Bab. 2

Shana membetulkan seragam abu-abunya ketika sudah keluar dari toilet. Lalu berjalan di lorong yang sepertinya masih ada beberapa anak yang tinggal. Mungkin mereka ikut ekskul atau nongkrong saja.

Pikiran Shana yang tadinya tenang setelah dari toilet, kini kembali tegang ketika melihat guru matematika yang jadi guru pengganti tadi ada di lorong. Mata pria itu tengah tertambat padanya. Ini bukan hanya perasaannya saja. Pria itu memang sedang melihat dirinya.

Shana makin panik ketika pria itu justru berjalan ke arahnya. Kenapa aku panik sih? Mungkin saja dia bukan menghampiriku kan? Mungkin saja dia memang ada urusan ke arah yang sama. Shana berusaha menenangkan dirinya. Ya, dia tidak mungkin tahu kalau perempuan yang ia temui di cafe itu adalah bocah seperti aku. Lagipula waktu itu aku kan sudah di sulap seperti perempuan dewasa. Ya. Seperti itu.

Shana berusaha bersikap biasa. Kakinya mulai bergerak untuk melangkah menuju ke teman-temannya dan bergegas ke kampus mencari makan. Namun nyatanya dia tidak bisa bergerak karena pria itu sudah ada di depannya. Kali ini sangat jelas kalau pria itu tengah menatapnya. Pria ini berhenti melangkah dan berdiri di depannya.

Tidaaaak!

Glek! Shana menelan saliva-nya sendiri. Ia benar-benar merasa sedang dalam ujung tanduk meskipun pria itu belum mengatakan apa-apa.

"S-selamat siang Pak." Karena gugup dan panik, Shana justru lebih dulu menyapa pria ini.

"Siang," sahut Regas dengan singkat. Shana kembali diam karena rasa tegang, panik, dan takut campur aduk jadi satu. "Itu kamu bukan, yang bertemu aku di cafe malam itu?" tanya Regas dengan suara rendah yang mengintimidasi. Langsug tanpa ba-bi-bu!

Duarr!!! Bagai petir menyambar. Shana menelan saliva-nya sekali lagi. Benar dugaannya. Pria ini adalah pria yang sama seperti di cafe waktu itu.

***

Kemarin malam.

Shana duduk di sebuah cafe menunggu seseorang. Ia menunduk melihat high heels yang terpasang pada kakinya dengan tatapan tidak percaya.

"Kenapa kamu memakai high heels yang melelahkan itu, kaki ku sayang?" tanya Shana seraya mendengus. Itu sebuah cibiran pada kakinya, karena ia tidak pernah memakai high heels seumur hidupnya. Mungkin hanya kali ini saja dia terpaksa memakai seperti ini. Semuanya bermula dari Bibi Raisa yang tiba-tiba saja menarik lengannya ketika ia berjalan santai melewati lorong kamar. Itu sebelum ia akhirnya ada di cafe ini sendirian.

"Hei Shana, ikut Bibi yuk."

"Ada apa, Bi?" tanya Shana terkejut.

"Udah, ikut aja." Bibi terus saja menarik lengan Shana menuju ke kamarnya. Dia adalah adik ayahnya. Berumur 24 tahun. Berjarak sekitar tujuh tahun darinya. Meskipun sudah berumur segitu, beliau belum menikah. Bibi Raisa masih lajang.

Kaki Shana mengikuti langkah bibinya menuju ke dalam kamar.

"Ada apa nih, Bi?" tanya Shana kesal. "Aku mau makan nih, lapar ..." Shana memang baru pulang sekolah meski hari sudah petang. Dia termasuk gadis yang cukup rajin mengikuti ekskul meskipun tidak giat dalam pelajaran.

"Iya sebentar lagi. Bibi ada permintaan." Setelah mengatakan itu, Bibi menutup pintu kamarnya. Gadis ini memang tinggal dengan adik ayah-nya di rumah yang di beli beliau dengan mengangsur lima belas tahun. Rumah KPR. "Ayo duduk." Bibi mendorong pundak Shana untuk duduk di kursi rias.

"Apaan, Bi? Cepetan dong," rengek Shana.

"Tante akan kasih kamu jatah uang saku tambahan kalau kamu mau menuruti perintah Bibi," ujar Bibi Raisa serius. Meskipun sudah mengubah raut wajah menjadi serius, Shana tidak dengan cepat menanggapi dengan serius juga.

"Jokes baru, ya?" ledek Shana.

"Ini serius," sanggah Bibi Raisa cepat.

"Itu kan mustahil. Bibi kan orang pelit nomor satu dalam keluarga bapak."

"Pelit gundul mu. Kamu tinggal di rumah ini karena siapa?" Bibi Raisa mendelik.

"Kan aku tinggal di sini karena bapak kirim uang untuk Bibi," tandas Shana tepat.

"Eh, iya juga sih." Bibi Raisa merasa kalah. "Tapi kan kamu tinggal di rumah ini juga tanpa bayar sewa atau kost." Bi Raisa merasa punya kartu as. Shana menipiskan bibir. "Kamu mau dapat uang saku tambahan apa enggak? Di kasih penawaran bagus malah nyerang segala." Bibi Raisa menggerutu.

"Jadi beneran nih?" selidik Shana antara ragu dan ingin.

"Bener. Kamu mau enggak?"

"Lihat dulu perintahnya apaan. Kok terdengar mencurigakan sampai Bibi mau kasih uang saku tambahan segala."

"Enggak mencurigakan. Hanya sekedar menemui seseorang saja."

"Menemui seseorang, siapa?"

"Ada. Pria." Bibi membuat raut wajahnya jadi masam.

"Kenapa mukanya kusut begitu? Wahh ... ini pasti ada hal yang enggak baik nih." Shana merasa dapat angin buat meledek bibinya.

"Hal enggak baik apaan?" protes Raisa.

"Bibi kan jomlo. Kalau urusan menemui seorang pria, kenapa justru aku yang di suruh? Kan bibi juga bisa. Malah dapat rejeki tuh karena akhirnya bisa dapat gebetan."

"Mulutmu. Aku ini bukan jomlo tahu." Bibi Raisa mengatakannya dengan bangga.

"Emang iya? Kok Bapak enggak tahu ya ... Apa Bibi pacaran sama orang yang enggak boleh di pacari?" Shana menginterogasi bibinya.

"Dasar bocah." Raisa gemas mencubit keponakannya.

"Aw, sakit."

"Biarin," cibir Raisa. Shana menggerutu. "Sebenarnya bibi ini punya pacar, tapi belum ada waktu aja untuk di kenalkan ke Bapak kamu dan nenek." Raisa mulai cerita.

"Lha, terus kalau sudah punya pacar, kenapa ada cerita mau temui pria lain ... Bibi lagi curang nih?" Shana menggoda lagi.

"Bukaaannn. Dasar keponakan dodol. Gini, bibi mau di kenalin sama teman. Cuma kenalan, tapi bibi enggak mau."

"Ya udah bilang aja enggak mau."

"Stop. Dengerin dulu kupingnya saat bibi cerita." Raisa mencondongkan tangannya ke depan menghentikan kalimat keponakannya.

"Oke."

"Dia teman baik bibi. Jadi bibi enggak enak nolak."

"Karena?" kejar Shana ingin tahu.

"Karena bibi punya pacar dong."

"Lha iya, terus kenapa enggak bilang aja kalau bibi punya pacar."

"Enggak bisa," potong Raisa cepat.

"Kenapa?"

"Ughh ... ngomong sama ponakan kaya ngomong sama host acara gosip," geram Raisa.

"Hehehe ..." Shana terkekeh. "Aku enggak mau dong dapat perintah, tapi enggak jelas."

"Itu karena ... karena ..." Bibi Raisa tampak sulit buat menjawab dengan sebenarnya. Ini makin membuat Shana penasaran. Dia dengan sabar menunggu kalimat itu rampung.

"Iya, karena ..."

"Orang yang menjalin hubungan dengan Bibi itu adalah atasan bibi."

"Iya atasan bibi, lalu?" kejar Shana.

"Dan itu rahasia." Raisa mengatakan itu dengan cepat. Shana mengerjapkan mata. Merasa heran.

"Dia bukan suami orang bukan?" Shana bertanya ini dengan takut-takut.

"Jelas bukaaann." Raisa mendelik lagi.

"Hhh ... syukurlah." Shana menghela napas lega. Ia mengelus dada mirip orang tua.

"Ih, lagak kamu Shan," dengus Raisa kesal dan geregetan dengan keponakannya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

liari sandi

liari sandi

ko manggilnya berubah rubah,, kadsng tante kdng bibi

2024-03-12

0

Yani Inaya Emerald Msi

Yani Inaya Emerald Msi

semangat thor

2024-01-09

0

𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐

𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐

Shana lucu 😁

2024-01-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Pria itu
2 Bab. 2
3 Bab. 3
4 Bab. 4
5 Bab. 5
6 Bab. 6
7 Bab. 7
8 Bab. 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab. 13
14 Bab. 14
15 Bab. 15
16 Bab. 16
17 Bab. 17
18 Bab. 18
19 Bab. 19 Mencari kartu pelajar
20 Bab. 20 Masih menjalani hukuman
21 Bab. 21 Akhirnya ketemu
22 Bab. 22 Kamu tidak bisa menyangkal
23 Bab. 23 Cerita di ruang guru
24 Bab. 24 Gadis itu
25 Bab. 25 Omelan Shana
26 Bab. 26 Masih di cafe
27 Bab. 27 Perempuan itu
28 Bab. 28 Technical meeting
29 Bab. 29 Kerja paruh waktu
30 Bab. 30 Pesta tunangan
31 Bab. 31 Motor yang tidak asing
32 Bab. 32 Insiden di minimarket
33 Bab. 33 Pertandingan voli
34 Bab. 34 Pertandingan voli
35 Bab. 35 Menjadi donatur
36 Bab. 36 Mengunjungi kekasih
37 Bab. 37 Mama Berkunjung
38 Bab. 38 Wejangan dari mama
39 Bab. 39 Jadi dia?
40 Bab. 40 Cerita pagi
41 Bab. 41 Cerita lama
42 Bab. 42 Itu lebih baik
43 Bab. 43 Siapa dia?
44 Bab. 44 Raisa mengaku
45 Bab. 45 Bertemu Pak Regas
46 Bab. 46 Rencana jahat
47 Bab. 47 Memantau
48 Bab. 48 Raisa dan Maya
49 Bab. 49 Meramu obat
50 Bab. 50 Aku tidak salah
51 Bab. 51 Gadis penipu
52 Bab. 52 Mengaku
53 Bab. 53 Sudah lelah
54 Bab. 54 Vino ingin tahu
55 Bab. 55 Regas mulai tahu
56 Bab. 56 Handphone hilang
57 Bab. 57 Wahai bapak guruku yang tampan
58 Bab. 58 Di dalam mobil
59 Bab. 59 Interogasi
60 Bab. 60 Mengantar Shana pulang
61 Bab. 61 Hp Shana berdering
62 Bab. 62 Handphone ku
63 Bab. 63 Dia muncul disini
64 Bab. 64 Di gerbang
65 Bab. 65 Rencana Daniel
66 Bab. 66 Menuju rumah Raisa
67 Bab. 67 Keponakan Raisa
68 Bab. 68 Persembunyian
69 Bab. 69 Marah
70 Bab. 70 Meneliti Shana Sudarto
71 Bab. 71 Terguncang
72 Bab. 72 Serius
73 Bab. 73 Tatapan itu
74 Bab. 74
75 Bab. 75
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78
79 Bab. 79
80 Bab. 80 Akhir salah paham
81 Bab. 81
82 Bab. 82
83 Bab. 83
84 Bab. 84 Aku iri
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab. 87
88 Bab. 88 Kebun binatang
89 Bab. 89
90 Bab. 90
91 Bab. 91
92 Bab. 92
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Bab. 1 Pria itu
2
Bab. 2
3
Bab. 3
4
Bab. 4
5
Bab. 5
6
Bab. 6
7
Bab. 7
8
Bab. 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab. 13
14
Bab. 14
15
Bab. 15
16
Bab. 16
17
Bab. 17
18
Bab. 18
19
Bab. 19 Mencari kartu pelajar
20
Bab. 20 Masih menjalani hukuman
21
Bab. 21 Akhirnya ketemu
22
Bab. 22 Kamu tidak bisa menyangkal
23
Bab. 23 Cerita di ruang guru
24
Bab. 24 Gadis itu
25
Bab. 25 Omelan Shana
26
Bab. 26 Masih di cafe
27
Bab. 27 Perempuan itu
28
Bab. 28 Technical meeting
29
Bab. 29 Kerja paruh waktu
30
Bab. 30 Pesta tunangan
31
Bab. 31 Motor yang tidak asing
32
Bab. 32 Insiden di minimarket
33
Bab. 33 Pertandingan voli
34
Bab. 34 Pertandingan voli
35
Bab. 35 Menjadi donatur
36
Bab. 36 Mengunjungi kekasih
37
Bab. 37 Mama Berkunjung
38
Bab. 38 Wejangan dari mama
39
Bab. 39 Jadi dia?
40
Bab. 40 Cerita pagi
41
Bab. 41 Cerita lama
42
Bab. 42 Itu lebih baik
43
Bab. 43 Siapa dia?
44
Bab. 44 Raisa mengaku
45
Bab. 45 Bertemu Pak Regas
46
Bab. 46 Rencana jahat
47
Bab. 47 Memantau
48
Bab. 48 Raisa dan Maya
49
Bab. 49 Meramu obat
50
Bab. 50 Aku tidak salah
51
Bab. 51 Gadis penipu
52
Bab. 52 Mengaku
53
Bab. 53 Sudah lelah
54
Bab. 54 Vino ingin tahu
55
Bab. 55 Regas mulai tahu
56
Bab. 56 Handphone hilang
57
Bab. 57 Wahai bapak guruku yang tampan
58
Bab. 58 Di dalam mobil
59
Bab. 59 Interogasi
60
Bab. 60 Mengantar Shana pulang
61
Bab. 61 Hp Shana berdering
62
Bab. 62 Handphone ku
63
Bab. 63 Dia muncul disini
64
Bab. 64 Di gerbang
65
Bab. 65 Rencana Daniel
66
Bab. 66 Menuju rumah Raisa
67
Bab. 67 Keponakan Raisa
68
Bab. 68 Persembunyian
69
Bab. 69 Marah
70
Bab. 70 Meneliti Shana Sudarto
71
Bab. 71 Terguncang
72
Bab. 72 Serius
73
Bab. 73 Tatapan itu
74
Bab. 74
75
Bab. 75
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78
79
Bab. 79
80
Bab. 80 Akhir salah paham
81
Bab. 81
82
Bab. 82
83
Bab. 83
84
Bab. 84 Aku iri
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab. 87
88
Bab. 88 Kebun binatang
89
Bab. 89
90
Bab. 90
91
Bab. 91
92
Bab. 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!