Part. 2

MWM Part. 2

“Jelita?” Jefry masih bingung dengan kedatangan seorang wanita dalam balutan busana minim itu ke kamarnya, yang mengaku wanita bookingan.

Nisa melempar senyum manisnya meski ada sedikit nyeri di dada kala teringat bagaimana pahitnya masa lalu diantara dirinya dan pria di hadapannya ini.

“Boleh saya masuk? By the way, kita ngobrol dulu atau mau langsung main?” tanya Nisa dengan berani meski pria di hadapan ini adalah mantan kekasihnya dulu. Toh, ia dalam penampilan yang berbeda. Mungkin saja Jefry tidak akan mengenalinya.

Semoga!

“Tunggu, tunggu. Kamu bilang, aku yang membooking kamu?” Jefry memastikan, menyapukan pandangan anehnya dari kaki sampai kepala Nisa.

Anggukan pelan Nisa membuat Jefry terkekeh. Pria berparas tampan itu lantas mengusap wajahnya gusar. Ia baru mengerti sekarang mengapa ia diminta datang ke hotel ini.

Seminggu ia berada di luar kota menemui klien yang tak bisa hadir menghadiri pertemuan penting yang telah mereka sepakati bersama dikarenakan sakit.

Sebetulnya Jefry hendak membatalkan kerja sama. Akan tetapi, klien yang satu ini telah terlanjur menyukai kinerja JP Production dalam mengiklankan produk-produk yang bekerja sama dengan mereka. Sehingga tak ingin kehilangan kerja sama, maka si klien pun mengusulkan agar Jefry berkunjung ke kotanya.

Mengingat perusahaan yang dikepalainya adalah perusahaan rintisan yang ia bangun susah payah dati awal dan masih membutuhkan banyak jalinan kerja sama agar semakin tumbuh dan berkembang lagi, maka Jefry pun tidak keberatan dan menerima usulan tersebut.

Sepulangnya dari luar kota, Raka memintanya datang ke sebuah kamar hotel sebab ada sesuatu hal penting yang ingin dibicarakan. Tiba di kamar hotel ini Jefry malah tak menemukan keberadaan Raka. Ia langsung menghubungi Raka, dan Raka memintanya menunggu sebentar. Tak disangkanya setelah menunggu beberapa saat, bukannya Raka justru seorang wanita malam yang datang ke kamar hotel ini.

Jefry tak habis pikir mengapa Raka menipunya seperti ini. Ia tahu Raka suka bercanda, namun situasi ini benar-benar tak pantas dijadikan bahan candaan.

Jefry menghela napas frustasi. Entah apa pula yang ada dalam pikiran Raka. Bisa-bisanya sahabat laknatnya itu menyewa seorang wanita malam untuknya.

“Berapa lama saya harus menunggu di luar?” tanya Nisa, membuyarkan isi kepala Jefry.

Jefry terhenyak. Ia baru menyadari sesuatu sekarang. Suara itu ... Suara wanita malam itu mengapa serasa tak asing di telinganya?

“Bagaimana, Tuan? Boleh saya masuk dan menyelesaikan tugas saya?” tanya Nisa lagi. Walau sebetulnya ia ragu apakah ia sanggup melayani pria yang satu ini.

Gemuruh di dadanya susah payah ia redam. Kenangan masa lalu yang telah ia kubur dalam-dalam itu terkuak kembali ke permukaan setelah perjumpaan ini. Jujur saja Nisa ingin pergi.

Namun, mengingat Jefry adalah pelanggannya malam ini, dengan sangat terpaksa ia menekan perasaannya sendiri demi profesionalitas dalam pekerjaan. Lagipula ia tak ingin terkena amukan Mami Serly sebab lalai dalam menjalankan tugas. Bayaran sudah masuk ke rekeningnya. Mau tak mau, suka tak suka, ia dipaksa menyingkirkan egonya dan harus menyelesaikan tugasnya malam ini. Yaitu memuaskan pelanggan.

Jefry menoleh, menatap Nisa lekat-lekat. Tak hanya suara, bahkan wajah itu, sorot mata itu, senyuman itu. Mengapa ia merasa wanita di hadapannya ini mirip seseorang di masa lalunya? Seseorang yang telah menorehkan luka teramat dalam di hatinya. Seseorang yang telah membuatnya sulit membuka hati kembali untuk wanita lain.

“Ehem ...” Nisa berdehem, membuyarkan berbagai prasangka yang berkecamuk dalam kepala Jefry. Pria itu masih saja membiarkannya berdiri di depan pintu. Tak sedikit pun memperlihatkan ketertarikannya kepada wanita cantik yang berada di depan matanya saat ini.

Nisa tak menyangka, pria yang dulu pernah mengisi relung hatinya itu ternyata gemar bermain perempuan. Pantas saja tiga tahun lalu tanpa sebab Jefry tiba-tiba menghilang. Tanpa alasan Jefry membiarkannya menanggung malu di depan banyak orang, membuat dirinya menjadi bahan cemoohan orang-orang.

Tiga tahun lalu, Nisa dan Jefry hampir saja menikah. Namun entah ada angin apa sampai Jefry tidak datang di hari pelaksanaan akad nikah mereka. Jefry hanya mengirimkan sebuah pesan bahwa dia tidak akan menikahi wanita seperti Nisa yang tidak pandai menjaga  harga dirinya.

Nisa yang tidak tahu menahu maksud Jefry hanya bisa menangis. Jefry membatalkan pernikahan secara sepihak tanpa merundingkannya terlebih dahulu. Nisa kala itu seperti orang bodoh. Nisa hanya bisa menangis dalam pelukan ibunya yang sakit-sakitan. Sejak saat itu pula Jefry tak bisa dihubungi lagi. Jefry benar-benar telah memutus hubungan dengan Nisa.

Masih segar dalam ingatan Nisa bagaimana ia dan ibunya harus menanggung malu saat itu. Penghulu sudah siap menikahkan mereka, tamu undangan bahkan sudah hadir, tetapi Jefry malah tak datang. Dengan alasan Nisa telah mengkhianatinya. Alasan yang sungguh tak masuk akal bagi Nisa.

Sejak saat itu Nisa telah mengubur dalam-dalam kenangan diantara mereka. Perasaan cinta di hatinya telah ia ganti dengan kebencian. Benci diperlakukan Jefry seperti itu.

“Tuan kalau tidak ingin menggunakan jasa saya, silahkan Tuan lakukan pembatalan dengan Mami Serly. Bayaran yang sudah ditransfer akan saya kembalikan secepatnya. Maaf jika saya sudah mengganggu waktu Tuan.” Tak kunjung ada respon dari Jefry, Nisa pun memutuskan hendak meninggalkan tempat itu. Atau mungkin memang ia salah orang. Sebab foto yang diperlihatkan Mami Serly kepadanya pagi tadi bukan Jefry.

“Tunggu.”

Namun, agaknya Nisa harus mengurungkan niatnya. Sebab Jefry tiba-tiba mencegahnya pergi. Ia yang telah memutar tubuh hendak beranjak itu pun terpaksa menarik kembali ayunan langkahnya. Ia lantas menoleh, masih dalam posisi membelakangi Jefry.

“Bukankah Tuan tidak ingin menggunakan jasa saya? Kalau begitu saya pamit. Tuan silahkan hubungi Mami Serly. Katakan padanya Tuan sendiri yang ingin membatalkan bookingan. Karena saya tidak ingin Mami Serly menyalahkan saya,” ujar Nisa.

“Kamu bilang aku yang membooking kamu bukan? Lalu kenapa kamu malah ingin pergi? Aku tidak mau rugi.” Jefry menatap punggung Nisa yang terbuka sebab Nisa mengenakan gaun merah selutut yang terbuka pada bagian punggungnya.

Jujur saja, wanita itu sangat cantik dan menarik, sama seperti namanya. Jelita. Akan tetapi desir dalam darahnya, degup di jantungnya seolah membenarkan jika Jelita adalah wanita yang sama. Wanita yang pernah dicintainya dahulu.

Mendengar kalimat Jefry, Nisa lantas memutar kembali tubuhnya. Kali ini entah mengapa Nisa merasa ada yang berbeda dari tatapan Jefry. Tatapan yang membuat dadanya bergemuruh. Tatapan tajam Jefry itu seolah mendamba namun terselip kebencian.

Nisa paham maksud kalimat Jefry, sehingga dengan penuh percaya diri ia membawa langkahnya memasuki kamar itu. Lalu menaruh tasnya pada meja kecil.

Klek.

Suara pintu yang dikunci itu malah membuat dada Nisa semakin bergemuruh. Bagaimana bisa ia akan melayani pria yang pernah hadir dalam hidupnya. Walaupun mereka pernah melakukannya sekali di masa lalu, tetapi kini mereka berada dalam situasi yang berbeda.

Jefry mungkin melakukan hal ini karena kebutuhan biologisnya ingin terpenuhi. Berbeda dengan Nisa, yang melakukan ini dengan sangat terpaksa lantaran didesak keadaan.

Tap tap tap

Terdengar suara langkah Jefry mendekat. Jantung Nisa semakin berdegup kencang. Ia bahkan susah payah menelan ludah. Demi profesionalitas, sebisa mungkin ia harus menekan perasaannya.

“Bisa kita langsung mulai saja?” tanya Nisa masih dalam posisi memunggungi Jefry. Tangannya mulai menanggalkan pakaian minim yang membalut tubuhnya.

“Nisa.”

Namun gerakan tangannya harus terhenti ketika namanya disebut. Membuat dada Nisa terasa sesak detik itu juga.

“Nisa.” Sekali lagi Jefry memanggil namanya. Nisa membeku di tempatnya. Lalu tiba-tiba saja sebuah sentuhan menyentuh pundaknya. Membuat aliran napas Nisa serasa terhenti saat itu juga.

Ingin melihat visual Nisa dan jefry, follow akun facebook author dengan nama yang sama, Fhatt Trah ☺️

Terpopuler

Comments

Zeyn Seyi

Zeyn Seyi

knp ini jefry

2024-05-30

1

Kikan Dwi

Kikan Dwi

makin penasaran, Nisa merasa jefry yang salah jefry pun sebaliknya, siapa dalang di balik ini semua?

2024-03-31

0

Kikan Dwi

Kikan Dwi

kayanya ada salah paham

2024-03-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!