Nesya melangkah ke kantin, kali ini dia sendirian tanpa menunggu teman-temannya yang lain. karena ia tidak mau diintrogasi oleh teman-temannya perihal dirinya yang tadi mengatai pak Alvaro di depan kelas.
"huft, lebih baik gue menghindar daripada ditanya yang macam-macam oleh mereka. kenapa dia harus takut, Alvaro itu suami gue. mana mungkin dia tega ngasih gue nilai jelek." cerocos Nesya sambil cekikikan. membayangkan ekspresi teman-temannya kalau mereka tahu bahwa mesya adalah istri dosen kesayangan mereka.
"buk, baksonya satu ya, sama teh segelas."ucap Nesya kepada ibu kantin yang bernama ibu Siti.
Bu Siti yang sedang melayani mahasiswa lain, mengacungkan jempol pada gadis cantik yang sedang berhadapan dengannya.
"siap, ibu buatkan dulu ya"
"oke, saya tunggu disana ya buk".
Nesya melangkah menuju salah satu meja kantin yang kebetulan kosong, beruntung siang ini kantin belum terlalu ramai.jadi, Nesya bisa memilih tempat duduk sesukanya tanpa harus bergabung dengan mahasiswa dan mahasiswi lain
"Nesya, sendirian aja nih?"suara seorang laki-laki membuat Nesya mendongak, menatap seorang pemuda yang tengah menatapnya sambil memamerkan lesung pipinya.
Namanya Edo,teman sekelas Nesya yang wajahnya tampan hampir seperti aktor Korea.
"eh,edo.iya gue lagi sendirian.mau gabung?"tawar Nesya.
lelaki berkulit putih itu mengangguk, masih tetap dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.
"boleh"
Edo langsung menarik kursi di depan Nesya, kemudian mendudukkan dirinya di depan gadis cantik itu.
'duh, kenapa dia harus datang sih? padahal gue pengen sendiri. kalau Pak Alvaro melihat gue berduaan sama Edo, bisa marah dia.'gerutu Nesya dalam hati, sambil tersenyum canggung pada Edo.
"Lo kenapa,nes?ada masalah?"tanya Edo.
"ha, enggak kok.gue gak papa.cuma lagi lapar aja.hehehe."jawab Nesya sambil terkekeh.
"oh, gue kirain kenapa. kali aja ada masalah kan bisa cerita-cerita sama gue"ucap Edo.
"enggak kok. lu udah pesan makanan belum?"meja bertanya untuk mengalihkan pembicaraan, tidak mau terus diintrogasi oleh cowok ganteng di hadapannya ini.
"udah kok, tinggal nunggu."jawab Edo, Nesya mengangguk paham.
setelah itu,keduanya memilih diam. Nesya dan Edo sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.entah mengapa, Nesya merasa canggung jika berduaan dengan Mungkin karena Edo cowok paling ganteng di kelas mereka, berduaan dengannya membuat nesya merasa deg-degan.
'apaan sih gue ini, berhadap-hadapan sama Pak Alvaro aja nggak kayak gini jantung gue. giliran sama Edo, kok bisa gue deg-degan gini sih,'gerutu nesya dalam hati.
Edo menatap heran pada Nesya, gadis itu banyak melamun hari ini.
"hey, kok melamun lagi?"
Edo melambaikan tangannya di depan wajah Nesya, membuat pemilik wajah baby face itu terlonjak kaget.
"eh enggak kok, gue nggak melamun"jawab Nesya.
Edo hendak kembali bersuara, namun tiba-tiba makanan pesanan mereka datang. Nesya menghela nafas, akhirnya ia selamat dari rasa penasaran Edo padanya.
"ya udah, yuk makan"seru Nesya. dengan nada ceria, sambil menatap mangkok bakso yang menggiurkan di hadapannya.
saat Nesya sedang meracik kuah bakso miliknya, tiba-tiba teman-teman Nesya datang. mila dan Evi menempati meja yang ditempati oleh nesya dan Edo. Nesya mendengkus, ia harus siap-siap mencari alasan lagi untuk diberikan kepada kedua teman perempuannya itu.
"oh, jadi gini ceritanya? pantes aja buru-buru, nggak mau nungguin kita. ternyata mau berduaan sama Edo nih"celetuk Mila. ia menatap kedua temannya itu dengan tatapan menggoda.
"iya nih, curang banget lo, nes. ke kantin nggak ngajak-ngajak, mentang-mentang lagi pdkt,"timpal Evi tak mau kalah.
Nesya hanya bisa melongo mendengar teman-temannya menggoda dirinya dan Edo, sementara cowok itu hanya senyum-senyum memamerkan lesung pipi yang menambah ketampanannya.
"heh, siapa yang PDKT sih? gue tadi sendirian, kebetulan Edo juga sendirian. jadi kita gabung aja, kalian kalau mau gabung ya gabung aja sini"ujar Nesya.
kedua gadis yang masih berdiri itu, saling menatap dan melempar senyuman seakan memberi sebuah kode.
"ya udah, kita gabung ya. nggak apa-apa kan, do?."Evi meminta izin terlebih dahulu kepada Edo, pemuda itu mengangguk setuju.
"iya, nggak apa-apa. rame-rame kan lebih asik. udah pada pesan belum nih?"tanya Edo.
"udah, tinggal nunggu aja"jawab Evi sambil menarik kursi untuk ia duduki, begitu juga dengan mila yang melakukan hal sama.
Nesya dan Edo memutuskan untuk menunda makan, walaupun makanan mereka sudah tersaji di hadapannya. namun mereka memilih untuk menunggu pesanan Evi dan Mila datang, agar mereka bisa makan bersama.
"Dio sama Bram Mana,do? kok nggak bareng, biasanya kalian selalu bertiga?"tanya Mila. Dio dan Bram adalah teman-teman mereka, tepatnya teman yang selalu bersama Edo.
"Mereka lagi ke perpus, katanya mau cari bahan untuk presentasi minggu depan."jawab Edo. mendengar jawaban Edo, Mila pun mengangguk.
saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba ponsel milik Nesya berdering. gadis itu membulatkan matanya, melihat nama sang suami yang tertera di layar ponselnya.
"siapa nes? kok sampai melotot gitu,?"tanya Evi penasaran. gadis itu hendak mengintip namun Nisya buru-buru menyembunyikan benda itu.
"bukan siapa-siapa, tapi bentar ya. gue angkat telepon dulu,"ucap Nesya, gadis itu bangkit dari tempat duduknya.
buru-buru ia berjalan sedikit menjauh, karena ia tidak ingin teman-temannya mendengar pembicaraannya dengan Alvaro.
"halo Pak, ada apa sampai nelpon segala?"ucapnya ketus. ketika sambungan telepon terhubung.
"bisa sopan sedikit tidak? kalau nggak bisa romantis, setidaknya ucapkan salam saja cukup."Alvaro melayangkan protesnya kepada sang istri, membuat meja memutar bola matanya.
"duh maaf deh Pak, Saya lagi sama teman-teman soalnya. bisa gawat kalau ketahuan mereka. ada apa sih,pak. cepat ngomong deh"ucap Nesya, semakin tidak sopan. namun begitulah Nesya, gadis itu memang ceplas-ceplos dalam berbicara dan tidak suka berbasa-basi.
terdengar suara helaaan nafas dari Alvaro, pria itu sepertinya sudah terbiasa menghadapi sikap cuek dan seenaknya gadis yang dinikahinya sebulan yang lalu itu.
"Kamu lagi di mana memangnya? dan sama siapa?"tanya Alvaro, lagi-lagi nesya memutar bola matanya. selalu saja begitu, Alvaro menelponnya hanya untuk menanyakan hal sepele seperti itu hampir setiap saat.
Nesya menarik nafas dalam-dalam, mencoba untuk bersabar. karena posisi Alvaro bukan hanya sebagai dosennya, melainkan juga suaminya.
"aku lagi di kantin, pak. sama teman-teman"jawabnya jujur.
"cowok atau cewek?"
Nesya melongo mendengar pertanyaan sang suami, Alvaro selalu bertanya seperti itu. suaminya itu memang sudah terlalu posesif kepadanya, dia suka sekali menanyakan hal-hal yang menurut Nesya sangat sepele.
"sama Edo, Evi, dan Mila pak."Nesya menjawab sambil mencibirkan bibirnya.
"ya udah, ingat ya. jangan genit-genit sama cowok, karena kamu itu istri aku"ucap pria itu. kemudian langsung memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.
Nesya menatap layar ponselnya dengan mulut menganga, ia menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
"lah,dia ngajarin orang buat sopan. dia sendiri, nggak sopan banget!"
tak ingin membuat teman-temannya curiga, Nesya memutuskan kembali ke meja. saat ia kembali, ternyata makanan Evi dan Mila sudah datang.
"udah datang aja ini makanannya, yuk kita makan"seru Nesya.
"iya, lo lama banget. malah udah hampir dingin ini makanan"ucap Mila.
"lu teleponan sama siapa, nes?"tanya Edo penasaran.
"emm, bokap gue"Nesya menjawab asal.
\*\*\*\*
Alvaro memarkirkan mobilnya di depan garasi rumahnya, rumah yang selama 1 bulan ini ditinggalinya bersama istrinya. rumah ini adalah hadiah pernikahan dari orang tuanya dan juga mertuanya, mereka patungan membeli rumah mewah untuk ditempati pasangan pengantin baru itu.
Alvaro keluar dari mobilnya dengan menenteng tas kerjanya, lelaki berpostur tinggi tegap itu mengernyit heran. karena tidak menemukan keberadaan motor matic berwarna hitam milik istrinya, Nesya.
"ke mana Nesya, biasanya dia pulang lebih dulu daripada aku. sepertinya hari ini juga mata kuliahnya cuman dua"gumam Alvaro.
lelaki 27 tahun itu memutuskan untuk menelpon sang istri, ia sama sekali tidak mau membiarkan Indonesia lolos dari pengawasannya barang sebentar saja. oleh sebab itu, Nesya sering menyebutnya sebagai pria posesif.
"kamu di mana?"tanya Alvaro tanpa basa-basi, saat sambungan telepon telah tersambung.
"nggak kemana-mana, pak. kenapa memangnya, kenapa Bapak selalu nelpon?"Ketus Nesya.
Alvaro memijat keningnya, Nisa selalu saja begitu. gadis itu bersikap seolah belum menjadi seorang istri, Nesya bahkan masih memanggilnya dengan sebutan bapak.
"Nesya kamu di mana, kenapa jam segini belum pulang? jangan bilang kamu lagi keluyuran sama temen cowokmu sekarang?"tuding Alvaro.
"enak aja Bapak ini udah sembarangan, aku lagi ngerjain tugas di perpus. bentar lagi juga pulang kok,"jawab Nesya, gadis itu terlihat kesal.
Alvaro menghela nafas, tidak ada gunanya ia memaksa Nesya untuk pulang sekarang. gadis keras kepala itu tidak akan mau mendengarkannya.
"baiklah, setelah itu langsung pulang"
Alvaro melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
"sekarang jam 04.00 sore, jam 05.00 kamu udah harus ada di rumah"
"tapi,pak\_\_"
sambungan telepon terputus.
Alvaro langsung memutuskan sambungan teleponnya, malas berdebat dengan sang istri yang mempunyai tingkat keras kepala yang di atas rata-rata. pria itu kemudian melangkah masuk ke dalam rumah, ia perlu mengistirahatkan tubuhnya yang lelah setelah seharian mengajar di kampus.
********
"kenapa lo, kok kayak kesel gitu?"tanya Mila. memperhatikan wajah murung sahabatnya yang baru saja kembali setelah mengangkat telepon dari seseorang.
"iya nih, ditelepon bokap lo lagi?"tanya Evi.
Nesya malas menjawab, karena ia harus bohong lagi kepada kedua sahabatnya. Nesya juga yakin, baik Evi ataupun Mila tidak akan percaya kalau yang menelponnya adalah papanya. daripada ditanya-tanya terus, Nesya memilih untuk menghindar.
"gue mau pulang sekarang, ada hal yang harus gue selesaikan di rumah,"ucap gadis itu, sambil merapikan buku-bukunya. ia juga memasukkan laptop ke dalam tasnya.
"ya ampun, buru-buru amat. ini tugas kita belum kelar loh, emang urusan apa sih?"tanya Evi.
"kita lanjutkan besok aja, ya. gue bener-bener harus pulang sekarang sorry"
sebelum teman-temannya menyerbunya lagi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawabnya, Nesya segera berlari meninggalkan kedua sahabatnya yang menatapnya heran.
"aneh banget tuh anak,"ucap mila sambil menggelengkan kepalanya.
"iya, kira-kira Nesya teleponan sama siapa ya tadi? akhir-akhir ini dia sering menghindar ketika menjawab telepon"ucap Evi curiga.
"tau tuh, si Nesya. Jangan-jangan pacar barunya, tapi dia nggak mau ngomong jujur ke kita,"tebak Mila.
"iya juga kali ,ya"sahut Evi.
\*\*\*\*\*
Nesya akhirnya sampai ke rumah lebih cepat dari waktu yang ditentukan oleh Alvaro. suaminya itu meminta dirinya sudah tiba di rumah pada jam 05.00 sore, tapi Nesya sudah sampai 15 menit sebelum jam 05.00.
"nah kan. sampai lebih cepat. nggak mau ribut soalnya gue, jadi ngalah aja,"ucap Nesya. setelah selesai memikirkan motor matic miliknya di samping mobil sang suami.
"mana tuh orang? udah nyuruh orang pulang cepet-cepet, pas nyampe rumah nggak disambut,"gumam Nesya kesal. dirinya pun langsung melangkah masuk ke dalam rumah.
kedatangan Nesya langsung disambut oleh Mbak Tuti, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Alvaro dan Nesya. wanita berumur 35 tahun itu, menyambut kepulangan Nesya dengan senyuman di wajahnya.
"eh ,non Nesya udah pulang, non? Tumben hari ini pulang agak telat?"tanya Mbak Tuti.
"iya, mbak. soalnya aku ada tugas tambahan di kampus,"jawab Nesya. Mbak Tuti menggangguk mendengar jawaban majikannya.
"oh iya, mbak. Pak Alvaro di mana?"tanya Nesya sambil celingukan, mencari keberadaan suaminya.
"tadi Pak Alvaro, habis pulang langsung ke kamar, non. mungkin Bapak masih di kamar", jawab Mbak Tuti.
Nesya mengangguk paham.
"ya udah mbak, aku ke kamar dulu, ya."
Nesya melangkah menuju tangga, menaiki satu persatu anak tangga untuk sampai ke kamarnya bersama sang suami. Nesya dan Alvaro memang tidur di satu kamar yang sama, meski sampai saat ini Nesya masih belum mau menyerahkan dirinya kepada suaminya itu.
awalnya, Nesya ingin tidur di kamar yang terpisah. ia tidak mau tidur satu kamar dengan Alvaro, sebelum ia bisa menerima lelaki itu sebagai suaminya. namun, Alvaro tidak setuju dengan keinginan sang istri. dia beralasan, tidak mungkin tidur di kamar terpisah karena ada Mbak Tuti di rumah mereka.
Alvaro tidak mau Mbak Tuti mencurigai pernikahan mereka. setelah dibujuk, Nesya akhirnya setuju. dengan catatan, Alvaro tidak akan menyentuhnya sampai gadis itu benar-benar siap.
Tasya akhirnya sampai di depan pintu kamarnya, iya membuka pintu secara perlahan. namun, kamarnya kosong. tidak ada Alvaro di dalam, entah di mana pria itu saat ini.
"kok nggak ada? ke mana sih dia? orang Dia nyuruh aku pulang buru-buru, terus pas aku nyampe di rumah Dia nggak ada. benar-benar tuh orang nyebelin,", gumam Nesya kesal.
gadis itu menaruh ransel di meja belajarnya, melepas jaket yang dipakainya saat mengendarai motor tadi dan menggantungnya di gantungan baju.
"sayang, kamu udah pulang?"
"aaaaaaaa"
Nesya terlonjak kaget, saat Alvaro tiba-tiba memeluknya dari belakang. entah muncul dari mana pria itu, tiba-tiba Alvaro sudah berada di belakang nesya dan melingkarkan tangannya di pinggang ramping gadis itu.
"bapak, lepasin ah,"Nesya berusaha melepaskan tangan Alvaro dari pinggangnya, namun lelaki itu malah semakin mempererat pelukannya.
"sebentar saja, sayang. aku ingin seperti ini sebentar saja,"lirih lelaki itu, Alvaro meletakkan dagunya di bahu Nesya membuat bulu kuduk gadis itu meremang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Rita
kudu sabar Al soalnya baru sepihak yg suka pelan2 ambil hatinya
2024-01-26
1
Rita
wah nes apakah2???
2024-01-26
0