Alvaro saat ini sedang berada di rumah temannya semasa SMA, namanya Aldan. Aldan dan Alvaro masih bersahabat hingga sekarang, walaupun profesi mereka berbeda. Alvaro memilih menjadi dosen setelah lulus S2, sedangkan Aldan bekerja di perusahaan saudaranya.
Alvaro sengaja tidak pulang ke rumah hingga malam telah tiba, ia juga sengaja mengabaikan panggilan telepon dan juga chat dari Nesya.
Alvaro sama sekali tidak membenci kelakuan istrinya, ia hanya ingin Nesya bisa berubah dan menyadari kalau Alvaro sangat mencintainya.
"Bengong aja dari tadi! Kalau kangen sama bini, pulang sana! kayak anak kecil aja pakai acara kabur-kaburan segala!"tegur Aldan, lelaki sebaya dengan Alvaro itu menaruh satu botol minuman dingin di atas meja.
"Minum dulu, biar hati lo sedikit adem,"ucap Aldan lagi.
Alvaro menonton botol minuman dingin tersebut, sebenarnya ia tidak minum minuman dingin di malam hari. Namun, untuk menghargai Aldan, Ia pun memilih untuk meminum separuh isi botol tersebut.
"Udah adem, kan?"tanya Aldan, Alvaro pun menggangguk.
"Thanks,Al!"ucapnya.
"Gue heran sama istri lo, Al. Kenapa dia nggak bisa membalas cinta lo, sedangkan lo ini sempurna Al. Rebutan cewek-cewek di masa sekolah,"ujar Aldan, ia masih ingat betul bagaimana pesona Alvaro saat masih remaja hingga sekarang.
Aldan sendiri bahkan pernah kalah saing dengan Alvaro, saat gadis yang disukai malah jatuh cinta pada Alvaro. Namun, Alvaro menolak gadis itu karena selain ia tidak suka, Alvaro pun menghargai Aldan sebagai sahabatnya.
"Nggak usah berlebihan lo, Al. Buktinya sekarang, istri gue sendiri nolak gue. Lo masih jauh lebih beruntung dari gue,"ucap Alvaro, sambil melirik istri Aldan yang baru datang dari arah dapur dengan perut besarnya.
"Iya, itulah yang gue heran. Kayaknya istri lo itu harus periksa mata deh,"sahut Aldan. Ia sudah mendengar semua cerita Alvaro tentang bagaimana keadaan rumah tangganya dengan Nesya, menurut Aldan itu sama sekali tidak wajar.
"Gue juga heran sama lo, kenapa lo tahan sih sama sikap istri lo. Cewek itu sesekali harus ditegasin, jadi suami nggak usah bucin-bucin amat lah,"celetuk Aldan. Ia emosi mendengar cerita Alvaro, bagaimana ia memperlakukan istrinya seperti ratu. Tapi sang istri malah memperlakukan Alvaro sebaliknya.
"Ya mau gimana lagi, gue cinta sama dia. Gue cuma berusaha agar dia juga cinta sama gue dengan cara bersikap baik sama dia,"sahul Alvaro membela diri.
"Tapi hasilnya apa? Lo tetap dicuekin, kan?"tolong Aldan, membuat Alvaro terdiam.
"Mas, jangan ngomong gitu sama Mas Alvaro. kasihan tahu!"tegur Caca, istri Aldan yang tiba-tiba nimbrung.
Ia langsung menegur sang suami, tidak tega melihat Alvaro yang sedang punya masalah tapi Aldan malah menyalahkannya. Ia langsung duduk di salah satu sudut sofa.
"Bukan gitu, sayang. Aku cuma mau Alvaro itu tegas, nggak usah lah bucin amat. Yang ada istrinya itu semakin ngelunjak,"ucap Aldan.
"Nggak gitu juga kali, Mas. Mas Alvaro itu lagi memperjuangkan cinta istrinya, masak mas ngomong gitu? Perempuan itu suka diperjuangkan, nanti suatu saat istrinya Mas Alvaro juga bakal sadar kok,"sahut wanita yang sedang hamil 7 bulan itu, ia tidak setuju dengan pendapat sang suami.
"Tapi,sayang. Jadi laki-laki juga harus tegas, nggak boleh lemah di depan wanita. Alvaro itu harus tegas sama istrinya, biar istrinya itu nggak berharap seenaknya sama suaminya,"sanggah Aldan.
Alvaro menggelengkan kepalanya melihat perdebatan kecil suami istri tersebut. Dirinya yang sedang punya masalah dengan istrinya, dibuat semakin pusing dengan Aldan yang berselisih paham dengan istrinya.
"Udah-udah, cukup ya! kalian nggak usah berdebat lagi. Lebih baik lo iyain aja apa yang dikatakan sama istri lo, Al. kasihan dia lagi hamil. Gue mau pulang dulu,"ucapan baru menengahi, ia pun langsung bangkit dari duduknya.
"Jangan pulang dulu, Mas Alvaro. kita makan malam dulu, aku udah masak banyak loh,"ucap Caca.
"Iya,Al. Makan dulu, baru pulang,"timpal Aldan.Namun, Alvaro langsung menggeleng.
"Nggak usah, lain kali aja. Gue harus pulang sekarang, kasihan juga Nesya sendirian di rumah. Dia nyariin gue dari tadi,"ujar Alvaro. Ia merasa sudah cukup membuat Nesya kelimpungan, pelajaran untuk Nesya hari ini sudah cukup.
...****************...
Sejak tadi, Nesya terus mondar-mandir di depan pintu. Sambil sesekali mengecek ponselnya, menunggu Alvaro membalas pesannya dan mengabari kalau ia akan segera pulang. Namun, ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.00 malam, Alvaro belum juga kembali. Pria itu juga tak kunjung membalas pesan darinya, serta tidak sekalipun mengangkat telepon darinya.
Mbak Siti yang dari tadi melihat majikannya, ia segera menghampiri gadis yang memasang wajah cemas itu.
"Non Nesya, Pak Alvaro belum pulang?"tanya Mbak Siti ketika ia sudah berdiri di hadapan Nesya.
Nesya menatap Mbak Siti dengan tatapan sendu, ia kemudian menggelengkan kepalanya."Belum, Mbak. Aku jadi khawatir, Pak Alvaro ke mana ya? Nggak biasanya dia kayak gini."
Nesya akhirnya mengutarakan perasaan semesta pada Mbak Siti, ia sungguh gelisah menanti kepulangan sang suami. Mbak Siti jadi kasihan pada majikan mudanya itu, tampak dari raut wajahnya, mengkhawatirkan suaminya.
Mbak Siti menduga, kedua majikan itu sedang mempunyai masalah pribadi, makanya Alvaro tak kunjung pulang. Selama bekerja di rumah pasangan pengantin baru itu, Mbak Siti melihat ada yang janggal dalam hubungan rumah tangga kedua majikannya.
Apalagi saat ia mendengar panggilan mereka yang sangat jauh berbeda. Alvaro memanggil Nesya sayang, sedangkan Nesya malah memanggil suaminya sendiri dengan sebutan bapak. Namun, Mbak Siti merasa tidak berhak ikut campur.
"Non Nesya sebaiknya istirahat dulu, kayaknya Non Nesya udah capek banget. nanti kalau Pak Alvaro pulang, Mbak Siti akan kasih tahu,"tawar Mbak Siti, tak tega melihat Nesya yang belum istirahat sejak pulang kuliah. Gadis itu nggak akan belum makan malam, karena menunggu suaminya pulang.
Nesya menggeleng, menurut tawaran Mbak Siti."Nggak papa, Mbak. aku mau nunggu Pak Alvaro pulang."
Mbak Siti memaklumi keputusan Nesya, sebagai istri tentu saja dia tidak akan tenang sebelum suaminya pulang.
"Baik,Non. Kalau begitu, Mbak Siti ke dapur dulu, ya. Mau panasin makanan buat Non Nesya sama Pak Alvaro nanti,"pamit Mbak Siti, Nesya mengangguk paham.
"Ya ampun,Pak Alvaro kebangetan ya. Ngambeknya kayak anak kecil, pakai acara nggak pulang-pulang segala."Nesya menggerutu, kesel karena sikap sang suami.
...****************...
Alvaro tiba di rumah sekitar pukul setengah 10.00 malam, Mbak Siti mendengar suara mobil Alvaro, langsung keluar dari kamarnya dan bergegas membuka pintu depan.
"Eh, Bapak sudah pulang,"sapa Mbak Siti.
Alvaro membalas sapaan Mbak Siti dengan senyum ramah, ia celingukkan ke dalam dan ternyata Nesya sama sekali tidak menunggunya. Alvaro tampak kecewa, ia langsung melangkahkan kakinya ke dalam.
saat hendak naik tangga menuju kamarnya, Alvaro melewati ruang tamu dan ia tertegun melihat Nesya tertidur di sofa. Gadis itu tampak meringkuk, sepertinya ia tertidur sangat nyenyak.
"Non Nesya ketiduran Karena kelelahan,pak. Non Nesya menunggu bapak pulang sejak tadi, udah kan belum makan malam,"ujar Mbak Siti menjelaskan.
Alvaro mengangguk paham, ia langsung mendekati sang istri yang meringkuk di sofa. Sedangkan Mbak Siti pamit kembali ke kamarnya.
"Nesya,bangun!"Alvaro berusaha membangunkan sang istri, Nesya langsung merespon dengan menggeliat.
Sambil menguap, Nesya membuka matanya. Ia berusaha mengembalikan kesadarannya, ia menatap Alvaro sambil mengerjapkan matanya.
"Ngapain kamu tidur di sini? mau ikut-ikutan tidur di sofa, ya?"sindir Alvaro, sambil tersenyum miring.
Nesya langsung terkejut pada suaminya, ia bangkit dan mendudukkan dirinya di sofa.
"Pakai nanya lagi, ya aku nungguin bapak lah. Bapak ke mana aja, sih? Senang banget bikin orang khawatir, ya!"gerutu Nesya kesal, membuat Alvaro terkekeh. Lelaki itu bangkit dan ikut duduk di samping Nesya.
"Kamu nunggu saya? Saya pikir kamu nggak akan peduli sama saya, makanya saya pergi ke rumah teman dan menghabiskan waktu di sana,"jawab Alvaro santai.
"Nggak peduli kata bapak? Aku nungguin bapak sampai ketiduran, terus aku nelpon terus nggak diangkat. Chat juga nggak dibalas, terus kata bapak aku tidak peduli?"protes Nesya tak terima.
Nesya tiba-tiba teringat kata-kata Alvaro, saat lelaki itu mengatakan kalau dia menghabiskan waktu di rumah temannya. Rasa penasaran dan curiga langsung menghinggapi hati Nesya, ia menatap suaminya penuh selidik.
"Tunggu, tadi bapak bilang kalau bapak menghabiskan waktu di rumah teman? Laki-laki atau perempuan!"tuduh Nesya, ekspresi gadis itu begitu menggemaskan.
"Kalau laki-laki atau perempuan sekalipun, emangnya kenapa?"jawab Alvaro sengaja ingin memanas-manasi istrinya.
"Macam-macam, ya! Awas aja kalau berani selingkuh, bapak akan tahu akibatnya!"ancam Nesya.
Alvaro menyunggingkan senyumnya, ia senang mendengar Nesya mengancamnya jika selingkuh. Itu artinya Nesya cemburu, hanya saja gadis itu masih gengsi mengakuinya.
"Udahlah, nggak usah dibahas. Nggak penting juga, kok. Lebih baik sekarang kita makan malam, kata Mbak Siti kamu belum makan,"ucap Alvaro sembari bangkit dari duduknya.
Nesya ikut berdiri, yang mencegah lengan Alvaro yang hendak berjalan ke dapur. Alvaro kembali menoleh, menatap Indonesia dengan penuh tanda tanya."ada apa lagi?"
"Jawab dulu yang jujur, tadi bapak sama teman laki-laki atau perempuan? Bapak nggak selingkuh, kan?"Nesya kembali menodong sang suami.
Alvaro menghela nafas, entah kenapa Nesya jadi mencurigainya."Nesya, memangnya saya ada tampang tukang selingkuh?"
"Tampang bisa berbohong, pak! nggak ada yang bisa dipercaya di dunia ini,"sahut Nesya.
"Kamu tahu sendiri, kan? Saya cinta mati sama kamu, terserah kamu,kalau nggak percaya. Tapi saya tidak pernah berbohong,"ucap Alvaro sembari meninggalkan Nesya yang masih terpaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments