"Melihat keduanya shafa merasa muak, jika saja menuruti hawa nafsu, ingin rasanya shafa pergi kedapur mengambil benda apa saja dan menghantam kan nya dia wajah kedua sejoli tidak tau malu itu.
Tapi tidak ingin menciptakan rasa sakit bukan pada raganya saja, melainkan seluruh hidupnya, hingga detik demi detik hanya bergelung nestapa.
"Shafa mencoba bersikap acuh meski ubun ubunya terasa membara.
Wanita cantik berbalut hijab pasmina berwana peach itu lebih memilih fokus pada secangkir teh kemudian menyesap nya.
Mungkin kali ini lebih tepat nya, shafa terlihat seperti orang bodoh yang membiarkan kedua pengkhianat yang menghancurkan hidupnya bebas berkeliaran dirumah miliknya.
"Dek... kamu sudah makan'?
tanya cakra memecah keheningan.
Kamu tidak lihat mas, aku masih menikmati teh.
jawab shafa terdengar acuh.
" Cakra mencoba meletakkan tangan nya dipungung tangan shafa yang berada di atas meja.
namun shafa yang menyadari segera menarinya,
kemudian berpindah tempat agar sedikit menjauh.
Pria itu mengela nafas dalam, mamang tidak akan mudah meluluhkan hati shafa.
tapi ia akan berusaha, setidaknya satu langkah telah berhasil, tidak mendebatnya shafa atas kehadiran Alena kali ini.
Cakra tau memang rasa percaya dirinya tidak pernah salah.
shafa yang masih berada dalam genggaman nya.
begitu pekik cakra.
"Dek.. Terima kasih kamu sudah menerima Alena, aku tau kamu wanita hebat.
aku janji akan berusaha adil dan mulai membagi rata atas cinta yang aku miliki pada kalian.
ujar cakra.
sungguh kalimat itu terdengar semakin menjijikkan, dan nyaris membuat shafa hampir muntah.
"Sabar,, shafa,, sabar,
bisik batin shafa membesarkan hati.
Shafa tidak berniat menjawabnya, sebab mbok minah datang dengan membawa dua piring makanan, satu untuknya dan satunya untuk cakra.
wanita paruh baya itu mulai meletakkan satu persatu didepan pemiliknya.
"Kening cakra berkerut, melihat hanya ada dua piring di atas meja yang mbok nah bawa.
" Satu lagi mbok, untuk alena"
dan tolong nanti antarkan juga makanan untuk anak-anak alena dikamar ya mbok.
ujan nya terdengar santai memerintah dengan penuh percaya diri.
"Aku tidak mengizinkan, sela Shafa.
kalau dia ingin makan suruh bikin sendiri, disini dia hanya seorang benalu yang kehadiran nya tak di inginkan pemilik rumah.
ucap shafa, terdengar santai namun begitu tajam menghujam.
Wajah alena yang semula berseri berubah menjadi suram.
sudut matanya sudah dipenuhi embun sembari menatap cakra mengharap pembelaan.
"Dek,, tolonglah jangan seenaknya, kamu kan tau alena sedah hamil.
Aku sudah tau mas,!
dan tidak perlu terus menerus diingatkan.
Sekarang lanjutkan saja makan mu, dia kan masih punya tangan dan kaki untuk membuat sarapan sendiri,
jangan bisanya cuma membuka selangkangan murahan untuk memporak porandakan rumah tangga orang.
kalimat sindiran shafa, semakin membuat alena tidak Terima.
"Wanita itu ingin cakra membelanya, namun pria itu hanya mengusap pungung tangan nya.
memberi kode agar dirinya tetap bersabar.
Alena merasa menjadi semakin terhina,
Alena mendengus kesal sebagai lampiasan kemarahan nya, sebab hanya itu yang bisa saat ini ia lakukan.
Namun sejurus kemudian senyumnya terbit kala cakra mengeser piring berisi nasi goreng miliknya dan memberikan padanya untuk segera disantap nya.
" Bukannya ini kesempatan bagus untuk membuat shafa cemburu, pikir Alena
"Makanlah makanan mu mas'!
atau aku berubah pikiran, jangan membuat ku menyeret wanita tidak tau diri ini keluar dari rumahku sekarang juga,!
jangan membuat kesabaran habis.
shafa kembali mengucapkan ultimatum nya.
Membuat Alena yang semula ingin memulai sarapan seketika terhenti.
Wanita yang tengah hamil itu kembali meletakkan sendok di atas meja dengan kasar.
"Shafa memutar bola matanya tak perduli sedikitpun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussukses
2024-11-23
0
Maria Magdalena Indarti
bagus shafa
2024-03-30
0
Endang Supriati
klu sy jd syafa,klu si cakra engga makan ambil dan lempar
2024-02-28
0