Bab 17

Like nya jangan lupa.. Happy Reading💐

Sekitar pukul 9 malam, hujan sudah mulai reda hanya menyisakan gerimis kecil tak beraturan.

"Raffi pulang dulu ya Om Tante, udah mulai reda juga nih" Raffi sejak tadi mencoba untuk membujuk orang tua El yang sudah lumayan akrab dengan nya.

"Nanti kamu sakit Raf" sahut El dengan tatapan sendu. Seakan tak ingin Raffi pulang.

"Ngga kok El, gue aman aja" balas Raffi mencoba meyakinkan El agar tidak menahan nya.

Raffi sudah begitu kalang kabut, apalagi Cici sama sekali tak membalas atau membaca pesan nya.

"Udah lumayan larut loh Raf" balas mamah nya El layak nya seorang ibu kandung pada Raffi.

"Ngga masalah Tante, Raffi udah sering keluar malam" sahut Raffi. Dia hanya ingin pulang menemui Cici di rumah.

Mamah El menghela napas. "Baiklah, kamu hati-hati ya" pesan mamah El di angguki Raffi.

"Ayo, Om antar ke depan" ajak papah El segera melangkah di ikuti Raffi di belakang.

"Terimakasih ya Raffi, akhirnya El punya teman di sekolah nya" ucap papah El setelah berada di teras.

Raffi membalas dengan senyum tipis. "Saya pamit pulang dulu ya Om" pamit Raffi tak ingin tinggal lebih lama.

Setelah Raffi pergi. Papah El menghela.napas dengan pelan dengan tatapan tak jelas.

"Pi.." sapa Raffi melihat mertua nya sedang duduk santai di teras rumah.

Papi Ethan menyahut dengan anggukan dua kali tanpa bersuara. "Kalian lagi ada masalah?" tanya Papi Ethan setelah diam beberapa saat.

"Hah? Ngga ada kok Pi, aman-aman aja" jawab Raffi sesuai dengan isi pikiran nya.

Dia sudah menebak Cici akan berada di rumah mertua nya, karna saat pulang Raffi menyempatkan ke rumah nya, dan ternyata tak ada orang.

"Yakin? Kenapa Cici di biarin pulang sendiri?" tanya Papi Ethan dengan tatapan tajam.

Raffi menunduk tak tau harus menjawab apa. Apa dia harus menjelaskan dengan jujur?

"Itu Pi.. Raffi tadi ada rapat dadakan, makanya ngga bisa nganterin Cici pulang" jelas Raffi dengan berbohong.

Papi Ethan memicing mata curiga. "Benarkah? Kamu ngga bohong kan?" hardik Papi Ethan membuat Raffi menelan ludah nya dengan kasar.

"Ng-ngga Pi" balas Raffi dengan gugup.

Papi Ethan menghela napas. "Ya udah, sana masuk. Ganti baju kamu sekalian mandi sana, kena hujan kan tadi?" ucap Papi Ethan tak ingin memperpanjang kecurigaan nya.

Raffi mengangguk menurut. "Raffi masuk dulu ya Pi" pamit Raffi dengan sungkan.

Sesampainya di depan kamar Cici. Pintu kamar Cici tak tertutup sepenuhnya, dan terbuka tak terlalu lebar.

Tok tok tok

Cici melirik ke arah pintu dari kasur. Dia sedang memainkan hp dengan posisi telentang.

Raffi berdehem sebelum masuk dan menutup rapat pintu kamar yang tadi nya terbuka.

Cici menaikkan sebelah alis nya. "Masih ingat pulang ternyata" cetus Cici merasa baju Raffi berbeda.

Raffi mengusap tengkuk nya, suasana terasa canggung untuk Raffi.

"Sorry Ci, gue-"

"Santai aja, gue tau lo emang ngga sabaran orang nya" cela Cici tak ingin mempermasalahkan hal itu lagi.

Raffi menghela napas lega. Tak susah ternyata membujuk atau menjelaskan alasan nya pada Cici.

"Kita pulang ya," ucap Raffi mengajak Cici untuk pulang ke rumah nya.

"Kenapa ngga besok aja sih?" tanya Cici, dia enggan untuk bangun rasa nya.

"Besok sekolah Ci, ngga ada baju seragam kita di sini" jawab Raffi membuat Cici menghela napas.

"Oke, fine" balas Cici mengalah.

Hatcim

Huk huk huk

Hatcim

Cici terbangun dengan gelisah mendengar suara bersin dan batuk dari samping.

"Berisik banget ya ampun, lo tu ngga bisa diem kah?" tanya Cici dengan nada kesal. Tidur nya jadi terganggu.

Raffi tak menyahuti, dia hanya memejamkan mata dengan selimut yang sepenuhnya menutup tubuh nya.

"Pantes dingin, lo ambil semua ni selimut" ucap Cici hendak menarik selimut lagi, dia juga ingin masuk ke dalam selimut.

"Gue kedinginan Ci" lirih Raffi di iringi suara bergetar. Cici mengernyit dan mencoba mengumpulkan nyawa nya yang masih baru setengah itu.

"Lo.. Demam?" tebak Cici segera menaruh pergelangan tangan nya di kening Raffi.

Hanya beberapa detik, karna Cici tak kuat menahan panas nya kening Raffi.

"Panas banget, lo tadi minum obat apa ngga?" tanya Cici di jawab gelengan oleh Raffi.

"Ngga suka" jawab Raffi memiringkan tubuh nya mencari kenyamanan.

Cici melirik ke arah jam dinging. Jam menunjukkan pukul 12 malam.

"Ini nih yang bikin gue males, lo yang bikin ulah, gue yang harus ngurusin lo, udah gue bilang di awal gue ngga mau ngurusin lo kalau lo sakit" omel Cici membuat kuping Raffi panas.

"Ci, please lah jangan berisik" seru Raffi dengan gelisah, dia paling tak suka tubuh nya yang lemah bila demam.

Cici berdecak. "Lo harus minum obat, gue ngga mau tau" ucap Cici segera bangkit dari kasur dan melangkah menuju lemari kecil bertulisan P3K.

Terpopuler

Comments

G

G

lanjut ya thor please

2024-03-09

0

G

G

please ya update hari ini kak

2024-03-09

0

G

G

thor please update ya hari ini

2024-03-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!