Alvaro mengetuk-ngetuk ponselnya yang ia letakkan di atas meja, ia tengah menunggu pesan balasan dari sang istri. Namun, sudah beberapa menit menunggu, Nesya tak kunjung membalas pesannya. Alvaro membuka kembali aplikasi chat, ternyata Nesya sudah membaca pesan yang ia kirim. Tetapi gadis itu sepertinya tidak berniat untuk membalas. Karena Nesya sudah tidak online.
"Apa dia marah ya, sama saya?"gumam lelaki tampan itu.
"Tapi nggak papa deh, biar dia sedikit merenung,"ucapnya lagi.
Saat ini Alvaro tengah berada di ruang dosen, ia tengah menunggu jam mata kuliah selanjutnya dimulai. Namun, ia langsung teringat istrinya. Tak henti-hentinya Alvaro mengingatkan, agar Nesya tidak dekat dengan laki-laki lain. Alvaro mencoba menelepon Nesya, tetapi sang istri tidak menjawab. Saat dikirim pesan, juga tak kunjung dibalas.
"Pak Alvaro,"sapa seorang dosen wanita yang sudah berumur.
Alvaro yang tengah fokus pada ponselnya, langsung menoleh dan menatap wanita tersebut yang berdiri di depan meja kerjanya. wanita yang hampir seusia ibunya itu, memamerkan senyum manis pada lelaki di hadapannya.
"Iya, ada apa ya,Bu Sari?"tanya Alvaro.
Wanita bernama Sari itu, langsung menarik kursi di depan meja Alvaro dan langsung mendudukkan dirinya.
"Pak Alvaro, tidak keberatan kan? saya duduk di sini. Ada yang mau saya omongin,"ucap wanita itu, Alvaro hanya tersenyum tipis.
Alvaro memang dosen yang paling tampan di fakultas tersebut, tidak hanya mahasiswa yang mengidolakannya. Namun, beberapa dosen juga sangat kagum padanya. Termasuk dosen wanita bernama Bu Sari tersebut, ia sangat mendambakan menantu seperti Alvaro.
"Mau bicara apa, Bu? silakan!"ucap Alvaro sopan, ia sangat menghormati orang yang lebih tua darinya.
"Begini, Pak Alvaro. Pak Alvaro kan belum menikah, bagaimana kalau saya jodohkan dengan putri saya. Dia sangat cantik loh,"ucapan wanita berpakaian batik berwarna abu-abu itu.
, Alvaro menatap ibu-ibu di depannya dengan kening yang mengernyit. Ini bukan pertama kalinya bagi Alvaro, mendengar seorang ibu-ibu yang menawarkan anak gadis mereka padanya. Beberapa orang ibu-ibu dengan terang-terangan mengatakan kalau mereka mendambakan menata seperti Alvaro.
"Bagaimana, Pak Alvaro? kalau bapak bersedia, saya bisa mengatur waktu agar kalian bisa bertemu. Atau bapak mau lihat fotonya terlebih dahulu,"tawar Bu Sari, ia hendak membuka galeri ponselnya.
"Nggak perlu, Bu Sari. Maaf,"cegah Alvaro, karena ia yakin secantik apapun gadis lain tidak akan bisa mengalahkan kecantikan istrinya. Dan secantik apapun gadis itu, Alvaro tidak akan pernah memalingkan wajahnya dari sang istri tercinta.
Bu Sari memberikan tatapan kecewa pada lelaki tampan di hadapannya,"kenapa?"
Melihat tatapan kecewa Bu Sari, membuat Alvaro tak enak hati. Apalagi mengingat Bu Sari adalah seniornya, jika usianya jauh lebih dari Alvaro.
"Saya minta maaf, Bu. Tapi saya sudah memiliki seorang gadis yang saya cintai,"ucap Alvaro.
Wanita di hadapannya tampak terkejut, sepertinya dia sangat kecewa. Namun, dengan berat hati Alvaro harus mengakui bahwa ada seseorang yang sangat dicintainya. Agar orang lain tidak terlalu berharap padanya.
"Pak Alvaro sudah punya kekasih?"tanya wanita.
Alvaro mengangguk membenarkan, walaupun ia tidak mengatakan bahwa ia sudah menikah. Namun, Alvaro juga tidak mengatakan bahwa ia belum menikah. Karena ia tahu, kalau seorang laki-laki yang sudah menikah tidak boleh mengaku bujangan. Sebab akan jatuh talak 1 untuk istrinya.
"Kalau begitu, maafkan saya pak Alvaro. Saya tidak tahu kalau Bapak sudah punya kekasih, tapi kalau seandainya Bapak dan gadis itu tidak berjodoh. Maka saya dengan senang hati menerima Pak Alvaro menjadi menantu saya,"ucap Bu Sari.
Mendengar ucapan Bu Sari, membuat Alvaro tersenyum canggung. Bagaimana tidak berjodoh? Alvaro bahkan sudah menikahi gadis pilihannya itu. Namun ia hanya diam saja, agar menanggapi ucapan ibu-ibu tersebut.
"Ya sudah kalau begitu, Pak Alvaro. Maaf saya sudah mengganggu waktunya, Saya harus kembali mengajar,"wanita itu bangkit dari duduknya.
"Permisi,"ucapnya lagi.
"Iya,Bu. Silakan!"balas Alvaro sopan, wanita itu kemudian berlalu meninggalkan ruang dosen.
Setelah Bu Sari berlalu, Alvaro hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir, mengapa ibu-ibu itu ngotot untuk menjadikannya menantu.
"Kenapa, Al? Dilamar lagi?"tanya seorang dosen yang sebaya dengan Alvaro, namanya Andre.
Lelaki itu langsung menghampiri temennya ketika Bu Sari telah keluar, ia sedikit mendengar pembicaraan Alvaro dan Bu Sari tadi.
"Iya, nggak habis pikir gue,"ucap Alvaro sambil terkekeh.
"Itu tandanya pesona lo nggak diragukan lagi. Tapi ngomong-ngomong kenapa lo nolak berkenalan dengan anaknya Bu Sari, Apa benar lu udah punya pacar?"tanya Andre penasaran.
Alvaro mengangguk sebagai jawaban.
"Wah, kenalin sama gue dong. Siapa cewek beruntung yang berhasil mematahkan hati mahasiswa mahasiswa yang mengidolakan Pak Alvaro,"ucap Andre, membuat Alvaro terkekeh. Bayangan wanita cantik Nesya saat bangun tidur, langsung memenuhi pikiran lelaki tampan itu.
"Nanti juga lo bakal tahu sendiri,"ucap Alvaro.
"Yah, nggak asik lo. Padahal gue penasaran,"balas Andre kecewa.
...****************...
Nesya akhirnya telah menyelesaikan semua mata kuliah hari ini, karena hanya ada dua mata kuliah, maka Nesya bisa pulang lebih cepat. Sekitar jam 01.00 siang, Nesya sudah berdiri di depan pintu gerbang fakultasnya. Gadis itu kini bingung harus pulang dengan apa, karena ia tak membawa motornya hari ini. Alvaro juga belum bisa pulang, karena harus mengajar satu mata kuliah lagi hingga sore nanti.
"Duh, gue belum pakai apa lagi. Ini gara-gara apa Alvaro yang nyebelin itu, dia nggak ngizinin gue bawa motor. Kalau udah kayak gini, gue juga yang repot. Dia mana peduli!"gerutu Nesya, sesekali ia menjaga keringatnya karena matahari begitu teriknya.
"Nesya!"panggil seseorang, gadis itu langsung menoleh pada seorang pemuda yang memanggilnya. Dia Edo, teman sekelas Nesya.
"Lo ngapain di sini? nggak pulang?"tanya Edo, Nesya hanya tersenyum tipis.
"Ini gue mau pulang, kok. Lagi nunggu taksi,"jawab Nesya seadanya, namun tiba-tiba Edo mengerutkan keningnya.
"Kok naik taksi? motor lo mana?"tanya cowok itu.
"Gue nggak bawa motor hari ini, lagi di bengkel soalnya,"jawab Nesya bohong, gadis itu terpaksa berbohong karena tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada teman sekelasnya itu.
"Ya udah, daripada nunggu taksi. Lebih baik lo pulang sama gue aja, naik motor gue,"tawar Edo sembari menunjuk motornya yang parkir di dekat pagar.
Nesya melirik motor besar milik Edo, agak ngeri karena ia belum pernah dibonceng dengan motor seperti itu. Apalagi kalau sampai Alvaro tahu, suaminya itu pasti akan marah. Namun, ia bingung bagaimana cara menolaknya.
"Kenapa bengong, ayo! gue antar lu pulang sampai ke depan pintu rumah,"ucap Edo, namun Nesya langsung menggeleng.
"Nggak usah, Do. gue nggak mau ngerepotin lo, gue naik taksi aja. Nggak papa kok,"tolak Nisa sehalus mungkin, berharap Edo tidak tersinggung. Namun, pemuda itu malah tersenyum.
"Gue nggak merasa direpotkan, kok. Gue senang bisa bantuin lo, nggak usah sungkan. Kita kan sahabat, ayo buruan!"ucap Edo, pemuda itu langsung berjalan menuju motornya.
Nesya tak punya pilihan lain, ia terpaksa menuruti keinginan Endo yang mengantarnya pulang. Nesya hanya berharap, Alvaro tidak melihatnya. Atau ia akan mendapat masalah.
"Nesya!"
Saat Nesya hendak naik ke motor Edo, tiba-tiba panggilan seseorang membuat gadis itu terkejut. Nesya mengarahkan pandangannya pada seorang lelaki yang memanggilnya, ternyata dia adalah Alvaro. Nesya menunggu salivanya dengan susah payah, saat mendapati tatapan dingin dari suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Rita
nah lho ketauan
2024-01-27
0
Rita
masih nanya aplg sdkt tdknya kamu dah tau sifat nesya kyk gmn
2024-01-27
0