Di sebuah ruangan elit yang menghadap rooftop dengan hamparan rumput serta tanaman hias yang sangat indah.
Rey menatap kosong layar laptop miliknya. Sebab kemarin sore saat bertemu dengan Aurora, Rey tidak melihat bekas cakaran di leher Aurora. Pedahal, Rey cukup ingat kejadian saat dia mencakar wanitanya malam itu.
Hal itu membuat pikiran Rey menjadi kacau. Rey sangat cemas jika wanita yang tidur malam itu bukanlah Aurora tetapi wanita lain.
Tapi jika bukan Aurora, siapa wanita itu. Rey ingin mencari tau, tapi Rey tidak memasang kamera cctv di ruangannya karena tidak suka privasinya di lihat oleh orang lain.
"Ah sial..." Umpat Rey.
"Apa yang sebenarnya terjadi malam itu. Kenapa aku tidak bisa mengingat wajah wanita itu." Ucap Rey kesal.
"Seharusnya aku tidak mabuk dan menikmati malam bersama Aurora, tapi mengapa Aurora terlihat seperti tidak terjadi apa-apa di antara kami. Apakah ini hanya siasat nya." Ucap Rey sambil berdebat dengan isi kepalanya.
"Ah sial, aku benar-benar tidak ingat kejadian malam itu." Ucap Rey.
Seseorang mengetuk pintu ruangan Rey. Tanpa menanggapinya orang itu langsung masuk ke dalam ruangan Rey.
"Tuan, malam ini tuan ada jamuan makan malam di rumah nona Aurora." Ucap pria itu, yang tiada lain dan tiada bukan adalah asisten pribadinya.
"Atur saja, tapi seharian ini aku tidak ingin kemana-mana." Ucap Rey memerintah asistennya itu.
"Baik, tuan."Ucap asistennya.
"Tien, tolong cancel semua rapat dan pertemuan hari ini." Ucap Rey.
"Tapi ada rapat dengan dewan hari ini, tuan." Ucap Tien.
"Siapa yang lebih berkuasa dari ku?" Bentak Rey.
"Baiklah, tuan." Ucap Tien.
"Satu hal lagi." Ucap Rey. Membuat Tien yang sudah berjalan menuju pintu kembali berbalik arah.
"Tolak semua orang yang ingin bertemu dengan ku hari ini." Ucap Rey.
"Baiklah, tuan." Ucap Tien, lalu meninggalkan ruangan Rey.
Setelah Tien meninggalkan ruangannya, Rey kembali melamun dan bergulat dengan pikirannya.
"Aku yakin wanita itu adalah Aurora. Tapi, aroma tubuhnya bukanlah aroma tubuh Aurora. Aroma tubuh Aurora sangat menyengat dan kuat, sedangkan aroma tubuh wanita itu sangat manis dan menenangkan." Ucap Rey.
"Ah sial sekali, kenapa aku hanya mengingat aroma tubuhnya, kenapa aku tidak bisa mengingat wajahnya." Ucap Rey kesal sambil melemparkan semua barang yang ada di atas meja nya.
Rey berjalan bolak balik di dalam ruangannya dengan kedua tangannya berkacak pinggang.
"Benar, benar sekali. Setidaknya aroma tubuh itu satu-satunya petunjuk yang aku miliki." Ucap Rey lagi dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
Rey duduk di sofa menghadap sebuah layar televisi yang sangat besar. Rey menyalakan televisi itu, lalu memutar film 'The Last Airbender' kesukaannya.
Rey melakukan roll depan di atas sofa miliknya.
"Ah sial sekali, aku bahkan tidak bisa fokus menonton film kesukaan ku." Ucap Rey frustasi.
"Sial..sial..sial..Aku tidak bisa menikmati film kesukaan ku." Ucap Rey semakin frustasi.
"Aku perlu mencari udara segar." Ucap Rey.
Rey berjalan menuju rooftop, lalu melakukan pemanasan kecil di halaman rooftop. Merasa tidak ada perubahan dari mood nya, Rey melepaskan jas yang ia kenakan dan melemparkan nya di sembarang tempat.
Rey menggulung lengan baju nya, lalu membuka kancing di bagian kerahnya. Rey melonggarkan dasi yang menggantung di lehernya.
Rey berlari kesana kemari di halaman rooftop. Namun, tanpa adanya hasil. Rey tidak mengurangi rasa penasarannya, tidak pula memperbaiki mood nya yang rusak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments