Nesya masih saling menatap dengan Alvaro, gadis itu menggigit bibir bawahnya karena gugup sekaligus takut, karena sang suami telah memergokinya yang akan naik motor dengan pemuda lain. Nesya juga khawatir, Edo akan curiga pada mereka karena sikap aneh yang dilakukan Alvaro. Dan benar saja, Edo menatap heran pada teman dan juga dosennya itu.
"Mampus gue, kok bisa sih Pak Alvaro ada di sini"Nesya hanya bisa mengumpat dalam hati, ia tidak menduga kalau Alvaro akan menghampirinya saat ia akan pulang bersama Edo.
"Nes, lah ada urusan apa sama Pak Alvaro?"tanya Edo penasaran sembari melirik ke arah Nesya dan Alvaro bergantian.
Nesya bingung harus menjawab apa, ia hanya menatap suaminya yang berdiri tak jauh dari tempatnya dan Edo berada. Sementara itu, Alvaro malah berjalan mendekat ke arah mereka. Hal itu tentu saja membuat Nesya panas dingin, ia berharap suaminya itu tidak keceplosan di hadapan Edo. Bisa gawat jika hubungan pernikahan mereka diketahui pihak kampus. Nesya tentu saja tidak ingin itu terjadi, dia masih ingin kuliah hingga menjadi sarjana.
"Kalian mau pulang?"tanya Alvaro, nadanya terdengar tenang dan wajahnya tampak datar.
Nesya tidak berani menjawab, melihat ekspresi wajah suaminya saat ini membuat jantungnya berdegup kencang. Nesya hanya bisa pasrah, entah apa yang akan dilakukan Alvaro.
Melihat Nesya yang hanya diam saja dan enggan menjawab, Edo berinisiatif untuk menjawab sebagai bentuk kesopanan kepada sang dosen. Edo juga penasaran Apa yang membuat desainnya itu memanggil Nesya, di luar jam mata pelajaran.
"Iya,Pak. Kami mau pulang, kebetulan Nesya nggak bawa motor. Tadi saya ajak pulang bareng, daripada naik taksi,"ucap Edo.
Mendengar jawaban salah satu mahasiswanya itu, Alvaro langsung menggangguk. Ia kembali mengarahkan tatapannya pada sang istri, gadis itu hanya menunduk saja sambil memanyunkan bibirnya.
"Kalau boleh saya tahu, tadi Bapak Kenapa panggil Nesya? Apa ada keperluan?"Edo akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
Alvaro tersenyum tipis, dalam hatinya ia mengutuk lelaki yang akan memboncengi istrinya itu. Alvaro jelas tidak suka Nesya berdekatan dengan teman laki-laki, apalagi berboncengan dengan motor gede. Tubuh Nesya pasti menempel di punggung pemuda itu, istrinya itu juga pasti akan berpegangan pada pinggang Edo agar tidak terjatuh.
membayangkannya saja sudah membuat Alvaro meradang, apalagi jika benar-benar terjadi. Beruntung Alvaro datang lebih cepat, kalau tidak, Nesya pasti sudah menempel di punggung laki-laki lain dan Alvaro tidak akan pernah rela.
"Saya ada perlu sebentar dengan Nesya,"ucap Alvaro, membuat Edo menatapnya penuh tanya.
"Soal apa ya,pak?"Nesya akhirnya bersuara, gadis itu menatap takut pada lelaki yang berstatus suami rahasianya itu.
"Soal nilai kamu yang harus diperbaiki. Saya ada tugas tambahan untuk kamu, kalau kamu nggak mau mendapatkan nilai E di akhir semester."
Kalimat bernada ancaman itu membuat Nesya membelalakkan matanya. Ia yakin, itu hanya gara-gara Alvaro saja agar ia tidak jadi pulang bersama Edo.
Nesya mencibir dan membatin.
'Dasar suami licik, nggak bisa banget ya biarin aku pergi sama cowok lain.'
"Ayo,ikut saya! atau kamu benar-benar mau dapat nilai E dan tidak lulus mata kuliah saya!"tegas Alvaro, membuat Nesya gelagapan. Gadis itu malah menatap Edo, seolah meminta persetujuan pemuda itu.
"Ngapain kamu natap-natap Edo? kamu minta izin sama dia, memangnya kalian pacaran?"tuduh Alvaro, membuat Nesya terkejut.
"Eh, enggak kok pak. Kita cuma temenan kok,"Edo buru-buru menyanggah, sedangkan Nesya mencibir ke arah suami.
"Oh, gitu. Ya udah, baguslah kalau begitu. Ayo ikut saya!"
Alvaro berbalik, melangkah lebih dulu. Sedangkan Nesya belum mengikuti langkah sang suami, dia laki-laki menatap Edo.
"Do, gue ikut Pak Alvaro sebentar ya! gue nggak mau nilai gue E,"ucap Nesya, Edo pun menggangguk paham.
"Ya udah, buruan sana!"titah Edo, Nesya mengangguk paham. Ia langsung berlari kecil, mengejar langkah suaminya.
Alvaro berhenti di depan mobilnya, ia sengaja memarkirkan mobilnya sedikit lebih jauh dari pintu gerbang universitas. Tidak terlalu banyak mahasiswa yang lewat di sana, jadi lebih aman untuk Nesya dan Alvaro.
"Masuk!"titah Alvaro saat mereka sudah berada di dekat mobil.
Nesya menatap suaminya, lelaki itu masih memasang ekspresi datar di wajahnya. Nesya tak berani membantah, ia langsung masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibuka oleh Alvaro. Setelah Nesya masuk, Alvaro pun menyusul dan menempati posisi kemudi.
Di dalam mobil, Alvaro tidak mengatakan sepatah kata pun. Ia langsung mengemudikan mobilnya, meninggalkan area kampus. Nesya melirik sang suami yang tengah fokus mengemudi, pria itu masih memasang wajah datar.
"Aku pikir papa nggak akan pulang bareng aku, bapak kan masih ada jadwal ngajar sampai sore,"Nesya akhirnya bersuara, memecahkan keheningan antara mereka berdua.
"Aku sengaja meminta asisten dosen untuk menggantikan aku mengajar, Karena aku tahu kamu nggak bawa motor, tapi ternyata. Istriku malah mau boncengan sama cowok lain,"ucap Alvaro tanpa melirik Nesya.
Mendengar ucapan Alvaro, membuat Nesya gelagapan. Ia berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk membela dirinya.
"Ya gimana ya, aku kan nggak tahu kalau bapak mau pulang juga. Daripada aku naik ojek kan lebih baik aku pulang sama Edo, lagian bapak kok nekat banget, sih! kalau tadi Edo curiga sama hubungan kita,gimana? bapak nggak takut hubungan kita ketahuan? kalau ada yang curiga terus cari tahu hubungan kita, terus melapor ke rektor. Tamat kita, Pak!"
CHITT!
Nesya terkejut saat tiba-tiba Alvaro menginjak rem hingga mobil berhenti cepat, tubuh Nesya terhuyung ke depan. Untung saja ia memakai sabuk pengaman, kalau tidak mungkin jidatnya akan menabrak dasbor mobil. Jantungnya hampir copot karena kaget, akibat perbuatan sang suami.
"Bapak apa-apaan, sih? Bisa nggak sih, ngeremnya pelan-pelan aja. Bikin jantung aku mau copot tau nggak!"protes Nesya melempar tetapan marah pada Alvaro.
"Berhenti panggil aku bapak! Aku ini suami kamu!"tegas Alvaro dengan nada dingin.
Nesya terkejut melihat sikap tak biasa Alvaro padanya hari ini. Semarah itu kah Alvaro padanya, hingga lelaki itu bersikap dingin padanya.
"Bapak kenapa, sih? Bapak marah hanya karena aku mau pulang sama Edo?"tanya Nesya, tidak suka dengan sikap suaminya.
"Kamu tahu jawabannya, Kenapa mesti bertanya?"ucap Alvaro.
Ia sungguh kecewa pada Nesya, padahal setiap hari ia selalu memperingati istrinya itu agar tidak berdekatan dengan teman laki-lakinya. Walaupun mereka hanya teman, Alvaro tetap tidak suka. Ia tidak rela istrinya bersentuhan dengan laki-laki lain, karena Nesya hanya miliknya. Terdengar berlebihan memang, namun begitulah Alvaro. Ia begitu posesif dengan miliknya, bahkan ia tak rela sedikitpun jika ada orang lain yang menatap Nesya lebih lama.
"Bapak cemburu? Nggak usah cemburu Pak, Kita cuman temenan. Nggak lebih dari itu, lagi pula niat Edo baik kok. Dia cuma mau nganterin aku pulang,"sanggah Nesya.
Alvaro tersenyum kecut, selalu saja seperti itu. Nesya selalu menganggap orang lain baik, sedangkan suaminya sendiri tak pernah mendapatkan apresiasi apapun walau sebaik apapun Alvaro padanya.
"lagian, Kenapa Bapak harus marah-marah sama aku! Harusnya aku yang marah, tadi bapak cuekin aku di kelas. Aku capek-capek tunjuk tangan, tapi bapak malah memilih si Dea sok kecentilan itu. Bapak jahat banget tau nggak!"omel Nesya.
Alvaro menatap istrinya, ia kecewa karena Nesya memuji kebaikan orang lain dan mengatai suaminya sendiri jahat.
"Ya, saya jahat dan teman kamu yang baik. Di dalam kelas saya hanya berusaha untuk profesional, saya memilih Dea bukan karena apa-apa. Mungkin hari ini giliran dia, minggu depan giliran kamu,"terang Alvaro.
Mendengar penjelasan Alvaro, Nesya mencibir bibirnya. Menurutnya, itu hanya alasan Alvaro untuk mencari pembenaran atas dirinya.
"Bapak cuma mau bela diri,kan? Jangan taunya cuman kesalahan aku, tapi kesalahan bapak sendiri. Bapak nggak nyadar?"sindir Nesya. Alvaro memalingkan wajahnya, istrinya itu tidak pernah mau kalah dalam hal apapun.
"Setidaknya saya tidak memboncengi gadis lain, seperti kamu yang akan diboncengi oleh cowok lain,"ucap Alvaro dengan nada dingin.
Tak mau menunggu bantahan dari sang istri, Alvaro langsung menginjak pedal gas, melajukan mobilnya. Hari ini ia benar-benar kecewa pada Nesya, peringatan yang ia berikan pada sang istri tidak pernah didengarkan gadis itu. Alvaro juga sudah berkali-kali melarang Nesya memanggilnya dengan sebutan bapak, tetapi tetap saja Nesya tidak mau merubah panggilannya.
Begitu selesai mengajar tadi, Alvaro sengaja menghubungi mahasiswa yang menjadi asisten dosen untuknya. Ia meminta mahasiswanya untuk menggantikannya pengajar jam siang hingga jam sore nanti, karena ia harus mengantar Nesya pulang.
Namun, saat Alvaro hendak menghampiri sang istri di depan pintu gerbang universitas, kekecewaan yang didapatkannya. Ia melihat istrinya akan naik ke motor teman laki-lakinya, hal itu membuat Alvaro kecewa. Nesya mengabaikan peringatan darinya, padahal gadis itu tahu betul bagaimana sikap posesif dirinya. Dan Alvaro tidak suka Nesya terlalu dekat dengan teman laki-laki.
...****************...
Hanya beberapa menit, mobil Alvaro akhirnya berhenti di depan pintu pagar rumah mereka. Nesya mengernyit heran, karena biasanya Alvaro langsung memasukkan mobil ke dalam pekarangan rumah mereka.
"Kamu langsung turun aja"ucap Alvaro.
"Kok turun di sini? Kenapa nggak sekalian aja turun di dalam?"tanya Nesya bingung.
"Saya akan kembali ke kampus, ada sesuatu yang harus saya urus,"ucap Alvaro dengan nada datar.
Nesya hanya mengangguk saja, tak mau terlalu memperdulikan apa yang akan dilakukan suaminya.
Gadis itu langsung membuka pintu mobil, kemudian turun tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Apa gue terlalu berlebihan sama Nesya? aku rasa gue terlalu kekanak-kanakan, tapi nggak apa-apa. Biar itu jadi pelajaran untuk Nesya. Gue seperti ini bukan karena gue marah sama kamu Nesya, justru karena gue sayang sama kamu. Gue ingin kamu berubah, gue ingin kamu mencintai gue seperti gue mencintai kamu,"lirik lelaki tampan itu sembari menatap bayangan Nesya yang baru saja menghilang di balik pintu rumah.
Alvaro kembali mengemudikan mobilnya, ia tidak akan kembali ke kampus seperti yang dikatakannya pada Nesya. Alvaro tidak tahu hendak ke mana, yang jelas ia hanya ingin menyendiri saat ini. Memberi ruang untuk dirinya dan juga Nesya, agar mereka saling merenung.
...****************...
Hingga malam tiba, Alvaro belum kembali ke rumah. Entah ke mana laki-laki itu pergi, Nesya jadi kebingungan dibuatnya.
"Pak Alvaro ke mana, sih? Jam segini belum pulang, bikin orang khawatir aja!"gerutu Nesya, sembari sesekali melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 09.00 malam.
Beberapa kali Nesya telah menghubungi ponsel suaminya, namun Alvaro tak kunjung menjawab panggilan telepon darinya. Hal itu membuat Nesya khawatir, Karena bagaimanapun Alvaro adalah suaminya.
"Gue telepon lagi aja kali ya,"gumamnya sembari menelpon tapi tetap saja tidak diangkat.
"Ya ampun, Pak Alvaro sampai segitunya.Baper banget sih jadi cowok,"gerutu Nesya, ia mendengus kesal.
"Apa jangan-jangan,Pak Alvaro mencari pelampiasan di luar sana? Nggak-nggak, itu nggak boleh terjadi!"
Nesya segera menyingkirkan pikiran buruknya, meskipun ia belum mencintai suaminya. Namun, Nesya tidak akan pernah rela jika suaminya sampai bersama wanita lain.
"Nggak, gue nggak rela kalau itu terjadi!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments