"Enggak, Mom. Aku sudah beli unit apartemen baru untuk kita tempati bersama," jawab Liam dengan nada datar.
"Oh, begitu. Ya sudah. Asal tempatnya cukup luas. Kalau di apartemen pribadimu kan kurang cukup kamarnya jika bersama Nola, ketiga cucuku dan juga para pengasuh mereka," ucap Mommy Ayu.
Akhirnya tak banyak berdebat, Nola pun pasrah ikut ke mana Liam tinggal. Ada tiga artnya yang akan menemani mereka yakni Iyem, Ima dan Wati. Mereka sudah menjadi art Nola dan Lio sejak dari Indonesia yang sengaja dibawa Nola juga ke London untuk membantu kesehariannya.
Sebab Nola juga masih aktif bekerja di butiknya. Walaupun menjadi istri seorang CEO Abraham Group. Dan saat itu Lio tak mempermasalahkan kesenangan sang istri yang memang hobi dalam dunia fashion tersebut sebagai perancang busana.
☘️☘️
Kini Liam dan keluarga kecil barunya bersama ketiga art tengah berada di dalam mobil menuju apartemen yang baru saja ia beli.
"Kenapa jauh sekali apartemennya dari butikku?" batin Nola bertanya-tanya.
Faktanya memang lokasi apartemen yang akan menjadi hunian mereka tinggal, cukup jauh dari butik Nola dan juga dari kantor pusat Abraham Group. Walaupun begitu apartemen tersebut memiliki harga yang cukup mahal di pasaran untuk per unitnya.
"Kalau jauh begini, bisa-bisa aku ke butik-rumah pulang pergi harus memakan waktu yang cukup lama. Huft!" batin Nola mengeluh.
Setibanya di apartemen, Nola cukup terkejut saat mengetahui dari Liam yang sudah resmi berstatus sebagai suaminya, memberikan password atau kata sandi apartemen yang akan menjadi tempat tinggal mereka. Liam sengaja menggunakan tanggal pernikahan dirinya dengan Julia yang seharusnya terjadi namun berujung gagal alias kandas.
Entah mengapa rasa sakit bercampur kecewa di hatinya masih mendominasi. Ia merasa sekarang ini membenci Nola. Karena gara-gara wasiat mendiang kakaknya, ia terpaksa menikahi wanita yang pernah menjadi cinta pertama yang bertepuk sebelah tangan.
Baik Nola dan keluarga Abraham tak pernah tahu bahwa dahulu kala untuk melupakan cinta pertama di hatinya, Liam pernah melakukan terapi khusus pada seorang dokter di London. Jauh sebelum dirinya memutuskan berhubungan lebih dari sekedar teman dengan Julia.
Saat ia terpuruk dan merasa kesepian karena memilih menjauh dari keluarganya. Supaya bisa melupakan cintanya pada Nola. Sehingga ia lari ke London dengan dalih ingin mengembangkan hobi fotografinya. Padahal faktanya tidak sepenuhnya begitu.
Kala itu, ia belum bisa merelakan Lio dengan Nola. Bahkan hatinya belum bisa menerima. Saat cinta pertamanya harus mundur teratur dan kandas sebelum dirajut.
Dokter pun menyarankan sebuah terapi dengan menjadikan sosok Nola di alam bawah sadar Liam sebagai pion utama untuk memudahkan berjalannya terapi tersebut. Sang dokter menyarankan Liam menganggap Nola sebagai saudara bukan wanita yang ia cintai.
Alih-alih berdamai dengan hatinya, justru Liam menjadikan Nola sosok yang ia harus hindari dan benci. Sangat kontras dengan terapi yang disarankan dari dokter.
Dikarenakan intensitas pertemuan mereka berdua sangat jarang karena Liam selalu menghindari acara keluarga dengan alasan kesibukan fotografi dan jarak yang cukup jauh London-Jakarta sehingga emosi tersebut tak berkobar. Hanya tersimpan di hati saja dengan tenang. Seakan menjadi sebuah bom waktu yang siap meledak kapan pun.
Namun saat ini kondisinya sudah berbeda. Ia harus sering bertemu Nola dan tinggal satu atap pula. Api pemantik rasa benci di hatinya mendominasi lebih kuat daripada rasa cintanya. Terlebih takdir yang terjadi pada mereka saat ini. Rasa yang berkecamuk di hati semakin tak terkendali.
Begitu pun dengan Nola yang memiliki prasangka pada adik ipar yang berubah status menjadi suaminya sekarang. Ia merasa Liam yang sekarang sangat berbeda dengan sosok Liam yang ia kenal dahulu. Sepasang suami istri ini memiliki uneg-uneg yang berbeda di hatinya. Namun masih tersimpan rapat.
"Mbak tidur di kamar itu. Dan aku di kamar ini. Mbak tentu tahu kan jika pernikahan kita ini hanya sebuah keterpaksaan, tidak lebih. Dan tentunya jangan berharap lebih. Semua hanya demi Laksana, Lulu dan Larissa."
Deg...
Nola sempat tertegun mendengar panggilan 'mbak' yang dilontarkan Liam padanya barusan. Seumur-umur Liam tak pernah memanggil dirinya dengan sebutan tersebut. Hatinya seketika merasakan perih yang tak kasat mata. Namun bibirnya masih kelu hanya untuk sekedar mengadu.
"Dan satu hal lagi jangan campuri urusan pribadiku. Aku juga tidak akan mencampuri urusan pribadi Mbak. Anggap saja kita seperti dua orang asing yang terjebak di sebuah pernikahan konyol yang dipaksa harus tinggal satu atap bersama mau tidak mau. Mbak paham kan yang kumaksud?"
"Sangat paham," jawab Nola dengan lugas.
"Good," ujar Liam seraya kedua tangannya bersedekap di depan dadanya dan menatap datar istrinya yang tengah berdiri di depannya.
Sebelumnya, para art dan kembar triplet sudah berada di dalam kamarnya masing-masing.
Liam pun berbalik badan dan akan melangkah masuk ke dalam kamarnya. Namun belum sempat melangkahkan kaki, Nola mendadak membuka suara yang seketika membuatnya tertegun.
"Maaf Dek, jika aku lancang. Aku juga tidak menginginkan pernikahan ini. Sebagai wanita, aku tentu tahu perasaan Julia yang tak ingin dimadu. Jadi jangan hanya mengira kamu di sini yang menjadi korban. Lantas aku berbahagia di atas penderitaan cinta kalian. Jika aku boleh berteriak, kenapa saat itu bukan kamu yang berangkat ke Madrid?"
"Kenapa harus suamiku yang menggantikanmu?"
"Bukan kah seharusnya kamu yang berangkat saat itu. Tapi suamiku yang rela mengalah demi kamu. Hanya karena kamu ada janji mendadak dengan pihak WO untuk foto prewed dan tak bisa diganti lain hari. Jadinya apa?"
"Suamiku harus pergi selama-lamanya. Ketiga anak kami menjadi kehilangan ayah kandungnya. Bahkan calon bayi kami yang keempat harus gugur tanpa ayahnya tahu kalau aku sedang hamil muda. Si kembar masih bayi dan baru enam bulan. Tapi harus dipaksa ikhlas dan tegar dengan takdir yang seperti ini. Lalu apa semua yang terjadi sekarang ini, salahku atau salah anak-anakku?" ucap Nola dengan suara yang sudah naik beberapa oktaf namun terdengar bergetar di ujung kalimatnya. Matanya tampak berembun menatap punggung Liam. Sekali kedip air matanya pasti akan jatuh membasahi pipinya.
Deg...
Bersambung...
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Tuti Tyastuti
nah loh liam
2024-07-15
2
itin
kalau terapi gitu ya bisa totalitas menepis rasa yang pernah tumbuh subur dihati menjadi kebencian
2024-06-13
1
Wulansari
nah lho....
2024-01-24
1