Bab 5. Cerita Artha

Ellia mencium kening Khai yang sudah pulas. Menarik selimutnya dan menutupi tubuh Khai sebatas dada. Terlihat lelah meski napas anak itu teratur. Usai makan martabak dan menemani Kellan makan malam, mereka saling bercanda dan bercerita tentang keseharian tadi. Tanpa terasa malam sudah larut dan Khai sudah mengantuk. Akhirnya pembicaraan berakhir. Ellia menemani Khai tidur, setelah pulas dia kembali ke kamar.

Melakukan hal yang sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri tentunya. Kellan sudah menunggu dan memberi kode tadi. Kellan menepuk bantal yang kosong di sebelahnya. Ellia meletakkan gawai di nakas dan mengubah mode getar menjadi senyap. Takut kalau ada pesan masuk lalu mengganggu aktifitas panasnya.

"Kamu wangi banget sih, El."

Kellan selalu menyukai aroma tubuh Ellia. Apalagi Ellia sekarang memiliki postur tubuh yang berisi. Tidak seperti dulu yang sangat kurus. Bahkan sekarang Ellia terlihat lebih segar dan menggemaskan dimata Kellan.

"M-mas," panggil Ellia terbata. Sebab Kellan mulai mencium leher Ellia dan meninggalkan jejak di sana.

Kellan mulai melumat bibir ranum Ellia. Lumatan yang semakin liar dan membangkitkan gairah keduanya.

Suara kecupan itu terdengar memenuhi kamar yang sunyi dan hanya lampu tidur yang berpendar. Keduanya hanyut dalam permainan yang baru saja Kellan mulai. Sudah dua minggu ini Kellan tidak meminta jatahnya karena lelah bekerja dan lagi seminggu kemarin Ellia sedang halangan.

Desahan keluar dari belah bibir masing-masing. Kellan selalu memuja setiap lekuk tubuh Ellia. Aroma yang selalu membuat Kellan ingin menerkamnya setiap hari. Perubahan pada tubuh Ellia membuat Kellan selalu merindukannya.

Kellan menikmati bagian dada Ellia yang selalu menjadi favoritnya. Sejak Ellia berisi bagian itu pun semakin padat dan memiliki ukuran lebih besar dari sebelumnya.

Ellia meremas sprei karena selalu tidak berdaya oleh setiap sentuhan Kellan yang memabukkan.

"M-mas ... Aku ...."

"Ya, sayang. Kamu mau apa?"

Jemari Kellan masuk ke dalam sela kaki Ellia. Menemukan bagian sensitif milik wanita itu. Memainkannya hingga Ellia menggeliat.

Permainan pun dimulai. Kellan selalu merasa terjepit di dalam sana. Meski Ellia sudah melahirkan dua anak tapi bagian itu masih saja seperti dulu. Kellan sangat menyukainya. Dia kembali mencium bibir Ellia dengan rakus.

Malam yang panjang, tanpa Ellia sadari seseorang di kota yang berbeda sedang menunggu balasan pesan darinya dengan perasaan yang campur aduk. Bahkan sudah banyak pesan yang dikirim tapi tidak satupun yang Ellia balas.

***

"Terima kasih, sayang." Kellan mengecup kening Ellia setelah selesai permainan panas yang berlangsung selama dua jam itu.

Ellia mengangguk tubuhnya terasa lemas. Bahkan untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri saja rasanya malas sekali.

"Mau Mas gendong?" tanya Kellan yang sedang kembali memakai pakaiannya.

Wajah Ellia bersemu merah,tidak mau hal itu terjadi Ellia ke kamar mandi. Bisa panjang urusannya kalau Kellan menggendong Ellia sampai ke kamar mandi.

Kellan terkekeh, kemudian merebahkan tubuhnya yang mulai terasa lelah. Tidak menunggu lama kedua matanya terpejam dan Kellan sudah terlelap dalam tidurnya.

Ellia baru saja keluar dari kamar mandi. Dia berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaian tidurnya. Lagi dan lagi Ellia harus membuang piama tidurnya. Akibat ulah Kellan yang tidak sabar pada akhirnya piama yang tadi Ellia kenakan sobek.

Ellia pun mengeringkan rambutnya terlebih dahulu menggunakan hair dryer. Lalu mengolesi wajahnya dengan cream malam. Make up Ellia tidak banyak, sebab dia tidak suka memakai make up yang berlebihan.

Ellia merebahkan tubuhnya di samping Kellan. Meraih benda pipih yang teronggok di nakas. Ada banyak pesan dan panggilan tidak terjawab dari Artha. Tiga jam yang lalu rupanya.

Ellia membaca satu per satu pesan dari Artha. Bahkan pesan yang tadi saja belum Ellia balas, tapi Artha sudah membahas hal lain.

[Ellia aku mau cerita]

[Tetang masa lalu aku nih. Kamu mau dengar nggak? Aku tulis ya. Kamu tinggal baca aja.]

[Dulu aku selalu di kejar cewek. Padahal ya mukaku pas-pasan. Anehnya cewek-cewek pada ngejar.]

[Dari SMP loh sampai SMA. Aku sebenarnya dari SMP suka sama seseorang tapi dia selalu nolak dengan alasan nggak mau nyakitin orang lain. Soalnya ada yang ngejar aku terus-menerus. Ada yang kasih surat juga.]

[Aku nggak perduli, sampai pas aku pindah ke luar kota. Aku di Tangerang waktu SMA karena Bapak sama Ibu di sana. Akhirnya aku sekolah di sana.]

[Eh aku pikir nggak bakal ada yang ngejar karena aku jadi anak pendiam dan baik. Aku biasa aja kok. Malah ada yang ngikutin sampai rumah. Juga ada yang kalau pagi udah nungguin depan rumah.]

[Ibu aku kan buka warung gitu. Sayur mateng dari pagi sampai siang soalnya dekat sama proyek. Ibu nggak nyaman karena ada lima anak cewek nunggu aku.]

[Bahkan sampai ada yang sering isiin pulsa kalau aku nggak balas pesan mereka. Akhirnya aku terima semua ada dua puluh orang. Itu juga ada yang jadiin bisnis sama teman. Kalau mau ketemu sama cium aku suruh bayar goceng.]

[Gila kan?]

[Akhirnya pas lulus aku tobat nggak mainin cewek lagi. Aku trauma, El. Apalagi kalau inget orang yang aku sayang dari SMP. Rasanya sakit kayak khianatin dia.]

[Pas lulus SMA aku ketemu lah sama istriku ini. Dia kerja di toko baju, aku sering beli di sana. Aku kenalan dan aku bilang sama dia tentang kisah aku.]

[Kami lama-lama deket, meski aku sayang sama dia tapi buat lupain seseorang yang dulu aku sayang waktu SMP itu susah. Aku bilang sama istri aku ini, kalau dia mau jadi istri aku, dia mau nggak terima dengan keadaan aku yang kayak gini. Terus aku suruh dia agar aku bisa sayang sama dia. Bagaimana caranya.]

[Dia berusaha buat aku nggak trauma lagi, buat aku nyaman dan aku bisa buka hati aku. Memang aku ada rasa tapi ya gitu, El. Belum lupa sama masa lalu aku. Soalnya aku kehilangan jejak dia.]

Ellia menarik napas dan membuangnya perlahan. Cerita Artha seperti dinovel saja. Ellia jadi memilikki ide untuk sebuah cerita. Bahkan judulnya pun tiba-tiba terlintas.

[El, kamu lagi apa]

[Kamu udah tidur ya?]

[El, hey ... Kamu marah ya sama aku?]

Ellia sudah membaca semua pesan Artha sampai akhir. Dia pun akhirnya membalas pesan itu, tapi pesan baru muncul dari Artha.

[Akhirnya kamu baca juga pesan aku. Kamu habis darimana, sayang?]

Membaca panggilan Artha kepadanya, degup jantung Ellia tidak karuan. Namun, ada rasa ingin marah juga karena Artha tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan 'sayang'.

[Ketiduran. Maaf ya.]

[Ini Lo nggak lagi baca novel kan? Cerita lo kayak dinovel aja.]

[Terus lo sampai sekarang masih ada perasaan sama tuh cewek yang temen lo SMP?]

Ellia yang semula hendak marah karena panggilan Artha kepadanya malah menjadi penasaran dengan cerita Artha. Bahkan Ellia tidak menyadari jika malam semakin larut dan Ellia belum menulis sama sekali.

[Asli cerita aku, El. Bukan novel]

Artha memberikan emoticon dengan bibir melengkung kebawah. Membuat Ellia mengulum senyum. Ya habis seperti cerita novel saja. Ellia jadi ingin membuat cerita tentang Artha.

Hey, apa Ellia lupa? Jika dia masih menulis tiga judul dan belum selesai. Oke baiklah salahkan otak Ellia yang selalu berisik dan muncul ide-ide menulis.

[Aku masih sayang sama temen SMP aku.]

[Kamu kerja apa sih?]

Ellia menggeleng pelan, membaca pernyataan dari Artha. Bahwa dia masih sayang dengan teman SMPnya. Itu berarti dia belum selesai dengan masa lalunya dan kasihan sekali istrinya itu.

Teman SMP! Ya teman SMP! Sekali lagi Ellia membaca itu dan ...

"Perasaan gue kok nggak enak ya?"

Ellia menebak jika itu adalah dirinya. Mengingat ucapan Artha kalau dia adalah teman kecil Ellia dan teman SMP Ellia. Oh, tidak mungkin! Bukan dirinya kan? Semoga apa yang Ellia pikiran itu salah.

[Haha, sorry ya. Otak gue selalu digunakan buat menghalu jadi ya gue kira lo lagi baca novel.]

[Kerjaan gue mengkhayal aja.]

Ellia masih belum mau mengaku tentang kesibukannya. Takut jika Artha nanti akan bertanya sedetail mungkin. Ellia masih malu, karena Ellia bukan penulis profesional dan masih banyak belajar. Kadang juga Ellia merasa jika novel yang dia buat tidak sebagus novel-novel penulis lain.

[Ish, kamu ditanya nggak pernah beres.]

Ellia terkekeh. Ya, kapan sih Ellia selalu beres? Ellia kan setengah waras setengah gila. Kalau nggak ada gila-gilanya ya bukan Ellia namanya. Ellia seperti ini juga karena sudah menikmati hidup dan sudah tidak peduli lagi dengan ucapan orang lain tentangnya.

Bisa dibilang Ellia sudah berada di fase bodo amat dan malas ribut.

[Lah gue emang nggak pernah beres. Dibilang otak selalu digunakan buat mengkhayal. Siapa tahu jadi istri Yuan.]

Yuan adalah aktor Chinese yang sedang naik daun. Ellia sangat mengagumi aktor tersebut.

Bahkan galeri pada gawainya dipenuhi oleh foto-foto Yuan. Kellan tidak pernah marah, toh itu hanya aktor dan nggak mungkin Ellia selingkuh.

[Jadi istri aku aja mau nggak, El?]

Kedua mata Ellia membulat ketika membaca pesan Artha. Agak lain si Artha ini.

"Dia mabok kah?" ucap Ellia.

Ellia pun mengetik balasan dengan cepat.

[Lo mabok ya? Gue istri orang woy!]

Ellia memekik ketika melihat jam yang tertera pada gawainya. Dia sama sekali belum menulis. Ellia membuka aplikasi menulisnya dan kosong. Hari ini tidak ada update bab baru karena kesibukan dunia nyata yang menyita waktunya. Bahkan sekarang ada Artha yang terus mengirim pesan. Beruntung Ellia selalu memiliki cadangan bab, jadi masih tetap bisa update setiap harinya.

"Bisa kacau ini! Mana Minggu kemarin udah bolong satu!"

Ellia mencoba untuk menulis kembali. Melanjutkan bab baru untuk di posting besok pagi. Konsentrasi hilang ketika pesan dari Arka masuk.

[Nggak apa-apa. Nikah siri aja.]

[Bercanda, El]

[Serius ya aku masih penasaran sama kamu. Masa spil foto ijazah juga nggak boleh sih?]

Artha masih saja penasaran dengan Ellia. Sampai sekarang Ellia belum memberikan foto pada laki-laki itu. Ellia juga tidak pernah lagi memposting fotonya pada akun WhatsApp sejak Artha hadir dalam hidupnya.

[Buat apa? Gue malas buka lemari nyari ijazah.]

Tidak, tidak ... Ellia bukan malas. Hanya saja Ellia tidak mau membuka lukanya mengingat ijazah adalah luka bagi Ellia. Luka ketika dia harus berjuang mendapatkan ijazah terakhirnya. Hanya ijazah SMA yang Ellia bawa merantau dan beberapa berkas lainnya.

[Susah banget sih, El. Sosial media nggak punya, foto nggak mau kasih. Nanti aku tanya Bella saja.]

Ellia tertawa lalu menutup mulutnya. Takut jika Kellan terbangun. Dia segera mengubah posisinya menjadi memunggungi Kellan.

Jam sudah menunjukkan pukul dua malam dan tidak ada tanda-tanda Artha menyudahi chatting nya ini.

[Lo nggak tidur apa? Gue banyak kerjaan yang harus di selesaikan sebelum pegang kerjaan rumah.]

Ellia heran dengan Artha, sejak tadi terus berkirim pesan kepadanya. Bahkan Ellia belum ingat pun, Artha sudah mulai curhat padanya. Juga Ellia heran sampai larut seperti ini Artha masih tetap mengirimkan pesan padanya. Apa istri Artha itu tidak curiga? Atau marah misalnya.

Ellia memilih menyudahi obrolan mereka ini, memilih untuk kembali menulis lalu lanjut ke dapur menyiapkan bahan untuk memasak dan membuat sarapan.

[Besok lagi ya. Good night, Artha Kusuma Rajendra!]

[Ya udah met kerja.]

Artha membalas dengan cepat. Ellia pun segera mematikan sambungan datanya dan mulai menulis. Ada ide yang baru saja muncul tentang cerita Artha ini.

"Bad boy and cute girl mungkin bagus. Istrinya itu kan cantik."

"Artha Kusuma Rajendra." Ellia menggumam nama itu, untuk dia ubah dan menjadi tokoh utama dalam cerita novelnya.

Ellia memulai lembar pertama. Membuat nama tokoh lalu outline agar ketika nanti menulis lebih mudah meski kadang berbeda dengan outline yang dia buat. Padahal Ellia belum menyelesaikan cerita novel yang masih ongoing. Satu judul belum update hari ini.

Malam ini Ellia terjaga demi sebuah cita-cita yang ingin di raihnya. Mungkin sekarang dia belum banyak menikmati hasil dari menulis. Namun, Ellia percaya jika suatu hari nanti dia bisa menghasilkan uang yang lumayan dari menulis dan bisa membeli laptop seperti yang Ellia inginkan.

Ketika Ellia dikecewakan oleh seseorang, maka dia akan menuangkannya kedalam sebuah tulisan. Sejak membuka lembaran baru dalam kehidupannya dan kembali terjun ke dunia literasi, sejak saat ini Ellia menarik diri dari apa yang membuatnya tidak nyaman. Ellia memilih menjadi diri sendiri lagi. Lelah karena selama beberapa tahun ini dia harus berpura-pura menjadi orang lain.

Menghabiskan waktu luang untuk sebuah karya, meski masih ada yang merendahkannya membuat Ellia tidak pernah patah semangat. Ya, walaupun kadang merasa ceritanya belum sebagus penulis lain, tapi Ellia selalu yakin jika semua butuh proses dan tidak ada yang secara instan.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!