Bab Empat Belas

Ghendis yang kelelahan menghentikan kerjanya. Dia ingat tadi Aksa berkata jika di balik lemari buku itu ada kamar. Dia lalu masuk dan membaringkan tubuhnya. Lima belas menit berlalu dia langsung terlelap.

Aksa yang baru selesai rapat langsung kembali ke kantor. Saat masuk ruang kerjanya, pria itu terkejut karena tak melihat Ghendis. Dia lalu bertanya dengan sekretarisnya, di mana istrinya berada.

"Kemana Ghendis?" tanya Aksa begitu Tuti masuk ke ruang kerjanya.

"Saya tak tahu, Pak. Tadi saya makan siang, tak tahu kemana Bu Ghendis. Mungkin keluar mencari makanan," jawab Tuti.

"Apa kamu tak jadi membelikan makan siang buat Bu Ghendis?" tanya Aksa dengan menghardik.

Tuti tampak terkejut dengan pertanyaan atasannya. Dia baru teringat jika Aksa tadi meminta dia untuk memesan makanan dan minuman untuk sang istri. Karena rasa cemburunya pada Ghendis yang duduk di kursi atasannya itu sehingga melupakan semua itu.

"Maaf, Pak. Saya lupa ...," jawab Tuti pelan dengan nada ketakutan.

Aksa tak percaya dengan jawaban yang dia dengar. Jadi sekretarisnya tak menyediakan makan siang. Apa Ghendis marah dan langsung pulang, pikir Aksa dalam hatinya.

"Terus cemilan dan jus juga tak kamu beri?" tanya Aksa dengan nada tinggi.

"Maaf, Pak. Saya benar-benar lupa. Saya lupa ada istri Bapak di ruangan. Setelah bapak pergi saya melanjutkan pekerjaan," ucap Tuti dengan ketakutan

Aksa langsung menggebrak meja dengan keras. Buku di atas meja jadi berantakan. Tuti hanya bisa menunduk. Dia menyesali diri sendiri kenapa bisa melupakan hal itu. Dia mengakui semua salahnya.

"Keluar ...! Kau cari tahu kemana istriku pergi!" ucap Aksa dengan suara tinggi.

"Baik, Pak!" ucap Tuti ketakutan. Dia lalu keluar dari ruangan dengan segera.

Sampai di ruangan kerjanya, Tuti bertanya dengan karyawan lain, apa ada yang melihat Ghendis. Semua karyawan mengatakan tidak melihat gadis itu keluar dari ruangan.

"Kenapa tak minta Pak Aksa periksa CCTV di ruangannya saja," saran seorang karyawan.

Mendengar saran itu Tuti sedikit lega. Kenapa dia tak berpikir kesana. Wanita itu lalu berdiri dan kembali berjalan menuju ruang Aksa.

Di dalam ruang kerjanya Aksa mencoba menghubungi ponsel Ghendis, dan ternyata berada di atas meja. Hal itu membuat Aksa makin kuatir.

"Kenapa dia meninggalkan ponselnya? Dasar ceroboh, jika terjadi sesuatu bagaimana? Bagaimana caranya minta tolong jika ponselnya ketinggalan begini?"

Aksa melihat ke meja dan memeriksa hasil kerja gadis itu. Sebagian tampak telah dia audit.

"Kerjanya sangat cepat. Pantas Pak Andre mengistimewakan Ghendis. Apa dia tak makan dan minum dari pagi, dan hanya mengerjakan semua ini?" tanya Aksa pada dirinya sendiri.

Tuti mengetuk pintu ruang kerja Aksa, dan terdengar sahutan dengan suara cukup keras. Sepertinya pria itu masih dalam emosi yang tinggi.

"Apa kau sudah tahu di mana istriku?" tanya Aksa dengan suara penuh penekanan.

"Maaf, Pak. Seluruh karyawan di lantai ini mengatakan jika istri Bapak tidak ada keluar dari ruang ini. Apakah mungkin dia masih berada di sini? Di kamar istirahat Bapak mungkin? Bapak bisa periksa CCTV," ucap Tuti pelan karena masih takut.

Wanita itu memang mengetahui ada kamar di ruang kerja ini karena hanya dia yang diizinkan masuk dan membersihkannya. Mendengar ucapan Tuti Aksa jadi teringat jika dia yang meminta Ghendis tadi masuk.

Tanpa melihat CCTV dulu, Aksa langsung menuju kamar tersembunyi itu. Tuti mengekor dari belakang. Saat pintu terbuka, langsung terlihat Ghendis yang terlelap. Pahanya cukup terekspos karena rok span yang dia pakai terangkat hingga pangkal paha.

Aksa menarik napas melihat pemandangan indah di depannya. Dia menutup pintu itu kembali. Memandangi Tuti yang tampak sedang bernapas lega.

"Pesankan makanan untuk istriku. Pasti dia belum makan!" ucap Aksa.

"Baik, Pak. Saya permisi!" ucap Tuti. Dia lalu beranjak dari ruang kerja itu.

Setelah memastikan Tuti pergi, Aksa kembali membuka pintu dan mendekati istrinya. Hampir tiga tahun dia tak melihat pemandangan indah begini. Jiwa kelelakiannya bangkit. Aksa duduk di tepi ranjang. Meraba paha mulus sang istri.

Ghendis yang merasakan ada tangan menyentuh kulitnya lalu membuka mata. Aksa dengan cepat menarik tangannya dari paha gadis itu.

"Mas Aksa ...," ucap Ghendis. Dia mencoba mengembalikan kesadaran sepenuhnya. Baru dia ingat di mana berada. Gadis itu lalu bangun dan tak menyadari jika pergerakannya yang cepat membuat roknya makin tersingkap. Aksa lalu membuang mukanya.

Ghendis bangun dan berdiri dari tidurnya. Merapikan pakaiannya. Wajahnya memerah karena malu, menyadari rok nya yang tersingkap.

"Kamu sudah makan?" Aksa bertanya untuk menghilangkan kecanggungan di antara keduanya.

"Belum ... mataku ngantuk. Jadi tidur dulu," jawab Ghendis.

'Apa di kantor kamu selalu begini? Tidur setelah bekerja dan melupakan makan?" tanya Aksa.

Ghendis menganggukan kepalanya. Diakui gadis itu jika kelemahannya adalah gampang ngantuk.

Di kantor, ketika jam istirahat sering dia gunakan untuk tidur. Dicky yang selalu menasehati dia agar makan dulu. Tapi Ghendis selalu tak mengacuhkan. Dicky akan mengalah dengan menemaninya tidur di ruang kesehatan kantor.

"Makanlah dulu! Aku tak kau sakit. Apa kata mama nanti jika tahu kau sakit. Pasti mengira aku memforsir tenagamu padahal kau yang telat makan," ucap Aksa.

Alis mata Ghendis terangkat mendengar ucapan pria itu. Sejak kemarin es kutup utara sepertinya sudah mulai mencair. Aksa mulai banyak bicara.

Aksa dan Ghendis lalu keluar dari kamar itu. Pria itu tampak berjalan dengan tergesa. Dia menarik rambutnya dan mengusap wajahnya dengan kasar.

"Ada apa denganmu, Aksa. Hampir saja kau melakukan hal itu dengan gadis itu. Ingat Aksa, walau dia istrimu tapi ini kantor dan kalian juga belum dekat," gumam Aksa pada dirinya sendiri.

Tuti mengantar makanan yang dia pesan untuk Ghendis. Gadis itu duduk di sofa dan menyantap makanan itu segera. Tak ada rasa malu. Dia langsung memakan semua dengan lahap.

"Apa dia tak takut gemuk? Grace tak akan mau makan nasi sebanyak itu. Dan dia juga tak akan memakan itu semua, takut tubuhnya gemuk. Tapi gadis itu menyantap semuanya tanpa ada rasa takut. Badannya juga proporsional. Bagus. Apa dia rajin olah raga?" Banyak pertanyaan berkecamuk dalam pikiran pria itu. Matanya terus menatap tanpa kedip.

"Kenyang banget ...," ucap Ghendis setelah menghabiskan semua itu.

"Apa kamu selalu makan dengan porsi kuli begitu?" tanya Aksa dengan rasa ingin tahu.

Setahu Aksa, setiap wanita akan berpikir untuk menyantap semua hidangan itu. Mereka beralasan takut gemuk.

"Kenapa ...? Berpikir itu perlu tenaga ekstra dan itu di dapat dari makanan. Jika perut lapar, otak tak bekerja maksimal," jawab Ghendis.

Jawaban Ghendis membuat Aksa tersenyum. Hal itu membuat gadis itu takjub. Baru pertama kali dia melihat pria itu tersenyum.

"Ternyata Mas Aksa jauh lebih ganteng jika tersenyum begitu," ucap Ghendis.

Ucapan gadis itu membuat senyum Aksa langsung hilang. Ghendis menutup mulutnya menyadari ucapannya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

ngk thour, ganteng jauh Dicky lebih keren drAska, Aska hanya menang kaya dan mines Ahlak. 🤪

2025-03-01

0

Cevineine

Cevineine

lanjut thor

2024-11-30

0

Ita Zarah

Ita Zarah

ghendis emang hebat cuekin tu si kutup biar keki sendiri

2024-11-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab Satu
2 Bab Dua
3 Bab Tiga
4 Bab Empat
5 Bab Lima
6 Bab Enam
7 Bab Tujuh
8 Bab Delapan
9 Bab Sembilan
10 Bab Sepuluh
11 Bab Sebelas
12 Bab Dua Belas
13 Bab Tiga Belas
14 Bab Empat Belas
15 Bab Lima Belas
16 Bab Enam Belas
17 Bab Tujuh Belas
18 Bab Delapan Belas
19 Bab Sembilan Belas
20 Bab Dua Puluh
21 Bab Dua Puluh Satu
22 Bab Dua Puluh Dua
23 Bab Dua Puluh Tiga
24 Bab Dua Puluh Empat
25 Bab Dua Puluh Lima
26 Bab Dua Puluh Enam
27 Bab Dua Puluh Tujuh
28 Bab Dua Puluh Delapan
29 Bab Dua Puluh Sembilan
30 Bab Tiga Puluh
31 Bab Tiga Puluh Satu
32 Bab Tiga Puluh Dua
33 Bab Tiga Puluh Tiga
34 Bab Tiga Puluh Empat
35 Promo Novel Terbaru
36 Bab Tiga Puluh Lima
37 Bab Tiga Puluh Enam
38 Bab Tiga Puluh Tujuh
39 Bab Tiga Puluh Delapan
40 Bab Tiga Puluh Sembilan
41 Bab Empat Puluh
42 Bab Empat Puluh Satu
43 Bab Empat Puluh Dua
44 Bab Empat Puluh Tiga
45 Bab Empat Puluh Empat
46 Bab Empat Puluh Lima
47 Bab Empat Puluh Enam
48 Bab Empat Puluh Tujuh
49 Bab Empat Puluh Delapan
50 Bab Empat Puluh Sembilan
51 Bab Lima Puluh
52 Bab Lima Puluh Satu
53 Bab Lima Puluh Dua
54 Bab Lima Puluh Tiga
55 Bab Lima Puluh Empat
56 Bab Lima Puluh Lima
57 Bab Lima Puluh Enam
58 Bab Lima Puluh Tujuh
59 Bab Lima Puluh Delapan
60 Bab Lima Puluh Sembilan
61 Bab Enam Puluh
62 Bab Enam Puluh Satu
63 Bab Enam Puluh Dua
64 Bab Enam Puluh Tiga
65 Bab Enam Puluh Empat
66 Bab Enam Puluh Lima
67 Bab Enam Puluh Enam
68 Bab Enam Puluh Tujuh
69 Bab Enam Puluh Delapan
70 Bab Enam Puluh Sembilan
71 Bab Tujuh Puluh
72 Bab Tujuh Puluh Satu
73 Bab Tujuh Puluh Dua
74 Bab Tujuh Puluh Tiga
75 Bab Tujuh Puluh Empat
76 Bab Tujuh Puluh Lima
77 Bab Tujuh Puluh Enam
78 Bab Tujuh Puluh Tujuh
79 Bab Tujuh Puluh Delapan
80 Bab Tujuh Puluh Sembilan
81 Bab Delapan Puluh
82 Bab Delapan Puluh Satu
83 Bab Delapan Puluh Dua
84 Bab Delapan Puluh Tiga
85 Bab Delapan Puluh Empat
86 Bab Delapan Puluh Lima
87 Bab Delapan Puluh Enam
88 Bab Delapan Puluh Tujuh
89 Novel ISTRI KEDUA
90 Bab Delapan Puluh Delapan
91 Bonchap
92 Promo Novel Terbaru
93 Pengantin Pengganti Tanpa Nasab
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab Satu
2
Bab Dua
3
Bab Tiga
4
Bab Empat
5
Bab Lima
6
Bab Enam
7
Bab Tujuh
8
Bab Delapan
9
Bab Sembilan
10
Bab Sepuluh
11
Bab Sebelas
12
Bab Dua Belas
13
Bab Tiga Belas
14
Bab Empat Belas
15
Bab Lima Belas
16
Bab Enam Belas
17
Bab Tujuh Belas
18
Bab Delapan Belas
19
Bab Sembilan Belas
20
Bab Dua Puluh
21
Bab Dua Puluh Satu
22
Bab Dua Puluh Dua
23
Bab Dua Puluh Tiga
24
Bab Dua Puluh Empat
25
Bab Dua Puluh Lima
26
Bab Dua Puluh Enam
27
Bab Dua Puluh Tujuh
28
Bab Dua Puluh Delapan
29
Bab Dua Puluh Sembilan
30
Bab Tiga Puluh
31
Bab Tiga Puluh Satu
32
Bab Tiga Puluh Dua
33
Bab Tiga Puluh Tiga
34
Bab Tiga Puluh Empat
35
Promo Novel Terbaru
36
Bab Tiga Puluh Lima
37
Bab Tiga Puluh Enam
38
Bab Tiga Puluh Tujuh
39
Bab Tiga Puluh Delapan
40
Bab Tiga Puluh Sembilan
41
Bab Empat Puluh
42
Bab Empat Puluh Satu
43
Bab Empat Puluh Dua
44
Bab Empat Puluh Tiga
45
Bab Empat Puluh Empat
46
Bab Empat Puluh Lima
47
Bab Empat Puluh Enam
48
Bab Empat Puluh Tujuh
49
Bab Empat Puluh Delapan
50
Bab Empat Puluh Sembilan
51
Bab Lima Puluh
52
Bab Lima Puluh Satu
53
Bab Lima Puluh Dua
54
Bab Lima Puluh Tiga
55
Bab Lima Puluh Empat
56
Bab Lima Puluh Lima
57
Bab Lima Puluh Enam
58
Bab Lima Puluh Tujuh
59
Bab Lima Puluh Delapan
60
Bab Lima Puluh Sembilan
61
Bab Enam Puluh
62
Bab Enam Puluh Satu
63
Bab Enam Puluh Dua
64
Bab Enam Puluh Tiga
65
Bab Enam Puluh Empat
66
Bab Enam Puluh Lima
67
Bab Enam Puluh Enam
68
Bab Enam Puluh Tujuh
69
Bab Enam Puluh Delapan
70
Bab Enam Puluh Sembilan
71
Bab Tujuh Puluh
72
Bab Tujuh Puluh Satu
73
Bab Tujuh Puluh Dua
74
Bab Tujuh Puluh Tiga
75
Bab Tujuh Puluh Empat
76
Bab Tujuh Puluh Lima
77
Bab Tujuh Puluh Enam
78
Bab Tujuh Puluh Tujuh
79
Bab Tujuh Puluh Delapan
80
Bab Tujuh Puluh Sembilan
81
Bab Delapan Puluh
82
Bab Delapan Puluh Satu
83
Bab Delapan Puluh Dua
84
Bab Delapan Puluh Tiga
85
Bab Delapan Puluh Empat
86
Bab Delapan Puluh Lima
87
Bab Delapan Puluh Enam
88
Bab Delapan Puluh Tujuh
89
Novel ISTRI KEDUA
90
Bab Delapan Puluh Delapan
91
Bonchap
92
Promo Novel Terbaru
93
Pengantin Pengganti Tanpa Nasab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!