udah berangkat, Kak,” ucap Jane dengan muka masam.
Lain halnya dengan sang adik, Jelita justru tersenyum. “Papa ‘kan kerja, bukan main,” jawabnya.
“Iya sih. Aku cuma kasihan aja sama Papa.”
“Nanti, kalau Papa pulang kita pijitan sama-sama, ya?”
“Setuju!”
“Ya udah, yuk sarapan dulu.”
Ruang makan yang berada di lantai satu, bagian belakang dekat dapur tengah mereka tuju. Tidak peduli jika waktu masih teramat pagi, lantaran memang tidak ada yang ditunggu sekalipun Nur Imran.
Ya, kedua kakak beradik tak kandung itu selalu bersama, terhitung sejak Riris—ibu kandung Jane—yang juga mantan ibu tiri Jelita masuk rumah sakit jiwa lantaran depresi berat. Bagi, Jane membaur sedekat saat ini dengan sang kakak bukanlah perkara mudah. Bahkan, setelah sebelumnya ia mengetahui segala pokok masalah yang menimpa Jelita merupakan akal licik dari ibundanya.
Setiap kali bersama, Jane selalu menatap Jelita secara diam-diam sembari mengulas senyum manis di bibir tipisnya. Sedangkan, batinnya mengucapkan banyak terima kasih pada Jelita, juga ayah tirinya. Bagaimana tidak, setelah semua ulah ibundanya, Jane tetap dianggap keluarga layaknya sekarang.
Kemudian, kedua gadis terpaut usia satu tahun itu saling menarik kursi di ruang makan. Detik berikutnya mereka duduk, saling bergantian mengambil nasi dari baskom berukuran sedang.
“Kak Jel?”
“Ya, Dek? Apa lagi?”
Jane menghentikan gerak tangannya terlebih dahulu. Ia menatap sang kakak sembari mengepalkan kedua telapak tangannya di atas meja. “Reza sekarang beda banget, lho,” ucapnya berbinar.
“Emangnya, urusannya sama kita apa?” Sembari tidak peduli, Jelita membalas pertanyaan Jane seputar Reza pria yang ia temui pertama kali di kantin sekolah—bahkan bayang Reza hampir terlupakan di benaknya.
“Dia ‘kan agaknya tertarik sama Kakak, orang beraniin diri ngobrol sama aku pas kita ketemu di kafe. Dia tahu kalau Kakak itu selebgram papan atas anaknya Nur Imran.”
Kali ini, Jelita menatap lurus pada netra cokelat milik Jane. “Iyakah? Buat apa gitu?”
“Mm ... mungkin suka dan ngefans sama Kakak. Dia bilang awal ketemu sama Kakak dia ngerasa enggak asing, nah pas buka medsos emang bener kalau Kakak itu yang lagi jadi tranding topik pada saat itu. Terus dia ngenalin aku karena kita ‘kan sering selfie bareng.”
“Oh gitu. Pantes, tahu kamu.”
“Mm ... dia sekarang gendut banget, Kak. Dulunya kayaknya juga berisi ya? Sekarang lebih-lebih.”
Jelita spontan menjatuhkan sendok di atas piringnya. Ia teringat beberapa tahun yang lalu, tepatnya ketika masih berada di dalam lingkup kampus dengan Reza, juga saling melemparkan sapaan ketika bertemu. Memang, saat itu Reza memiliki tubuh tinggi tegap agak berisi. Namun, ketika mendengar pernyataan Jane, ia sedikit bingung.
Bukankah seharusnya Reza bisa termotivasi atas dirinya yang bahkan sempat menjadi tranding topik urusan menurunkan berat badan? Lantas, mengapa jika Reza mengidolakan dirinya, justru menaikkan berat badan tanpa peduli hidup yang sehat?
Tak mau terlihat aneh di hadapan Jane yang sudah asyik bersantap, Jelita segera membuang pemikiran itu. Ia melanjutkan aktivitas sarapan di detik berikutnya. Lagipula, bukan urusannya. Dan semua orang memiliki pilihan juga jalan hidup masing-masing. Bahkan, seorang Fanni yang pernah mengalami trauma bully saja memilih untuk mempertahankan tubuhnya sampai sekarang. Meski hatinya sedikit menyayangkan pilihan Reza, bahkan jika benar pria itu mengagumi dirinya layaknya selebritas.
****
Yuk, bantu cari visual Jelita nih. Misal Park Bo Young, gimana? Kira-kira cocok enggak? Cek di google yah. Dia imut, sipit, agaknya cukup cocok hehe. Jangan lupa like\=komen\=vote. Karena mikir enggak enak daripada baca. So, bayarannya itu aja hehehe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
✨Princess Of Light✨
Park Bo Young🤔 Leh uga tuh! Dia cantik dan imut. Setuju🤣
2020-07-24
0
Imas Masrifah Priyadi
park Bo young boleh,dia cantik tp yg rambut ny panjang y...😊😄
2020-07-22
0
Hernita syahdin
semangat Thor d tunggu cerita selanjutnya
2020-07-22
0