Mobil hitam dengan plat cantik membentuk nama anak gadis kesayangan pemiliknya berhenti tepat di depan gadis berjilbab itu.
"Maaf, terlambat. Saya mesti apel dulu tadi!" ucap Zuan keluar dari mobil, menuju pintu rumah Juna.
"Mau ngapain lagi?" Juna masih menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Mau pamit sama Komandan!" jawab Zuan polos, matanya menatap Juna heran.
"Gak usah, kelamaaan!" Juna menarik tangan kekar Zuan.
"Buruan! atau enggak siniin deh kuncinya, biar aku aja yang nyetir!" Juna menghentikan aksinya. Tangannya menengadah meminta kunci mobil Papanya.
"Emang bisa nyetir?" Zuan mengerutkan dahinya.
"Ya bisa lah, apa sih yang Juna gak bisa!" ucap Juna sombong.
"Ih sombong kau anak muda! Punya SIM?" cecar Polisi ganteng itu lagi.
"Gak penting!" Juna menarik kunci mobil yang masih dipegang Zuan erat.
"TEPOK!"
"Mau ku Tilang! udah ayo biar ku antar!" Zuan mendaratkan telapak tangannya ke kening Juna yang lebar, selebar lapangan bola. Membuat gadis cantik itu tak bisa berkata apa-apa. Dia langsung berputar arah masuk kedalam mobil di kursi penumpang.
"Kalem Juna, tahan ... tahan, nanti gak jadi pergi kalau berantem, Mila sudah menunggu!" gumam Juna dalam hati.
"Kenapa sih, Papa percaya sama si jelek ini!" tambahnya lagi.
"Kok disitu duduknya! Disini dong, biar lebih akrab." ucap Zuan merasa dijadikan supir pribadi.
"Udah Pir, buruan jalan!" ucap Juna menyilangkan kedua tangannya di dada.
Laki-laki itu menghela napas panjang, menjalankan mobilnya dengan cemberut, namun tak mengurangi ketampanannya sedikitpun.
\=\=\=\=
Laki-laki berkacamata sedang uring-uringan didalam kamarnya. Buku tebal yang dibacanya tak membuatnya tenang. Diletakkannya buku itu kembali kedalam raknya, matanya menatap gawainya yang senyap tanpa suara notifikasi.
"Tok ... Tok ... Tok!"
"Adzka, apa kau tidur, Nak?" suara seorang wanita dari balik pintu.
Cekleek, Laki-laki itu membuka pintu kamarnya. Menatap wajah mamanya yang berdiri di depan pintu.
"Enggak kok, Ma. Adzka sedang membaca!" ucapnya membenarkan kacamatanya.
"Baru pulang kok, ngurung diri terus di kamar. Ada Dewi tuh dibawah. Temuin sana! gak kangen apa?" ucap sang mama.
Dokter Fatmala, dokter spesialis kandungan, dokter senior di sebuah rumah sakit. Usianya sudah hampir setengah abad, namun wajahnya masih terlihat awet muda.
"Apaan sih, Mama! siapa yang kangen!" Adzka menutup pintu kamarnya, berjalan pergi meninggalkan mamanya menuruni tangga menuju lantai satu. Perempuan memakai jilbab berwarna orange menatapnya dengan senyuman manis.
"Hei, apa kabar!" ucap Adzka malas.
"Alhamdulillah baik, kau bagaimana?" ucap gadis itu, matanya berbinar menatap laki-laki yang amat dirindukannya.
"Seperti yang kau lihat, aku sehat! ngapain kesini?" tanya Adzka ketus. Ekspresi wajahnya dengan jelas memperlihatkan wajah tak suka.
"Aku hanya kebetulan lewat, jadi mampir, kebetulan tadi tante Mala lagi di teras!" jawab Dewi tak bersemangat.
"Apa kau tak merindukan aku, Adzka!" rintih Dewi dalam hati, merasakan kehampaan dalam hatinya yang tadi sedang berbunga-bunga. Bunga yang baru saja mekar dalam hatinya seolah langsung layu diterpa panasnya tatapan tidak suka dari laki-laki idamannya.
"O, kalau gitu aku tinggal ya, Mama mungkin sedang buat minum di dapur!" Adzka meninggalkan Dewi yang tak bisa menahannya, tak ada lagi alasan yang bisa di ucapkannya untuk menahan laki-laki itu untuk duduk bersamanya.
"Bodohnya aku mencintai laki-laki Kulkas itu!" Dewi merutuki dirinya sendiri. Bertahun-tahun dia menyimpan perasaannya kepada Adzka, sebenarnya bukan menyimpan, saat sama-sama sekolah dulu dia jelas memperlihatkan perhatiannya kepada Adzka, hanya Adzka saja yang tak peka.
Mata Dewi menatap punggung laki-laki dengan kaos putih itu berjalan menaiki tangga, sampai sosoknya menghilang di balik pintu.
"Kayak kang Jamu aja mampir, kebetulan liat mama diteras!" Adzka menutup pintu kamarnya, mengambil gawainya menelepon Zuan.
Sementara di dapur Dokter Fatmala sedang sibuk menyiapkan beberapa cemilan yang baru saja dibeli di minimarket dekat rumahnya. Dengan membawa nampan berisikan dua gelas jus jambu biji merah, dengan cemilan kesukaan anaknya, Mala berjalan dengan hati-hati keruang tamu.
"Loh, Dewi kok sendirian! Adzka mana?" tanya heran melihat Dewi hanya duduk sendirian dan hanya membaca majalah yang ada dibawah meja.
"Oh, Adzka ke kamar, Tan. Capek mungkin tante, perjalanan dari Inggris ke Indonesia kan jauh. Gak apa-apa tante, Dewi juga sudah mau pulang!" jawab Dewi hati-hati, tak tega juga dia membiarkan Adzka dimarahi mamanya hanya karena meninggalkannya sendirian.
\=\=\=\=
"Kau dimana? sudah mau maghrib nih, kenapa belum pulang?" tanya Adzka saat teleponnya tersambung.
"Heh, santai dong! sama abang sendiri kok gak ada sopan-sopannya!" ucap Zuan ketus dari seberang sana.
"Gak usah lebay! kau dimana?" sergah Adzka yang tak sabar mendengar penjelasan dari abangnya tersebut.
"Aku masih disini sama Arjuna, lama-lama melihatnya ternyata dia manis juga ya, Ka. Apalagi kalau sedang tersenyum! haduh, rasanya putaran bumi melambat bro!" Zuan menatap Juna dari kejauhan, dia sedang asik mengobrol dengan temannya yang sangat manis, tapi sayang besok sudah akan jadi istri orang.
"Jangan gila kau ya! Cari yang lain deh, jangan ambil punya ku!" Adzka semakin geram.
"Punya ku, punyaku. Perasaan dia juga tak ingat padamu!" Zuan merasa kesal dengan ucapan adiknya tadi.
"Bang jangan la gitu! gak kasian kau sama ku! Udah ku jaga itu dari kecil loh, kau kan bisa cari yang lain!" suara Adzka berobah lembut.
"Dasar dokter aneh! udah keliling dunia, yang di ingat tetap Arjuna aja! memangnya tak ada Sri kandi di Inggris?" celetuk Zuan, tak habis pikir mengingat adiknya, yang begitu cinta kepada perempuan yang di kawalnya sedari tadi.
"Mana ada! di Inggris yang ada ratu. Srikandi gak nyampe sini! sekalipun ada, tak akan mengalahkan pesona Arjuna ku!" ucapnya menatap langit-langit kamarnya.
Flashback On
"Adek kenapa, Dek?" ucap perempuan menggunakan seragam putih biru, dengan jilbab yang selempangkan seperti kacu, melihat anak laki-laki berseragam merah putih menangis di pinggir jalan dengan baju yang kotor penuh dengan lumpur.
"Adzka terjatuh dari sepeda, tadi di boncengin teman, tapi karena keberatan sepedanya oleng, terus Adzka jatuh... terus malah ditinggal sama dia!" jelas anak kecil itu menahan tangisnya dengan mengucek-ngucek matanya.
"Mananya yang sakit?" tanya Juna mencoba mengajak laki-laki itu berdiri.
"Gak ada, kok!" Adzka merasa gengsi, mengatakan sakit yang dirasakannya kepada perempuan.
"Aku kan laki-laki, malu dong kalau bilang sakit dihadapan perempuan." ucapnya dalam hati.
"Gak sakit kok nangis!" tanya Juna menahan tawa melihat anak kecil yang lucu itu.
"Ya sudah, ayo kakak antar! kau... siapa namanya tadi?" Juna mengerutkan dahi.
"Adzka! kau?" tanya anak laki-laki kecil itu.
"Wow! apa dia bilang? kau!" Juna mengomel, bagaimana bisa anak sekecil itu tidak memanggilnya dengan sebutan kakak.
"Aku Juna!"
"Oh, Arjuna!" ucap anak laki-laki itu.
"Suka-sukamu sajalah, Arjuna pun Arjunalah!" Juna berjalan berlalu mendahului anak kecil tadi.
Flashback off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Ny Ifah
😆😆😆
2021-08-25
0
Dadden Maku
uwwwwwuuuuuuu🤩
2021-01-06
0
Satria Davwanuary
syukaaaaaaa
2020-12-29
3