Menjadi Wanita Malam
MWM Part. 1
Mentari hampir tenggelam di ufuk barat. Nisa yang baru saja memasuki kamarnya, hendak mengistirahatkan raga lelahnya harus bangkit dari tempat tidur ketika ponselnya berdering.
“Iya, Mi,” sapanya tak bersemangat lantaran penat yang teramat memeluk raga rapuhnya.
Sudah seminggu Nisa bekerja sebagai seorang office girl demi memenuhi kebutuhan hidup. Pergi pagi pulang petang itu sudah menjadi hal biasa baginya. Sehingga raga penat dan lelah seperti ini senantiasa menghampirinya.
“Nisa sayang, kamu pergi ke Hotel Horizon kamar 107 sekarang juga ya sayang. Klien sedang menunggu. Jangan sampai kamu telat. Bayarannya sudah mami transfer ke rekening kamu. Ingat, berhati-hatilah. Kepuasan pelanggan adalah yang utama. Mami tunggu kabar dari kamu secepatnya, ya? Bye sayang.” Panggilan telepon diputus.
Nisa menghela napas panjang. Sekarang tidak ada waktu lagi untuknya rehat. Raga lelahnya harus ia paksa bekerja kembali demi pundi-pundi rupiah yang tengah ia kumpulkan. Ia punya alasan mengapa ia mengambil pekerjaan sampingan ini.
Usai membersihkan diri, Nisa segera berganti pakaian dengan pakaian santai. Tetapi wajahnya telah ia rias sedemikian cantik sampai hampir tak bisa dikenali jika ia adalah Nisa Ardina, seorang office girl yang sehari-harinya tampil natural bahkan terkesan kusam. Ia telah siap hendak pergi menunaikan tugasnya. Tak bisa ia menolak ketika Mami Serly sudah memberi perintah. Apalagi bayaran telah masuk ke rekeningnya.
“Aku titip ibu sebentar ya Mbak Lela. Tolong jaga ibu baik-baik. Kalau ada apa-apa, Mbak Lela langsung hubungi aku.” Nisa berkata kepada wanita paruh baya yang sering ia mintai tolong untuk menjaga ibunya yang sedang sakit ketika ia pergi bekerja.
Tentu saja jasa Nurlela itu tidak gratis. Ia selalu memberi bayaran kepada wanita yang ia panggil Mbak Lela untuk menghargai kebaikan serta ketersediaan waktunya untuk menjaga sang ibu.
Lagipula hanya Mbak Lela yang bisa ia percaya karena wanita itu jarang berkumpul bersama tetangga kalau hanya untuk bergosip.
“Iya. Mbak akan jaga baik-baik. Tapi kamu cepat pulang ya? Takut Bu Salma nanyain terus.”
Nisa mengulum senyum sembari mengangguk. Usai memastikan keadaan ibunya yang tengah terlelap, Nisa segera pergi. Di depan rumah sudah menunggu mobil jemputan yang dikirim Mami Serly.
Mobil melaju di jalanan. Di dalam mobil itu Nisa segera mengganti pakaiannya dengan pakaian terbuka, mengganti sepatu bututnya dengan heels sebagai penunjang penampilannya. Tak lupa ia mengenakan soft lense untuk menghindari kemungkinan ada pelanggan yang akan mengenali wajahnya ketika ia sedang tak bekerja sebagai wanita malam.
Arif, pria yang menyupiri Nisa langsung memutar spion di atas dashboard. Pemandangan seperti itu hampir setiap hari tersaji di depan matanya. Sebagai lelaki normal tentu saja hasratnya terpantik. Karenanya dengan cepat ia memutar spion agar tak menyaksikan pemandangan indah itu dengan sengaja.
Mobil yang dikendarai Arif menepi di depan pintu masuk Hotel Horizon. Nisa membenahi penampilannya sejenak, kemudian turun dan bergegas menuju kamar 107 yang terletak di lantai 4.
Ting tong
Nisa menekan bel pintu. Tak lama pintu kamar hotel itu pun terbuka dan menampakkan seorang pria paruh baya yang hampir seusia ibunya.
“Malam Om? Saya Jelita.” Nisa menyapa dengan menyunggingkan senyum manisnya kepada pelanggan yang sudah ia kenali wajahnya dari sebuah foto yang dikirimkan Mami Serly ke ponselnya lengkap dengan identitasnya.
Daus, pria paruh baya yang telah membooking Nisa itu tersenyum, menatap Nisa penuh minat dari kaki sampai kepala. Rupanya tak salah ia memilih perempuan di hadapannya ini. Hanya dengan sekali melihat fotonya saja ia sudah tertarik. Perempuan di hadapannya ini sungguh memikat hati juga hasratnya.
“Silahkan masuk, Jelita.” Daus mempersilahkan, sedikit menggeser tubuhnya.
Dengan anggunnya Nisa masuk, menaruh tas kecilnya di atas meja TV. Ia bukan lagi anak baru dalam dunia malam seperti ini, sehingga ia tahu apa yang harus ia lakukan.
Pria hidung belang itu, Daus, datang mendekat selepas mengunci pintu kamar. Langsung saja ia merengkuh pinggang ramping Nisa. Bokkong membusung Nisa yang ditatapnya penuh minat dari arah belakang itu membuat Daus tak bisa menahan lagi. Hasratnya sudah memuncak, tak sanggup ia bendung.
“Sabar, Om.” Nisa memutar tubuhnya. Otomatis menghentikan aksi Daus yang tengah menciumi ceruk lehernya.
“Kamu cantik sekali, Jelita. Saya sangat tertarik sama kamu,” kata Daus menyentuh dagu Nisa, menekannya pelan sampai wajah Nisa mendongak. Daus hendak mengecup bibir merekah Nisa, namun cepat Nisa menempelkan telunjuknya pada bibir Daus, pria hidung belang berusia paruh baya itu.
“Tahan dulu, Om. Beri saya waktu membuka pakaian.” Nisa tersenyum manja, melirik nakal pada pakaian minim yang dikenakan. Tangannya pun mulai bergerak menanggalkan pakaian yang melekat di tubuhnya itu.
Daus menelan ludahnya. Jakunnya terlihat naik turun, kentara amat haus gairrah.
Daus adalah seorang pengusaha batu bara. Berkantong tebal dan gemar bermain perempuan. Begitu melihat foto Nisa yang diperlihatkan Mami Serly kepadanya, ia langsung tertarik dan membooking Nisa. Masalah harga ia tak peduli.
Hal itu pun dimanfaatkan Mami Serly sebaik mungkin dengan mematok harga tinggi dari biasanya. Daus tidak keberatan asalkan service memuaskan.
“Ayolah, sayang. Saya sudah tidak tahan lagi.” Tak kuasa menahan lagi, Daus langsung menarik Nisa, mengajaknya ke tempat tidur. Pria bertubuh tambun itu pun langsung mengungkung Nisa di bawahnya.
****
“Nisa sayang, anak kesayangan Mami. Sini, sayang. Duduk dekat Mami.” Mami Serly menyapa semringah ketika Nisa datang menemuinya pagi ini di kediaman pribadinya, sekaligus tempat berkumpul anak-anak asuhnya.
Nisa tersenyum hambar, mengambil duduk di sebelah Mami Serly yang tengah berpangku kaki sambil menikmati sebatang rokok. Begitu Nisa duduk, wanita paruh baya dengan tampilan glamor dalam kesehariannya itu menyodorkan sebuah amplop kepadanya.
“Itu bonus dari Pak Daus untuk kamu,” ujar Mami Serly selepas meniupkan asap rokok ke udara.
“Makasih, Mami.”
“Pak Daus mau booking kamu lagi, tapi setelah dia pulang dari Kalimantan.”
“No repeat order Mam. Tapi, kalau dia tetap ngotot, harga naik dua kali lipat. Mami sudah memberitahu dia soal itu kan?”
“Tenang saja, Nisa sayang. Mami selalu memberitahu peraturan kamu kepada setiap pelanggan yang mau booking kamu. Dan Pak Daus tidak keberatan dengan itu. Kamu bisa lihat sendiri, malahan dia ngasih kamu bonus.”
Nisa mengembuskan napasnya berat. Sejak bergabung ke dalam asuhan Mami Serly, sejak itu pula Nisa membuat peraturannya sendiri. Ia tak ingin menerima bookingan untuk kedua kalinya dari orang yang sama.
Namun, jika orang itu tetap ngotot ingin menggunakan jasanya untuk kedua kalinya, maka harganya naik menjadi dua kali lipat. Hal itu sengaja Nisa lakukan agar si pem-booking mundur begitu mendengar harga naik dua kali lipat. Order ketiga kalinya, maka harga pun naik tiga kali lipat. Dan hal itu berlaku sampai seterusnya, harga naik setiap order berikutnya.
Banyak yang sudah mundur ketika ingin membooking Nisa untuk kedua kalinya. Sebab untuk pertama kalinya saja, harga yang ditawarkan sudah membumbung tinggi. Tentu sudah bisa dibayangkan berapa harganya jika naik menjadi dua kali lipat.
“Itu pelanggan kamu malam ini,” ujar Mami Serly ketika menyodorkan sebuah kertas berisi biodata lengkap dengan foto seorang pria muda kepada Nisa.
Namun, Nisa terkejut luar biasa, begitu menemui pelanggannya malam harinya di sebuah hotel berbintang. Pria yang berdiri membukakan pintu untuknya itu justru pria yang berbeda. Bukan pria yang diperlihatkan Mami Serly kepadanya pagi tadi.
Jantung Nisa berdegup kencang kala menatap pria di hadapannya ini, yang menatapnya dengan dahi berkerut seolah mengenali siapa dirinya. Wanita yang dahulu dicampakkannya.
“Jefry?” gumam Nisa membatin. Pria yang pernah menjalin hubungannya dengannya tiga tahun lalu itu tampak kebingungan.
“Kamu siapa?” tanya pria itu.
Nisa menelan ludah. “Aku Nisa, Jef. Perempuan yang kamu campakkan dulu,” sahutnya dalam hati. Mana mungkin ia menyuarakan itu kepada tamunya malam ini.
“Saya, Jelita. Bukankah Anda sudah membooking saya melalui Mami Serly?”
Pria itu, Jefry, malah semakin berkerut dahi bingung.
★
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sleepyhead
Here I am thor, 🙏 #SambilDudukEmok 😁
2024-09-15
0
rr vv
aku sdh subscribe y ka
2024-08-11
1
mama Al
kok Jefri ngga ngenalin Nisa
2024-08-02
1