Bab Lima

Aksa berjalan menuju gudang. Alice dari tadi tak mau makan. Dia terus memanggil Mimi. Aksa dan bibi telah membujuk, tapi tetap bocah itu menangis. Padahal biasanya dia juga ditinggal dengan mama atau ibu mertuanya. Entah mengapa pagi ini dia merengek minta bersama Ghendis.

Aksa membuka pintu gudang. Dia melihat Ghendis yang duduk di sudut gudang dengan memeluk kedua lututnya. Gadis itu tersenyum saat melihat suaminya. Bukannya marah atau menangis. Aksa melihat dengan penuh keheranan.

"Keluarlah ...!" perintah Aksa.

"Kenapa cepat banget? Baru dua jam. Ibu saja pernah mengurungku selama seminggu hanya karena aku tak mau masuk perguruan tinggi sesuai keinginannya. Jadi kau salah memberiku hukuman, lebih dari ini sudah aku rasakan!" ucap Ghendis dengan suara serak menahan sebak di dada.

Ghendis ingat betul, saat ibunya mengurung dirinya seminggu di gudang dan tak boleh kemana-mana sebelum dia setuju mendaftar di kampus yang wanita itu inginkan.

Sejak ayahnya meninggal, Ghendis merasa ibunya semakin membenci dirinya. Hanya ayah yang menyayanginya dengan sepenuh hati. Grace, sang kakak sebenarnya juga sayang. Namun, dia terkadang tampak ada rasa iri pada Ghendis jika adiknya itu juara.

Grace dan Ghendis berbeda dalam prestasi. Jika Ghendis ke akademis, kalau Grace lebih ke prestasi non akademis, seperti model dan akting. Dia memang cantik dan modis.

Aksa terkejut mendengar pengakuan Ghendis. Dia sepertinya tak percaya dengan ucapan gadis itu. Yang dia tahu mertuanya baik dan lembut seperti Grace.

"Jangan membuat cerita bohong. Apa kamu pikir aku percaya. Mana mungkin ibu melakukan itu? Jika pun itu benar, pasti karena kamu yang tak bisa di atur dan membantah semua ucapan ibu!" ucap Aksa dengan suara penuh emosi.

Belum sempat Ghendis menjawab, terdengar suara bocah memanggil namanya dan berlari ke arah gadis itu.

"Mimi ...!" panggil Alice dan berlari ke arah gadis itu duduk.

Ghendis mengembangkan tangannya agar Alice masuk ke dalam pelukan. Tangisnya pecah saat memeluk bocah itu. Salah satu alasan dia menerima pernikahan ini.

"Mimi menangis ...," ucap Alice. Tangan mungilnya menghapus air mata Ghendis.

"Mata Mimi kelilipan," ucap Ghendis berbohong.

"Mimi kenapa di sini?" tanya Alice.

Pertanyaan Alice membuat Aksa terkejut, takut jika Ghendis mengatakan kebenarannya. Dia tak ingin Alice marah.

"Tadi Mimi mau membersihkan gudang ini," jawab Ghendis.

"Mimi, Alice lapar. Mau makan ..."

"Kasihan anak Mimi, lapar ya? Mimi suapin sekarang. Mari kita makan ...." Ghendis bicara dengan suara riang seperti tidak terjadi sesuatu.

Dia lalu berdiri dan menggendong Alice. Aksa memandangi keduanya tanpa kedip. Dia melihat lutut gadis itu yang terlihat memar pasti karena tadi tersungkur saat mendorongnya. Pergelangan tangannya juga terlihat membiru.

Aksa mengusap wajahnya kasar. Dia juga menarik rambutnya frustasi. Melangkah mengikuti Ghendis yang telah lebih dahulu berjalan.

"Apa aku tadi sudah keterlaluan? Aku hanya tak ingin dia kerja, karena aku tahu kekasihnya bekerja satu kantor. Aku tak mau dia membujuk Ghendis untuk meninggalkanku. Alice bisa menangis jika berpisah dari gadis itu. Aku butuh dia untuk putriku," gumam Aksa dalam hatinya.

Menghindari Aksa, gadis itu membawa Alice makan di taman. Saat ini dia tak ingin menatap wajah pria itu. Hatinya masih sangat sakit. Terkadang Ghendis bertanya dalam hati, apa yang membuat Grace begitu mencintai lelaki dingin itu.

Ghendis menyuapi Alice sambil bocah itu main. Tiba-tiba dia berdiri dekat kaki gadis itu. Memegang lututnya yang sakit. Dia sedikit meringis.

"Kaki Mimi sakit?" tanya bocah itu dengan polos.

"Tak apa, Sayang. Mimi sudah biasa merasakan sakit. Lebih dari ini saja Mimi kuat," ucap Ghendis lirih.

Aksa yang berdiri di balik pintu mendengar ucapan Ghendis. Hatinya merasa tertusuk. Dia bertanya dalam hati, kenapa gadis itu selalu mengatakan jika dia telah merasakan kesakitan yang lebih parah, sebenarnya apa yang telah dia alami dan jalani.

"Habis makan, cantiknya Mimi mandi dan setelah itu bobok," ucap Ghendis.

"Alice bobok dengan Mimi," pinta sang bocah.

Ghendis mengangguk sambil tersenyum. Aksa melihatnya dengan tatapan tanpa kedip saat gadis itu mengembangkan senyumnya.

**

Ghendis yang menidurkan Alice ikut tertidur. Dia melewatkan makan siangnya. Tak ingin bertemu dengan pria yang telah menjadi suaminya itu.

Aksa melihat jam telah menunjukkan pukul tiga sore, tapi tak melihat Ghendis turun dari lantai atas ke dapur untuk makan. Pria itu akhirnya melangkahkan kakinya menuju kamar putrinya.

Dengan pelan dia mencoba membuka pintu, ternyata tidak di kunci. Aksa melangkah masuk dan melihat Ghendis tertidur dengan memeluk putrinya. Masih tersisa air mata di pipi gadis itu.

"Sepertinya dia habis menangis. Apakah gadis keras kepala seperti dia masih bisa mengeluarkan air mata?" tanya Aksa dalam hatinya sambil menatap tanpa kedip ke wajah gadis itu.

Tiba-tiba Ghendis menggeliatkan tubuhnya. Aksa langsung berjalan cepat meninggalkan kamar. Tak mau gadis itu tahu jika dia masuk ke kamar sang putri sambil menatap wajahnya.

Ghendis bangun dan melihat ke samping, tenyata sang ponakan masih terlelap dalam alam mimpinya. Dia bangun dan berjalan menuju jendela. Menatap pemandangan di luar dengan perasaan yang sedih. Air matanya tak bisa di bendung lagi. Jatuh membasahi pipinya.

"Sebenarnya apa rencana-Mu Tuhan. Aku rasanya ingin menyerah dengan ujianmu ini. Mentalku benar-benar terkuras. Jiwaku tidak sedang baik-baik saja. Aku memendam semuanya tanpa seorangpun yang mengetahui keadaanku. Mereka tertipu dengan senyum manisku, wajah ceriaku, dan dengan tawaku. Kepalaku hampir pecah dan aku benar-benar lelah. Rasanya ingin berhenti sejenak untuk bernapas dengan lega," gumam Ghendis pada dirinya sendiri. Air matanya turun dengan deras membasahi pipinya.

Cukup lama Ghendis menangis. Tak ingin seorang pun tahu kerapuhan dirinya sehingga gadis itu memilih kuat dihadapan orang walau sebenarnya dia rapuh.

"Jangan menangis walau masalahmu berat. Anggap saja itu pelajaran yang membuat dirimu semakin kuat. Ingatlah, akan ada senyuman setelah air mata. Karena tidak akan ada perjuangan yang sia-sia. Tetaplah jaga hatimu agar tidak lagi disakiti," ucap Ghendis pada dirinya sendiri dengan mengusap air matanya dengan kasar.

Pintu kamar itu di buka secara perlahan oleh seseorang, membuat lamunan Ghendis buyar. Saat pintu telah terbuka lebar, tampak mama Aksa berdiri di balik pintu. Wanita itu masuk dan tersenyum dengannya.

Ghendis berjalan menyusul ibu mertuanya. Menyalami dan mencium tangannya. Ibu membalas dengan mengusap pucuk kepala menantunya itu. Mama Reni, mamanya Aksa sangat berbeda dengan anak prianya. Wanita paruh baya itu sangat lembut. Mereka duduk di sofa dekat jendela.

"Ghendis, apakah Aksa memperlakukan kamu dengan baik atau dengan kasar?" tanya Mama Reni.

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

kalau terus di buat sebagai baby siter, mending ngundur Diri Ghendis, dgn teratur dgn tdk di nikahin toh tetap sayangnya utk ponakan tdk akan hilang. Aksa egois. gemes amat liat perangainya

2025-03-01

0

Bupoh

Bupoh

Sediihhhh,,,bikin mewek trs dr bab awal😭😭😭😭,,, ttp sabr dan kuat ya ghendis….💪🏻💪🏻💪🏻

2024-11-06

0

Dark chocolate

Dark chocolate

gue cepuin ya : KASAR MAMA RENIII!!! ANAKMU KASAR KE CEWEK GUEEE

2024-12-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab Satu
2 Bab Dua
3 Bab Tiga
4 Bab Empat
5 Bab Lima
6 Bab Enam
7 Bab Tujuh
8 Bab Delapan
9 Bab Sembilan
10 Bab Sepuluh
11 Bab Sebelas
12 Bab Dua Belas
13 Bab Tiga Belas
14 Bab Empat Belas
15 Bab Lima Belas
16 Bab Enam Belas
17 Bab Tujuh Belas
18 Bab Delapan Belas
19 Bab Sembilan Belas
20 Bab Dua Puluh
21 Bab Dua Puluh Satu
22 Bab Dua Puluh Dua
23 Bab Dua Puluh Tiga
24 Bab Dua Puluh Empat
25 Bab Dua Puluh Lima
26 Bab Dua Puluh Enam
27 Bab Dua Puluh Tujuh
28 Bab Dua Puluh Delapan
29 Bab Dua Puluh Sembilan
30 Bab Tiga Puluh
31 Bab Tiga Puluh Satu
32 Bab Tiga Puluh Dua
33 Bab Tiga Puluh Tiga
34 Bab Tiga Puluh Empat
35 Promo Novel Terbaru
36 Bab Tiga Puluh Lima
37 Bab Tiga Puluh Enam
38 Bab Tiga Puluh Tujuh
39 Bab Tiga Puluh Delapan
40 Bab Tiga Puluh Sembilan
41 Bab Empat Puluh
42 Bab Empat Puluh Satu
43 Bab Empat Puluh Dua
44 Bab Empat Puluh Tiga
45 Bab Empat Puluh Empat
46 Bab Empat Puluh Lima
47 Bab Empat Puluh Enam
48 Bab Empat Puluh Tujuh
49 Bab Empat Puluh Delapan
50 Bab Empat Puluh Sembilan
51 Bab Lima Puluh
52 Bab Lima Puluh Satu
53 Bab Lima Puluh Dua
54 Bab Lima Puluh Tiga
55 Bab Lima Puluh Empat
56 Bab Lima Puluh Lima
57 Bab Lima Puluh Enam
58 Bab Lima Puluh Tujuh
59 Bab Lima Puluh Delapan
60 Bab Lima Puluh Sembilan
61 Bab Enam Puluh
62 Bab Enam Puluh Satu
63 Bab Enam Puluh Dua
64 Bab Enam Puluh Tiga
65 Bab Enam Puluh Empat
66 Bab Enam Puluh Lima
67 Bab Enam Puluh Enam
68 Bab Enam Puluh Tujuh
69 Bab Enam Puluh Delapan
70 Bab Enam Puluh Sembilan
71 Bab Tujuh Puluh
72 Bab Tujuh Puluh Satu
73 Bab Tujuh Puluh Dua
74 Bab Tujuh Puluh Tiga
75 Bab Tujuh Puluh Empat
76 Bab Tujuh Puluh Lima
77 Bab Tujuh Puluh Enam
78 Bab Tujuh Puluh Tujuh
79 Bab Tujuh Puluh Delapan
80 Bab Tujuh Puluh Sembilan
81 Bab Delapan Puluh
82 Bab Delapan Puluh Satu
83 Bab Delapan Puluh Dua
84 Bab Delapan Puluh Tiga
85 Bab Delapan Puluh Empat
86 Bab Delapan Puluh Lima
87 Bab Delapan Puluh Enam
88 Bab Delapan Puluh Tujuh
89 Novel ISTRI KEDUA
90 Bab Delapan Puluh Delapan
91 Bonchap
92 Promo Novel Terbaru
93 Pengantin Pengganti Tanpa Nasab
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab Satu
2
Bab Dua
3
Bab Tiga
4
Bab Empat
5
Bab Lima
6
Bab Enam
7
Bab Tujuh
8
Bab Delapan
9
Bab Sembilan
10
Bab Sepuluh
11
Bab Sebelas
12
Bab Dua Belas
13
Bab Tiga Belas
14
Bab Empat Belas
15
Bab Lima Belas
16
Bab Enam Belas
17
Bab Tujuh Belas
18
Bab Delapan Belas
19
Bab Sembilan Belas
20
Bab Dua Puluh
21
Bab Dua Puluh Satu
22
Bab Dua Puluh Dua
23
Bab Dua Puluh Tiga
24
Bab Dua Puluh Empat
25
Bab Dua Puluh Lima
26
Bab Dua Puluh Enam
27
Bab Dua Puluh Tujuh
28
Bab Dua Puluh Delapan
29
Bab Dua Puluh Sembilan
30
Bab Tiga Puluh
31
Bab Tiga Puluh Satu
32
Bab Tiga Puluh Dua
33
Bab Tiga Puluh Tiga
34
Bab Tiga Puluh Empat
35
Promo Novel Terbaru
36
Bab Tiga Puluh Lima
37
Bab Tiga Puluh Enam
38
Bab Tiga Puluh Tujuh
39
Bab Tiga Puluh Delapan
40
Bab Tiga Puluh Sembilan
41
Bab Empat Puluh
42
Bab Empat Puluh Satu
43
Bab Empat Puluh Dua
44
Bab Empat Puluh Tiga
45
Bab Empat Puluh Empat
46
Bab Empat Puluh Lima
47
Bab Empat Puluh Enam
48
Bab Empat Puluh Tujuh
49
Bab Empat Puluh Delapan
50
Bab Empat Puluh Sembilan
51
Bab Lima Puluh
52
Bab Lima Puluh Satu
53
Bab Lima Puluh Dua
54
Bab Lima Puluh Tiga
55
Bab Lima Puluh Empat
56
Bab Lima Puluh Lima
57
Bab Lima Puluh Enam
58
Bab Lima Puluh Tujuh
59
Bab Lima Puluh Delapan
60
Bab Lima Puluh Sembilan
61
Bab Enam Puluh
62
Bab Enam Puluh Satu
63
Bab Enam Puluh Dua
64
Bab Enam Puluh Tiga
65
Bab Enam Puluh Empat
66
Bab Enam Puluh Lima
67
Bab Enam Puluh Enam
68
Bab Enam Puluh Tujuh
69
Bab Enam Puluh Delapan
70
Bab Enam Puluh Sembilan
71
Bab Tujuh Puluh
72
Bab Tujuh Puluh Satu
73
Bab Tujuh Puluh Dua
74
Bab Tujuh Puluh Tiga
75
Bab Tujuh Puluh Empat
76
Bab Tujuh Puluh Lima
77
Bab Tujuh Puluh Enam
78
Bab Tujuh Puluh Tujuh
79
Bab Tujuh Puluh Delapan
80
Bab Tujuh Puluh Sembilan
81
Bab Delapan Puluh
82
Bab Delapan Puluh Satu
83
Bab Delapan Puluh Dua
84
Bab Delapan Puluh Tiga
85
Bab Delapan Puluh Empat
86
Bab Delapan Puluh Lima
87
Bab Delapan Puluh Enam
88
Bab Delapan Puluh Tujuh
89
Novel ISTRI KEDUA
90
Bab Delapan Puluh Delapan
91
Bonchap
92
Promo Novel Terbaru
93
Pengantin Pengganti Tanpa Nasab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!