Pada akhirnya, Alvaro dan Nesya harus menginap di rumah orang tua Nesya. Karena setelah makan malam, tiba-tiba perut Nesya kembali terasa nyeri.Devi melarang Nesya dan Alvaro pulang,ia menyuruh mereka untuk menginap.
"Masih sakit?"tanya Alvaro,ia duduk di sisi ranjang, sementara Nesya sedang berbaring.
"Sedikit,"jawab Nesya pelan.Padahal ini sudah hari kedua ia mendapat tamu bulanan, biasanya hanya di hari pertama saja.
Alvaro merasa tidak tega pada istrinya, sesakit inikah menjadi wanita? Lalu bagaimana kalau Nesya hamil,lalu melahirkan?
"Saya kasih balsem,ya!"ucap Alvaro,sambil membuka tutup balsem yang diberikan ibu mertuanya tadi.
Tanpa menunggu persetujuan Nesya, lelaki itu langsung menaikkan kaos yang dipakai istrinya hingga menampakkan perut rata Nesya.
"Bapak ngapain,sih? Aku malu tau!"protes Nesya, gadis itu menurunkan kembali kaosnya.Namun, Alvaro kembali menaikkannya hingga di bawah dada.
"Ngapain mesti malu,sih? Sama suami sendiri malu,kamu mau sembuh nggak?"ucap Alvaro.
Tak mau menunggu Nesya kembali protes, Alvaro langsung mengoleskan balsem di perut Nesya.
Sementara itu dengan susah payah Nesya menahan rasa aneh yang ia rasakan saat Alvaro menyentuh perutnya.Nesya tidak mengerti itu apa, yang jelas apa yang dilakukan Alvaro membuat darahnya seakan berdesir hebat.
"Jangan banyak-banyak,Pak.Nanti panas perut aku," ucap Nesya.
"Iya,saya tau."Alvaro tidak lagi mengoleskan balsem,ia hanya mengusap-usapnya saja.
"Gimana,udah enakan belum?"Tanya Alvaro sembari menatap mata Nesya yang sendu, gadis itu mengangguk pelan.
"Udah enakan pak,udah cukup. Aku udah nggak papa kok,"ujar Nesya.
Alvaro berhenti sejenak, lalu kembali menatap sang istri."Kamu yakin?"
"Iya,Pak. bentar lagi juga sembuh, kok."
Mendengar jawaban Nesya, Alvaro kembali menurunkan baju yang dipakai gadis itu. Ia menyimpan kembali balsem itu ke meja nakas.
"Obat yang saya beli kemarin ada kamu minum?"Tanya Alvaro.
"Ada, aku minumnya kemarin dua kali. Setelah itu aku nggak minum lagi, aku pikir perutku nggak akan sakit lagi,"terang Nesya, Alvaro hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Makanya obat itu harus diminum sampai habis, jangan hanya karena udah nggak sakit lagi terus kamu nggak minum lagi. Sakitnya jadi balikan?"Ujar Alvaro.
"Ya udah, sekarang obatnya mana? Kamu bawa nggak?"Tanya Alvaro, Nesya menggeleng sebagai jawaban.
Alvaro hanya bisa menghela nafas panjang, gadis yang tengah berbaring itu membuatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Ya udah, saya pergi beli lagi. Saya nggak tega lihat kamu kesakitan seperti ini,"ujar Alvaro.
Lelaki itu bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari kamar, namun Nesya buru-buru mencegah tangan sang suami.
"Pak, nggak usah. Aku udah mendingan setelah bapak kasih balsem, bapak jangan pergi ya,"ucap Nesya, Nesya bangkit dan duduk bersandar di kepala ranjang.
"Baiklah,"sahut Alvaro, ia kembali duduk di hadapan istri tercintanya."Lebih baik kamu tidur sekarang."
Nesya mengangguk patuh, ia mulai memejamkan matanya. Alvaro juga mulai mengantuk, ia naik ke tempat tidur dan berbaring di samping sang istri.
...****************...
Nesya sudah tertidur dengan pulas sejak beberapa jam yang lalu, sedangkan Alvaro masih terjaga. Alvaro tidak bisa tidur, ia tidak terbiasa tidur di tempat asing. Saat pertama kali pindah ke rumahnya dengan Nesya, Alvaro pun membutuhkan waktu beberapa hari untuk beradaptasi hingga ia bisa tidur dengan nyenyak.
Saat ini, Alvaro bingung harus melakukan apa agar ia bisa terlelap. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari, namun Alvaro masih tidak bisa memejamkan matanya. Alvaro akhirnya bangkit dan mendudukkan dirinya, ia pandangi seluruh penjuru kamar Nesya yang bernuansa pink. Bahkan sprei yang digunakan di kasur pun berwarna pink, Nesya memang penyuka warna pink.
"Gimana caranya biar bisa tidur? Kalau saya begadang, takutnya saya nggak kuat nyetir besok,"gumam Alvaro.
Alvaro lalu turun dari tempat tidur, ia hendak ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Saat akan ke kamar mandi, Alvaro menyempatkan diri untuk melirik sang istri yang tidur begitu nyenyak.
Setelah keluar dari kamar mandi, Alvaro hendak kembali ke tempat tidur. Namun, meja belajar Nesya yang berwarna pink membuat Alvaro tertarik ingin melihatnya.
Alvaro akhirnya tiba di depan meja belajar Nesya. Tidak banyak lagi buku-buku atau benda yang ada di atasnya, karena Nesya telah membawa buku-buku ke rumah baru mereka.
Tiba-tiba, pandangan mata Alvaro tertuju pada sebuah buku yang bertengger manis di sudut meja. Buku diary berwarna pink itu, menarik perhatian Alvaro.
"Masih curhat di buku diary ternyata,"gumam Alvaro, tangannya terulur untuk meraih benda kecil itu.
"Pak Alvaro!"
Belum sempat tangan Alvaro meraih benda kecil berwarna pink itu, lelaki itu terkejut karena suara Nesya tiba-tiba memanggilnya.
"Sedang apa bapak di meja belajarku?"Tanya Nesya dengan nada penuh selidik.
Alvaro melangkah kembali ke tempat tidur, menghampiri Nesya yang masih menatapnya penuh tanya. Alvaro duduk di sisi ranjang, membalas tatapan sang istri.
"Saya hanya tidak bisa tidur dan saya melihat buku diary warna pink di meja belajar kamu. Apa itu punya kamu?"
Bola mata Nesya membelalak mendengar pertanyaan Alvaro, tentu saja itu miliknya. Untung Nesya terbangun tepat waktu dan duluan memergoki Alvaro yang akan mengambil buku diarynya.
Nesya tampak berpikir, bagaimana caranya ia harus membuat Alvaro tertidur nyenyak. Kalau tidak, Alvaro pasti akan mengambil buku diarynya dan membacanya saat Nesya kembali tidur.
"Bapak nggak bisa tidur? Gimana kalau bapak tidur sambil peluk aku,"ucap Nesya sambil menggigit bibir bawahnya.
"Kamu yakin?"Alvaro pun tampak terkejut dengan tawaran Nesya.
"Iya yakin lah, bapak mau nggak?"jawab Nesya.
Nesya terpaksa melakukannya, daripada Alvaro tidak bisa tidur lalu membaca buku diarynya.
Dengan penuh semangat, Alvaro mengajak Nesya berbaring. Keduanya berbaring secara hadap-hadapan, dengan senang hati Alvaro langsung merangkul tumbuh mungil Nesya dalam pelukannya. Tindakan Alvaro membuat jantung Nesya berdegup kencang, ia berusaha menahannya sambil memejamkan matanya.
"Selamat tidur, Sayang!"gumam Alvaro, lalu mendaratkan kecupan di kening sang istri.
...****************...
Pagi harinya, Nesya dan Alvaro bangun dengan badan yang lebih segar. Pagi ini Nesya tidak lagi merasakan nyeri di perutnya, semuanya sudah baik-baik saja. Sedangkan Alvaro sangat bahagia, karena semalam ia tidur dengan memeluk sang istri tercinta sepanjang malam.
Saat ini, Nesya dan Alvaro Tengah sarapan bersama Devi dan Danu.
Hari ini, Devi menyajikan sarapan istimewa untuk sang menantu. Karena ini adalah kali pertama Alvaro sarapan di rumahnya.
"ayo,Pak.Di jamin setelah makan masakan mama aku,bapak pasti bakal ketagihan,"ucap Nesya, sembari menyantap sarapan.
Alvaro, Devi dan juga Danu hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Nesya.
"Ngomong-ngomong, Kenapa kak Nesya masih manggil bang Alvaro bapak? Bang Alvaro kan suami kakak sekarang,"tanya Danu heran.
Nesya Menggala nafas berat, tadi mamanya, sekarang Danu. Kenapa semua orang jadi mencari-cari kesalahannya?
"Panggilan itu nggak bisa berubah kayaknya.Mungkin Nesya mau tetap panggil saya bapak sampai saya jadi bapaknya anak-anak,"celetuk Alvaro, membuat Nesya membelalak.
Sementara itu, Devi dan Danu tertawa pelan mendengar ucapan Alvaro.Apalagi melihat ekspresi Nesya begitu lucu.
Nesya hanya bisa mengalah nafas pasrah, sementara Alvaro tersenyum senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Rita
Bener tuch adek pinter
2024-01-28
0
Rita
ada hikmahnya ya Al😊
2024-01-28
0