Part. 3

MWM Part. 3

“Nisa.” Sekali lagi Jefry memanggil namanya. Nisa membeku di tempatnya. Lalu tiba-tiba saja sebuah sentuhan menyentuh pundaknya. Membuat aliran napas Nisa serasa terhenti saat itu juga.

Padahal Nisa sudah merias wajahnya sedemikian rupa, berubah 180 derajat dari wajah naturalnya dalam kesehariannya. Mustahil akan ada yang mengenalinya. Tapi bagaimana bisa Jefry mengenalinya?

Bahkan cara bicaranya pun ia buat se-elegan mungkin, jauh berbeda dari dirinya yang seperti biasanya. Bagaimana bisa Jefry begitu jeli mengenali suaranya? Bukankah sudah tiga tahun lamanya mereka tidak bertemu?

Selama tiga tahun itu pula Nisa kehilangan kontak Jefry. Sejak saat itu Jefry mengganti nomor ponselnya. Hanya sebuah kabar yang sempat Nisa dengar dari beberapa teman Jefry jika pria itu pindah ke luar kota. Selama tiga tahun Nisa benar-benar tidak tahu menahu tentang Jefry. Dan kini, pria itu berada dekat dengannya. Bisa dibayangkan seperti apa perasaannya saat ini.

Ada sakit, amarah yang terpendam, bahkan benci yang mengendap di dasar hati.

Namun, demi rupiah ia rela menahan semua rasa yang berjejal dalam dadanya. Demi ibunya ia rela memainkan perannya sebagai pemuas nafsu pria-pria hidung belang. Yang tak ia sangka Jefry adalah salah satu diantara mereka.

Menghela napas sejenak, Nisa urung melepas pakaiannya. Ia lalu memutar tubuhnya. Ia beranikan diri membalas tatapan Jefry, lekat pada kedua matanya.

“Saya Jelita, Tuan. Bukan Nisa.” Nisa mengulum senyuman. Jantungnya berdegup kencang, berharap Jefry percaya.

“Kamu pikir aku percaya? Kamu Nisa kan? Sepandai apapun kamu merubah penampilanmu, aku bisa mengenalimu.” Wajah tampan Jefry tampak datar tanpa ekspresi. Tatapannya serius, meyakini penglihatannya. Di matanya, wanita di hadapannya ini adalah Nisa. Ia yakin itu. Mana mungkin ia salah mengenali orang.

“Apa yang membuat Tuan yakin kalau saya adalah Nisa?” Nisa mencoba menantang Jefry. Ia ingin melihat apakah Jefry masih mengingat tentangnya.

“Semuanya. Semua yang ada dalam dirimu. Wajahmu, suaramu, tatapanmu. Kamu adalah Nisa. Jangan coba-coba membohongi aku. Aku tahu kamu Nisa. Nisaku.”

Nisaku?

Dia bilang apa tadi?

Nisaku?

Bukankah Jefry sendiri yang pergi meninggalkannya? Lalu bagaimana bisa pria itu mengakui dirinya adalah Nisaku?

Nisa menjerit dalam hatinya. Luka lama yang hampir mengering itu tersirami air garam. Sungguh pedih, perih menyiksa batinnya. Ditinggalkan masih dalam balutan kebaya pengantin itu bukan lelucon yang bisa ia terima begitu saja. Ada harga dirinya yang dipertaruhkan. Ada perasaannya yang dipermainkan. Lalu bagaimana bisa Jefry malah mengakui jika dirinya ini masih miliknya?

Nisa mengulum senyuman. Ia bersusah payah menekan perasaannya dalam kebisuan. Ada sakit yang ia sembunyikan dibalik senyuman itu.

“Apakah Tuan sedang berhalusinasi? Kenapa Tuan yakin kalau saya adalah Nisa. Padahal jelas saya adalah Jelita. Bukan Nisa.”

“Mana mungkin aku salah. Aku sangat yakin.” Bukan hanya sekedar meyakini penglihatannya saja. Tetapi Jefry lebih meyakini kata hatinya. Hati kecilnya terus berbisik jika wanita di hadapannya ini adalah Nisa. Wanita yang pernah ia cintai. Bahkan mungkin perasaan itu masih tersisa.

Nisa menghela napas sejenak. Diliriknya arloji di pergelangan kirinya.

“Tuan sudah membuang waktu saya. Saya punya pelanggan lain yang sedang menunggu. Jika Tuan tidak serius ingin menggunakan jasa saya, silahkan Tuan lakukan pembatalan dengan Mami Serly. Kalau begitu saya permisi dulu. Selamat malam.” Lekas meraih tas di atas meja, Nisa lantas mengayunkan langkahnya hendak meninggalkan tempat itu.

Namun kalimat Jefry yang terdengar kembali menghentikan langkahnya.

“Jika kamu benar bukan Nisa, kalau begitu layani aku!” Jefry berkata lantang mempertegas setiap katanya. Tatapannya serius tak terlihat main-main. Jika benar perempuan itu bukan Nisa, maka ia ingin memastikannya di atas ranjang. Dulu mereka pernah melakukannya sekali. Dan ia menjadi orang pertama yang merenggut kesucian Nisa. Ia ingin melihat apakah perempuan itu sanggup melayaninya di atas ranjang.

“Aku sudah membayarmu. Aku tidak mau rugi. Sekarang layani aku.” Jefry kemudian naik ke atas tempat tidur. Duduk bersandar pada head board, menunggu si wanita jallang itu datang memuaskannya.

Helaan napas berat Nisa menjadi pertanda sesungguhnya Nisa tak sanggup melakukan ini. Setiap pelanggan yang menggunakan jasanya selalu puas. Bahkan tak jarang ada yang memberi bonus. Seperti Daus pengusaha batu bara itu. Tak jarang pula ada yang sampai tergila-gila padanya, rela menghamburkan rupiah demi bisa tidur bersamanya. Itulah sebabnya mengapa ia diistimewakan oleh Mami Serly.

Akan tetapi, untuk pelanggan yang satu ini, ada rasa berat dalam hatinya. Jika saja tak teringat kondisi ibunya yang membutuhkan biaya untuk pengobatannya secara rutin, maka sebisa mungkin ia harus melayaninya, memuaskan dahaga pria itu di atas ranjang. Yang mirisnya, pria itu adalah mantan kekasihnya.

Mengulum senyuman, Nisa kemudian memutar tubuhnya. Perasaannya yang sesungguhnya ia sembunyikan dibalik senyuman itu.

“Baiklah kalau itu yang Tuan mau.” Nisa mendekati tempat tidur usai menaruh tas di atas meja. Tatapan dan senyumannya ia buat memikat agar Jefry tidak melihat Nisa lagi dalam dirinya.

Berdiri di tepian tempat tidur, Nisa mulai melepas pakaian yang melekat di tubuhnya, menyisakan si pakaian berenda atas dan bawahnya saja. Nisa lalu naik ke tempat tidur, merangkak mendekati tubuh Jefry. Tak ia pedulikan tatapan tajam pria itu yang serasa menusuk sampai ke jantungnya.

Jefry melipat kedua tangan di belakang kepala, menjadikannya sebagai tumpuan. Ia biarkan Nisa mulai melakukan tugasnya, membuka tautan kancing kemejanya satu persatu. Kedua matanya terus mengawasi pergerakan Nisa. Ia ingin melihat sehebat apa perempuan ini memuaskan pelanggannya.

Masih dengan senyuman terkulum di bibirnya, Nisa membuka kancing kemeja Jefry yang terakhir. Ia terlihat santai dan seperti menikmati perannya. Padahal yang terjadi tidak seperti itu. Di dalam dadanya, jantungnya bergemuruh hebat. Ia harus mati-matian menahan sejuta rasa yang bergejolak dalam dadanya.

Susah payah Nisa membuat dirinya senyaman mungkin. Kancing kemeja Jefry sudah terlepas semuanya. Kemeja itu kemudian ia lepaskan dari tubuh Jefry. Sebisa mungkin ia menghindari bersitatap dengan pria itu. Sebab bisa saja pendiriannya runtuh dalam sekejap. Dan identitas dirinya yang sebenarnya akan diketahui Jefry.

“Wow, kamu mempunyai tubuh yang bagus, Tuan.” Untuk menyamarkan kegugupannya, Nisa mencoba berkelakar sembari menyusuri dada bidang Jefry dengan sapuan jemarinya. Lalu jemari itu terhenti pada ikat pinggang yang membelit pada pinggang pria itu. Ia kemudian mencoba membuka ikat pinggang itu.

“Hanya seperti ini pelayananmu? Kalau begini, aku jadi ragu apakah kamu bisa memuaskan aku atau tidak,” kata Jefry dengan wajah datarnya. Bola matanya bergulir menyusuri setiap lekuk tubuh Nisa. Masih sama seperti dulu. Hanya saja, kini tubuh itu dijajakan kepada banyak lelaki hidung belang. Entah sudah berapa banyak lelaki bejatt yang telah menikmati tubuh itu.

Tidak!

Rasanya Jefry tak bisa menerima itu. Mengapa setelah tiga tahun tak bertemu, Nisa malah terjerumus ke dalam lembah nista seperti ini?

Sungguh miris. Apa sebenarnya yang terjadi padamu Nisa? Batin Jefry menjerit.

“Kamu tenang saja, Tuan. Aku bisa melakukan tugasku dengan baik. Tuan hanya perlu menikmatinya,” kata Nisa.

Nisa sudah berhasil membuka ikat pinggang Jefry. Ia hendak menanggalkan celana panjang Jefry saat tiba-tiba ia dikejutkan oleh tangan kekar Jefry yang meraih tengkuknya. Tangan itu menekan tengkuknya, sembari perlahan wajah Jefry mendekat, mengikis jarak diantara mereka.

“Kamu pikir aku percaya dengan sandiwaramu?” Dalam sekejap mata Jefry membalik keadaan. Dalam sekali gerakan ia merubah posisi mengungkung tubuh Nisa di bawahnya. Tatapan tajamnya tak lepas menghunus, menghujam sampai ke jantung Nisa. Sampai-sampai jantung Nisa berdetak kencang.

Nisa bahkan harus menahan napasnya kuat. Ia terkejut bukan kepalang dengan sikap mendadak Jefry ini. Berada di bawah kungkungan Jefry, membuat ingatan Nisa kembali melambung ke masa lalu. Perasaan rindu dan benci saling berseteru di dalam dadanya.

“Tuan, biarkan aku yang melayanimu,” ujar Nisa mencoba mencairkan ketegangan dalam dirinya. Biar bagaimanapun Jefry adalah pelanggannya malam ini.

Tak ada jawaban dari Jefry. Pria itu membisu sambil menatap lekat wajah Nisa.

“Tuan, hmmpt ...” Nisa ingin mengingatkan, namun mulutnya terlanjur dibungkam oleh mulut Jefry tiba-tiba. Sampai ia tak bisa menghindar.

Terpopuler

Comments

mama Al

mama Al

Apa ini yang membuat Nisa jadi wanita malam
selain untuk biaya hidup.

2024-08-04

1

mama Al

mama Al

karena tampilan bisa menipu
tapi hati tidak bisa bohong

2024-08-04

1

mama Al

mama Al

jantungmu aman, Nisa?

2024-08-04

1

lihat semua
Episodes
1 Part. 1
2 Part. 2
3 Part. 3
4 Part. 4
5 Part. 5
6 Part. 6
7 Part. 7
8 Part. 8
9 Part. 9
10 Part. 10
11 Part. 11
12 Part. 12
13 Part. 13
14 Part. 14
15 Part. 15
16 Part. 16
17 Part. 17
18 Part. 18
19 Part. 19
20 Part. 20
21 Part. 21
22 Part. 22
23 Part. 23
24 Part. 24
25 Part. 25
26 Part. 26
27 Part. 27
28 Part. 28
29 Part. 29
30 Part. 30
31 Part. 31
32 Part. 32
33 Part. 33
34 Part. 34
35 Part. 35
36 Part. 36
37 Part. 37
38 Part. 38
39 Part. 39
40 Part. 40
41 Part. 41
42 Part. 42
43 Part. 43
44 Part. 44
45 Part. 45
46 Part. 46
47 Part. 47
48 Part. 48
49 Part. 49
50 Part. 50
51 Part. 51
52 Part. 52
53 Part. 53
54 Part. 54
55 Part. 55
56 Part. 56
57 Part. 57
58 Part. 58
59 Part. 59
60 Part. 60
61 Part. 61
62 Part. 62
63 Part. 63
64 part. 64
65 Part. 65
66 Part. 66
67 Part. 67
68 Part. 68
69 Part. 69
70 Part. 70
71 Part. 71
72 Part. 72
73 Part. 73
74 Part. 74
75 Part. 75
76 Part. 76
77 Part. 77
78 Part. 78
79 Part. 79
80 Part. 80
81 Part. 81
82 Part. 82
83 Part. 83
84 Part. 84
85 Part. 85
86 Part. 86
87 Part. 87
88 Part. 88
89 Part. 89
90 Part. 90
91 Part. 91
92 Part. 92
93 Part. 93
94 Part. 94
95 Part. 95
96 Part. 96
97 Part. 97
98 Part. 98
99 Part. 99
100 Part. 100
101 Part. 101
102 Part. 102
103 Coming soon
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Part. 1
2
Part. 2
3
Part. 3
4
Part. 4
5
Part. 5
6
Part. 6
7
Part. 7
8
Part. 8
9
Part. 9
10
Part. 10
11
Part. 11
12
Part. 12
13
Part. 13
14
Part. 14
15
Part. 15
16
Part. 16
17
Part. 17
18
Part. 18
19
Part. 19
20
Part. 20
21
Part. 21
22
Part. 22
23
Part. 23
24
Part. 24
25
Part. 25
26
Part. 26
27
Part. 27
28
Part. 28
29
Part. 29
30
Part. 30
31
Part. 31
32
Part. 32
33
Part. 33
34
Part. 34
35
Part. 35
36
Part. 36
37
Part. 37
38
Part. 38
39
Part. 39
40
Part. 40
41
Part. 41
42
Part. 42
43
Part. 43
44
Part. 44
45
Part. 45
46
Part. 46
47
Part. 47
48
Part. 48
49
Part. 49
50
Part. 50
51
Part. 51
52
Part. 52
53
Part. 53
54
Part. 54
55
Part. 55
56
Part. 56
57
Part. 57
58
Part. 58
59
Part. 59
60
Part. 60
61
Part. 61
62
Part. 62
63
Part. 63
64
part. 64
65
Part. 65
66
Part. 66
67
Part. 67
68
Part. 68
69
Part. 69
70
Part. 70
71
Part. 71
72
Part. 72
73
Part. 73
74
Part. 74
75
Part. 75
76
Part. 76
77
Part. 77
78
Part. 78
79
Part. 79
80
Part. 80
81
Part. 81
82
Part. 82
83
Part. 83
84
Part. 84
85
Part. 85
86
Part. 86
87
Part. 87
88
Part. 88
89
Part. 89
90
Part. 90
91
Part. 91
92
Part. 92
93
Part. 93
94
Part. 94
95
Part. 95
96
Part. 96
97
Part. 97
98
Part. 98
99
Part. 99
100
Part. 100
101
Part. 101
102
Part. 102
103
Coming soon

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!