Bertahan untuk Hidup .

Melihat kegembiraan di wajah sang adik, hati Jiang Bi merasa sangat terharu sekali, di cium nya pipi gembul putih kemerahan itu yang menggembung karena penuh berisi daging kelinci dan rebung bakar.

"Adik tinggal di dalam goa ya, kakak mau mengumpulkan kayu bakar kedalam goa, serta membuat tempat kita tidur nanti malam ya?" ucap Jiang Bi.

Dengan wajah sendu, Cin Hai menggelengkan kepala nya.

"Tidak mau!, Cin Hai mau ikut kakak aja, Cin Hai takut kakak hilang!" ucap lugu anak kecil itu dengan mata berkaca kaca.

Melihat itu, hati Jiang Bi merasa terenyuh, di peluk nya tubuh mungil sang adik sambil mencium pipi nya, "ya sudah, adik jangan menangis, tunggu kakak mau mengaman kan sisa kelinci bakar dan rebung kita dulu" Jiang Bi segera menggulung sisa makanan mereka kedalam daun palm, lalu mengikat nya dengan akar, serta menggantung nya di pohon yang agak tinggi.

Setelah selesai, dia segera mengajak adik nya mencari ranting ranting kering di sekitar goa itu.

Sedikit demi sedikit, ranting kering itu dia kumpulkan.

"Ayolah adik naik kebelakang kakak, kayu bakar kita sudah cukup banyak, kita pulang ke goa sekarang!" ajak Jiang Bi.

"Cin Hai tidak mau gendong kak, Cin Hai mau bantu kakak membawa kayu kayu itu!" tolak sang adik, tidak ingin di gendong.

Akhirnya dia mengalah, meskipun agak lambat karena harus berjalan dibelakang sang adik.

Cin Hai menggotong kayu kering, meskipun cuma dua atau tiga potong kecil, tetapi terlihat semangat kebersamaan dari nya sangatlah tinggi.

Setelah berulang ulang kali menggotong kayu kayu kering itu kedalam goa, akhirnya selesai juga pekerjaan mereka.

Jiang Bi segera menyusun daun daun palm di dalam goa untuk tempat mereka tidur nanti malam.

Setelah beberapa lama, selesai lah pekerjaan nya menyusun daun daun palm di dalam goa.

"Sekarang kita berburu atau tidur siang dik?" tanya Jiang Bi pada adik nya itu.

"Cin Hai tidak mau tidur siang kak, entar nanti malam susah tidur l!" jawab anak kecil itu.

"Ya sudah deh, ayo kita berburu, tetapi jangan ribut, nanti buruan kita lari!" Jiang Bi membimbing tangan sang adik keluar dari dalam goa itu.

Setiba nya di luar goa, Jiang Bi menyuruh adik nya untuk naik kebelakang nya.

Sambil menggendong sang adik, Jiang Bi berjalan mengendap endap menyusuri dasar hutan itu.

Setelah berjalan beberapa waktu, akhirnya mereka melihat seekor kancil sedang minum di tepi kali kecil.

Sambil mengendap endap, Jiang Bi mempersiapkan panah nya.

Setelah mencapai jarak tembak yang pas, Jiang Bi segera melesatkan anak panah nya kearah kancil itu.

Anak panah melesat menembus rusuk kancil itu dengan tepat, sehingga binatang itu tidak sempat lari, ambruk ketanah.

Melihat keberhasilan sang kakak, Cin Hai bersorak kegirangan sambil berlari ke arah bangkai kancil itu.

"Kakak hebat!, kakak hebat!, kakak yang terbaik!" teriak nya sambil berjingkrak jingkrak gembira.

Sejenak, kepedihan hati Jiang Bi lenyap melihat kegembiraan sang adik.

"Ayo adik, kita bawa kancil ini ke goa, kita asapi supaya awet, kita tidak tahu, besok atau lusa, kita masih bisa bernasib baik apa tidak!" ujar Jiang Bi.

Jiang Bi segera menggotong bangkai kancil itu ke dekat goa untuk di bersih kan.

Setelah selesai, dia menyayat bangkai kelinci itu menjadi beberapa bagian, lalu membawa nya masuk ke dalam goa.

Tidak lupa Jiang Bi memasukan kayu kayu kering kedalam goa, lalu membawa sisa api mereka kedalam, untuk membuat api unggun.

Jiang Bi meletakan batu batu kali, menyusun nya berkeliling menjadi tungku disekeliling api, beberapa batu agak besar di susun sedemikian rupa, sehingga menjadi cukup tinggi.

Diatas batu itu dia beri kayu kecil yang dibuat melintang, agar bisa menampung daging kancil mereka.

Asap tidak menumpuk di dalam goa, karena di ujung sebelah dalam, ada lubang yang tembus keatas goa, tempat asap keluar, mirip sebuah cerobong asap.

Sementara sang adik bermain di dalam goa, Jiang Bi segera mengumpulkan kayu kayu kering kembali, untuk tambahan kayu bakar mereka.

Mungkin karena kelelahan, Cin Hai nampak tertidur diatas daun palm yang dia susun tadi.

Lama Jiang Bi menatap wajah lugu sang adik, ada rasa sedih, ada rasa pilu, rasa haru biru berkumpul menjadi satu.

kebahagiaan yang mereka rasakan beberapa waktu yang lalu, kini harus terenggut dan sirna secara tiba tiba saja.

Jiang Bi tidak mengerti arah yang harus dia tuju kedepan nya nanti, yang dia tahu, dia harus membimbing tangan adik nya, berusaha bangkit berdiri, meskipun terseok terhempas dan mungkin terjatuh, dia bertekad, akan selalu bangkit berdiri tegar, demi si gembul sang adik kesayangan nya itu , dialah harta yang paling berharga satu satu nya yang dia miliki sekarang. Kerabat nya!, saudara nya!, tempat berbagi suka duka bersama, bergandeng tangan saling menguatkan langkah, menapak Dunia yang kejam ini.

Diusap nya air mata yang kembali bergulir di pipi nya, terasa sesak dada nya oleh tangisan yang serasa ingin meledakan Dunia.

"Aku harus tetap hidup, aku ingin jadi orang hebat, akan kucari mereka yang sudah merenggut ayah dan ibu secara paksa dari sisi ku dan adik, tunggulah saat nya akan tiba nanti, utang darah bayar darah, utang nyawa bayar nyawa, aku dan adik masih begitu kecil, mereka renggut kebahagian kami, bidadari pelindung kami, kalian sungguh kejam!, biadab!, akan ku balas dengan luka yang setimpal!" tekad hati Jiang Bi.

Jiang Bi duduk diatas batu di pinggir kali kecil itu, pikiran nya melayang kemasa masa dahulu sewaktu ayah dan ibu nya masih ada.

Jiang Bi dan Cin Hai, meskipun masih kecil, namun memiliki kecerdasan dan daya ingat diatas rata rata, sehingga seluruh gerakan silat yang diajarkan ayah dan ibu nya dahulu, masih membekas di dalam ingatan mereka.

Perlahan Jiang Bi bangkit berdiri, lalu mulai melakukan gerakan silat.

Tubuh nya dengan sangat lincah sekali bergerak kesana kemari, seperti kupu kupu yang menari diatas bunga bunga Ying.

Setelah tubuh nya basah dengan keringat, Jiang Bi segera mengakhiri kegiatan nya, dan kembali duduk diatas batu sambil menghimpun hawa murni nya.

Namun konsentrasi nya terganggu oleh kecipak di dalam air.

Jiang Bi menoleh ke dalam kali, dia melihat beberapa ekor ikan besar sedang berkeliaran di dasar sungai.

Segera dia memungut panah nya, mempersiapkan diri nya untuk membidik salah satu ikan itu.

"Crass !".

Anak panah melesat cepat, menembus tubuh seekor ikan mas besar.

Se ekor ikan mas besar dia angkat dari sungai, dan segera dia bersihkan dan di tusuk dengan kayu kecil.

Baru saja dia selesai membersihkan ikan dan menusuk nya dengan kayu kecil , terdengar suara sang adik dari dalam goa, "kakak!, Uuuuu!, kakak!".

Buru buru Jiang Bi berlari masuk kedalam goa sambil menenteng ikan besar.

Didalam goa,, dia melihat sang adik duduk sambil menangis mencari nya.

Buru buru di letakan nya ikan diatas daun palm, dan berlari menghampiri sang adik.

Cin Hai memeluk Jiang Bi sambil menangis tersedu sedu di dada sang kakak, "kakak nakal!, Kakak nakal!".

"Kaka minta maaf ya, tadi kakak nyari ikan, lihatlah!" Jiang Bi mengangkat ikan besar yang sudah dia bersihkan tadi.

Di usap nya air mata dari pipi gembul sang adik, "ayo kita bakar ikan ini!".

Tangis Cin Hai berhenti ketika dia melihat seekor ikan besar ditangan sang kakak nya itu.

Jiang Bi mengumpulkan sisa sisa api mereka, lalu kembali menambahkan beberapa ranting ke dalam nya.

Hidup terasa berat , namun walau bagai manapun juga, mereka harus menjalani nya.

...****************...

Terpopuler

Comments

herry bjb

herry bjb

emang jaman itu ada ikan mas...kan ikan mas itu hasil persilangan di zaman modern thor

2024-03-25

1

Umar Muhdhar

Umar Muhdhar

7

2024-02-28

0

Slow ego

Slow ego

ok👌 Thor, terus berkarya tulis, semoga sukses novelnya.

2024-02-16

1

lihat semua
Episodes
1 Pertarungan di Tengah Hujan panas.
2 Pembantaian Sadis.
3 Kepedihan hati dua anak manusia.
4 Berusaha bangkit .
5 Bertahan untuk Hidup .
6 Bertarung dengan Serigala Hitam .
7 Serigala yang Terluka.
8 Terpisah.
9 Bertemu Orang Tua yang Baik Hati.
10 Pengemis Renta di Kaki Bukit.
11 Dantian nya Cacat.
12 Ilmu Hui Fung (Angin Berkelebat).
13 Di Tempa Dendam Kesumat.
14 Kenangan Terakhir Sin Kai Sian.
15 Kisah Dua Saudara.
16 Mencari Lembah Dewa Maut.
17 Dikira Pecundang, ternyata Terpandang.
18 Bertemu Si Tua Gila.
19 Jurus San I Koay Sian.
20 Lelaki Aneh, didalam Lembah.
21 Akhir Hidup Sin Tiauw Giam Lo Ong.
22 Pek Tiauw Kong hiap, (Pendekar Muda sang Rajawali putih).
23 Pertarungan Pertama .
24 Diperebutkan Tiga Dara Cantik.
25 Arogansi Penjaga Gerbang.
26 Akhir Sebuah Sikap Arogan.
27 Galau nya Hati Tiga Dara.
28 Pek I Kai Pang (Perkumpulan Pengemis Baju Putih).
29 Dara Cantik, tapi Pemarah.
30 Pengemis Buta.
31 Ramalan Bu Beng San Kui.
32 Bertemu Sahabat Lama
33 Tantangan Dara Sombong.
34 Mendapat Pelajaran Pahit.
35 Meniti Jejak Takdir.
36 Bertemu Kong Thai Sian Shin Liong.
37 Kejatuhan Bulan.
38 Kekaguman sang Dewi.
39 Siang Ti Kui (Sepasang Hantu Tanah).
40 Pertarungan Dimulai.
41 Tewas nya Siang Ti Kui.
42 Tokoh Tokoh Sakti Mulai Berdatangan.
43 Kemelut Thien Giok, Dimulai.
44 Po Siaw Toat Shin (Seruling Pusaka Perenggut Sukma).
45 Petaka Karena Keras Kepala.
46 Amukan Thien Giok.
47 Pengorbanan Seorang Anak Muda.
48 Kesedihan Dewi Li Hwa.
49 Akhir Petaka, Awal nya Duka.
50 Naga Laut Utara.
51 Di Istana Dewa Naga.
52 Jamuan Keluarga di Istana Dewa Naga.
53 Membujuk Putri Manja.
54 Perguruan Teratai Putih.
55 Terjebak rasa Congkak.
56 Tindakan yang Gagal
57 Misteri Tuan Penolong.
58 Ang Coa Sian Li.
59 Ang Coa Ong Ya.
60 Tuan muda Duan.
61 Ang Coa Chu Kiam.
62 Tiba di Kota Tao.
63 Benang merah mulai tersingkap.
64 Jejak di Tengah Rimba.
65 Perkampungan Didalam Tebing Batu.
66 Dinasti Quon.
67 Dendam Klan Duan.
68 Swan Niang di Culik.
69 Mendatangi Markas Klan Duan.
70 Pertarungan di Gerbang Klan Duan.
71 Ang Yu Ji Hwa dan Ban Tok Kiam.
72 Pertarungan.
73 Sang Patriak Klan Duan.
74 Sifat Jumawa Membawa Petaka .
75 Akhir Kisah Klan Duan.
76 Ma Bin Lo Mo.
77 Memprovokasi perasaan Cin Hai.
78 Akhir kisah Ma Bin Lo Mo.
79 Ilmu Jit Yang.
80 Muncul nya Tokoh Tokoh Tua.
81 Teror di Desa Makuo.
82 Hui Kui.
83 Ang Hui Kui
84 Xioyang Bo Ti.
85 Pertarungan di Gerbang Utara Kota Famoa.
86 Arogansi Klan Tuo.
87 Pasukan Keamanan Klan Tuo.
88 Kebejatan Klan Tuo.
89 Tok Ji Shin Cui.
90 Tok Ji Shin Cui.
91 Murka.
92 Pertarungan di Malam Hari.
93 Pengawal Dinasti Quon.
94 Tuan Muda Quon Fei Ruan.
95 Penyesalan Ban Jiu.
96 Gugur sebagai Ksatria terhormat.
97 Ada Api Dendam.
98 Hawa Sihir.
99 Pembunuh Bayaran.
100 Pemancing Tua yang Aneh.
101 Korban Ketamakan.
102 Siocia yang Angkuh.
103 Akibat terlalu Arogan.
104 Bertemu Lagi.
105 Dara Dara Cantik
106 Hukuman Jadi Selir
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Pertarungan di Tengah Hujan panas.
2
Pembantaian Sadis.
3
Kepedihan hati dua anak manusia.
4
Berusaha bangkit .
5
Bertahan untuk Hidup .
6
Bertarung dengan Serigala Hitam .
7
Serigala yang Terluka.
8
Terpisah.
9
Bertemu Orang Tua yang Baik Hati.
10
Pengemis Renta di Kaki Bukit.
11
Dantian nya Cacat.
12
Ilmu Hui Fung (Angin Berkelebat).
13
Di Tempa Dendam Kesumat.
14
Kenangan Terakhir Sin Kai Sian.
15
Kisah Dua Saudara.
16
Mencari Lembah Dewa Maut.
17
Dikira Pecundang, ternyata Terpandang.
18
Bertemu Si Tua Gila.
19
Jurus San I Koay Sian.
20
Lelaki Aneh, didalam Lembah.
21
Akhir Hidup Sin Tiauw Giam Lo Ong.
22
Pek Tiauw Kong hiap, (Pendekar Muda sang Rajawali putih).
23
Pertarungan Pertama .
24
Diperebutkan Tiga Dara Cantik.
25
Arogansi Penjaga Gerbang.
26
Akhir Sebuah Sikap Arogan.
27
Galau nya Hati Tiga Dara.
28
Pek I Kai Pang (Perkumpulan Pengemis Baju Putih).
29
Dara Cantik, tapi Pemarah.
30
Pengemis Buta.
31
Ramalan Bu Beng San Kui.
32
Bertemu Sahabat Lama
33
Tantangan Dara Sombong.
34
Mendapat Pelajaran Pahit.
35
Meniti Jejak Takdir.
36
Bertemu Kong Thai Sian Shin Liong.
37
Kejatuhan Bulan.
38
Kekaguman sang Dewi.
39
Siang Ti Kui (Sepasang Hantu Tanah).
40
Pertarungan Dimulai.
41
Tewas nya Siang Ti Kui.
42
Tokoh Tokoh Sakti Mulai Berdatangan.
43
Kemelut Thien Giok, Dimulai.
44
Po Siaw Toat Shin (Seruling Pusaka Perenggut Sukma).
45
Petaka Karena Keras Kepala.
46
Amukan Thien Giok.
47
Pengorbanan Seorang Anak Muda.
48
Kesedihan Dewi Li Hwa.
49
Akhir Petaka, Awal nya Duka.
50
Naga Laut Utara.
51
Di Istana Dewa Naga.
52
Jamuan Keluarga di Istana Dewa Naga.
53
Membujuk Putri Manja.
54
Perguruan Teratai Putih.
55
Terjebak rasa Congkak.
56
Tindakan yang Gagal
57
Misteri Tuan Penolong.
58
Ang Coa Sian Li.
59
Ang Coa Ong Ya.
60
Tuan muda Duan.
61
Ang Coa Chu Kiam.
62
Tiba di Kota Tao.
63
Benang merah mulai tersingkap.
64
Jejak di Tengah Rimba.
65
Perkampungan Didalam Tebing Batu.
66
Dinasti Quon.
67
Dendam Klan Duan.
68
Swan Niang di Culik.
69
Mendatangi Markas Klan Duan.
70
Pertarungan di Gerbang Klan Duan.
71
Ang Yu Ji Hwa dan Ban Tok Kiam.
72
Pertarungan.
73
Sang Patriak Klan Duan.
74
Sifat Jumawa Membawa Petaka .
75
Akhir Kisah Klan Duan.
76
Ma Bin Lo Mo.
77
Memprovokasi perasaan Cin Hai.
78
Akhir kisah Ma Bin Lo Mo.
79
Ilmu Jit Yang.
80
Muncul nya Tokoh Tokoh Tua.
81
Teror di Desa Makuo.
82
Hui Kui.
83
Ang Hui Kui
84
Xioyang Bo Ti.
85
Pertarungan di Gerbang Utara Kota Famoa.
86
Arogansi Klan Tuo.
87
Pasukan Keamanan Klan Tuo.
88
Kebejatan Klan Tuo.
89
Tok Ji Shin Cui.
90
Tok Ji Shin Cui.
91
Murka.
92
Pertarungan di Malam Hari.
93
Pengawal Dinasti Quon.
94
Tuan Muda Quon Fei Ruan.
95
Penyesalan Ban Jiu.
96
Gugur sebagai Ksatria terhormat.
97
Ada Api Dendam.
98
Hawa Sihir.
99
Pembunuh Bayaran.
100
Pemancing Tua yang Aneh.
101
Korban Ketamakan.
102
Siocia yang Angkuh.
103
Akibat terlalu Arogan.
104
Bertemu Lagi.
105
Dara Dara Cantik
106
Hukuman Jadi Selir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!